Xeena Restitalya, hidupnya selalu tidak menyenangkan setelah ibunya meningal. Ayahnya tak pernah peduli dengannya setelah memiliki istri dan juga anak lelaki.
Xeena harus berjuang sendiri untuk hidupnya. Diusianya yang sudah 25 tahun, dia bersyukur masih diberi kesempatan bekerja di tengah sulitnya mencari pekerjaan.
Tapi siapa sangka, bos di tempat kerjanya yang baru itu begitu terobsesi kepadanya.
"Tetaplah di sisiku, kemanapun kau pergi, aku tetap akan bisa menemukanmu, Xeena."
Jeremy Suryoprojo atau Jeremy Wang, dia merupakan bos Xeena.
Pria yang selalu acuh terhadap orang lain itu tiba-tiba tertarik kepada Xeena.
Xeena yang hanya ingin hidup dengan tenang kini malah berurusan dengan bos obsesif sekaligus ketua Geng Wang.
Lalu bagaimana kehidupan Xeena setelah bertemu dengan Jeremy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawanan Cinta 18
"San, kamu bilang kan kalau Xeena itu yang bawa temannya kan? Siapa namanya? Meli Melky atau Meni, itu ah pokoknya. Sekarang coba tanyain tentang Xeena ke temennya itu."
Dan, itulah yang jadi alasan mengapa Santi--kepala HRD-- memanggil Melky. Meskipun Santi tidak tahu alasan pastinya kenapa sang bos bertanya demikian, namun dia tetap melaksanan tugas tersebut.
Bagi bawahan seperti dia, menuruti perintah bos adalah hal utama. Dimana tentunya perintah itu yang tidak melanggar norma. Dan dia tak harus tahu alasannya.
"Jadi seperti itu, oke makasih ya, San."
"Baik Pak, sama-sama."
Tuuut
Fyuuuh
Santi menghembuskan nafas penuh kelegaan setelah meneruskan cerita dari Melky kepada Jeremy.
Sebenarnya Santi sedikit khawatir, ia takut Xeena akan dipecat sehingga lantai 13 akan kekurang tenaga kebersihan. Terlebih, Marwan tak hanya sekali dua kali saja mengeluh soal dia yang tidak punya rekan.
"Semoga bukan sebuah masalah yang besar. Semoga itu murni cuma rasa penasaran Pak Bos dengan karyawan barunya, ya semoga demikian."
Santi sedikit memijit keningnya yang tiba-tiba berdenyut. Mencari OG atau OB untuk lantai 13 sungguh bukan perkara mudah. Sehingga, doa yang ia panjatkan itu sungguh sangat tulus.
Hari berlalu begitu cepat, dan jam pulang kerja pun tiba. Tapi Xeena tak bisa langsung pulang. Dia harus mampir ke supermarket untuk belanja demi memasak untuk tuannya. Pasar tradisional jelas sudah tutup di jam begini, jadi dia mau tidak mau harus belanja ke supermarket.
Untuk uang belanja tentu tidak masalah karena dia tidak mengambilnya dari kantong sendiri. Jeremy telah memberinya, jadi dia bisa menggunakan untuk belanja.
"Hmmm aku harus nyimpen notanya buat dikasihkan ke Pak Bos besok. Ah iya, kok mobil Melky belum ada. Apa dia lembur ya."
Sesampainya di rumah, Xeena langsung membersihkan tubuhnya lalu menyiapkan bahan makanan yang akan di masak besok. Dia juga akan memasak sore ini untuk makan malam.
Tapi sebelum membuat makan malam, lebih dulu Xeena menghubungi Melky.
"Mel, kok belum balik?"tanya nya melalui telepon.
"Iya, aku lembur nih. Di suruh sama bos di divisi ku. Kayaknya aku agak malem pulangnya. Kamu ndak usah masak buat aku Xeen, aku pesen aja karena jelas akan makan di kantor."
Xeena mengeri, itu berarti dia tidak perlu memasak. Dan pilihan Xeena jatuh pada mie instan. Sudah lama dia tidak menikmati itu.
"Oke kalau gitu. Hati-hati ya Mel pulangnya."
"Siap."
Xeena mematikan panggilannya itu. Dia tidak ingin mengganggu pekerjaan Melky.
Haaah
Xeena memilih untuk istirahat sejenak. Dia merasa cemas soal makanan yang besok harus dia bawa untuk Jeremy. Dia takut jika tidak enak maka bosnya itu akan memecatnya.
Meski dia percaya diri karena pernah bekerja sebagai asisten koki, tapi tetap saja dia memiliki rasa was-was terhadap reaksi Jeremy besok.
"Besok pikirkan besok lah. Sekarang ayo kita makan terus tidur."
***
"Baiklah, selamat istirahat semuanya. terimakasih buat kerja kerasnya hari ini."
"Baik Bu, selamat beristirahat juga."
Fyuuuh
Pukul 21.00, akhirnya Melky selesai juga dengan pekerjaannya. Dia menggerakkan lehernya ke kanan dan ke kiri untuk sedikit mengurai rasa kaku karena duduk tegap di depan komputernya. Melky sama sekali tidak menyangka bahwa hari ini akan lembur sampai semalam ini.
