Sama seperti namanya, Rindu Trihapsari gadis cantik yang merindukan kasih sayang dari keluarganya.
Rindu gadis cantik dan sangat pintar, namun semua yang dia miliki tidak pernah terlihat di mata keluarganya, gadis cantik itu tidak pernah mendapatkan kasih sayang seperti kembarannya, Rindu seolah ada dan tiada di dalam keluarganya
Bagaimanakah kisah Rindu? yukkk.... kepoin karya terbaru mamak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 03
"Huaaa.... Hari pertama kuliah sangat melelahkan." keluh Gita yang bergelayut manja di lengan Rindu.
Rindu hanya terkekeh mendengar keluhan sahabatnya itu.
"Ya sudah, yuk... kita ke kantin, sebelum waktu istirahat habis." ajak Rindu.
"Yuk lah.... Aku sudah sangat lapar." keluh Gita mengelus perutnya datarnya.
Ke dua gadis cantik itu masuk ke dalam kantin dan mencari bangku kosong tempat mereka duduk, maklum waktu istirahat jadi kantin lumayan penuh.
"Duduk di sana aja yuk..." tunjuk Gita di bangku yang masih kosong.
"Ya sudah." sahut Rindu menurut.
"Cantik banget tuh adik tingkat." ujar seorang pemuda yang sedang makan bersama teman temannya, menatap Rindu dengan penuh ke kaguman.
"Mana? " tanya temannya ikut kepo.
"Itu, yang cuma berdua di depan." tunjuk nya pakai bibir.
"Iya ya,cantik banget, walau pakaiannya sederhana." seru yang lain.
"Hmmm.... benar." ucap yang lain.
Salah satu teman mereka hanya