"Ughhh, aku beneran pengen cepet-cepet sampai rumah terus merem. Asliiiii kesel tenan (capek banget). Kasur, aku pengen kasur, hu hu hu."
Melky berjalan lunglai menuju ke mobilnya. Dia masuk ke dalam, menyalakannya dan segera meninggalkan kantor.
Awalnya Melky nampak begitu bersemangat saat hendak pulang. Namun di pertengahan jalan, ia seketika menjadi was-was ketika ia merasa diikuti. Entah sejak kapan itu, yang pasti Melky baru menyadarinya.
"Siapa ya? Duuh."
Melky melihat ke samping kanan dan kiri. Dia menemukan sebuah mini market dan memilih untuk membelokkan mobilnya di sana. Jika benar orang itu memiliki niat yang buruk, maka dia akan meminta bantuan di sana.
Ckiiit
Melky memarkirkan mobilnya di depan mini market. Dia lalu masuk ke dalam dan pura-pura ingin membeli sesuatu. Siapa sangka bahwa mobil yang ia duga mengikutinya tadi juga ternyata berbelok.
"Siapa dia ya, aku ndak kenal sama mobil itu,"gumam Melky. Dia mencoba melihat siapa si pemilik mobil itu, tapi karena terllau takut. Melky memilih untuk mengambil barang dan cepat menuju ke kasir. Niatnya adalah untuk meminta tolong kepada penjaga kasir itu.
Akan tetapi, ketika sampai di depan kasir, punggungnya di tepat dengan perlahan dan cukup membuatnya terkejut.
"Mel, bener kan kamu Melky."
Sreeet
Melky langsung membalikkan badannya. Dia mengerutkan alisnya ketika melihat siapa yang ternyata mengikutinya itu.
"Kamu, Deny? Kamu ngapain ngikutin aku kayak penguntit gitu. Hampir aja lho kamu aku laporin ke polisi."
"Sorry sorry, bisa bicara sebentar."
Fyuuuh
Melky menghembuskan nafasnya penuh dengan kelegaan. Dia lega karena yang mengikutinya bukanlah orang jahat. Tapi Melky tidak sepenuhnya tenang. Jika Deny menemuinya seperti ini, itu berarti pasti ada hubungannya dengan Xeena.
"Ada apa? dari mana kamu ngikutin aku?" tanya Melky to the point. Dia tidak ingin membuang waktunya secara sia-sia.
"Sorry, aku ngikutin kamu dari kantor mu. Aku tadi nunggu di jalan. Aku ngikutin kamu buat mastiin bahwa itu kamu atau bukan. Dan aku mau tanya sesuatu. Apa kamu tahu dimana Xeena? Kamu temen paling deket Xeena, pasti Xeena ngabarin kamu soal dia pergi dari rumah. Jadi apa kamu tahu dimana dia?"
Melky menyunggingkan sebuah senyuman. Dia sudah menduga bahwa pria ini akan bertanya demikian.
Rasanya Melky ingin memaki Deny habis-habisan, tapi tentu saja dia tidak berhak untuk melakukan itu.
"Iya, Xeena emang cerita ke aku soal dia yang minggat dari rumah. Tapi soal dimana dia ya jelas aku ndak tahu lah. Kita emang temenan deket, tapi bukan berarti aku tahu segalanya tentang dia,"jawab Melky tegas. Tidak ada keraguan sedikit pun saat bicara demikian.
Tentu saja Deny tidak serta merta percaya. Kerutan di kening Deny sangat menjelaskan apa yang dipikirkannya saat ini.
"Kenapa, kamu ndak percaya? Kalau ndak percaya ya udah. Aku juga ndak maksa buat kamu percaya juga. Tapi yang jelas, aku ndak tahu dimana dia. Kamu kenapa ndak tanya langsung. Aah pasti nomormu di blok ya. Makanya jadi cowok tuh yang jujur, jangan doyan selingkuh celup sana celup sini. Entah udah berapa wanita yang kamu celup selama ini di belakang Xeena. Dasar cowok brengsek."
Setelah berkata demikian, Melky beranjak dari duduknya dan masuk ke mobil. Tentu saja dia tak peduli dengan reaksi Deny. Baginya dengan berkata seperti itu saja sudah cukup.
"Aku yakin dia ndak akan langsung percaya. Tapi seendaknya aku sudah membuatnya sedikit ragu tentang keberadaan Xeena di tempatku. Aku yakin tuh cowok jelas curiga ke aku. Untung aku bisa jawab dengan tenang."
Bruuum
Melky melanjutkan mobilnya, meninggalkan Deny yang masih duduk terpaku. Bagi Melky, pria seperti Deny ini sungguh sangat mengganggu.
Dan apa yang tadi dipikirkan oleh Melky benar adanya. Deny memang memiliki pemikiran bahwa Xeena mungkin saja ada di rumah Melky. Akan tetapi, jawaban tegas dari Melky cukup membuatnya menjadi meragu.
"Kalau kamu ndak ada di rumah Melky, terus kira-kira kamu dimana Xeen?"
TBC
santai wae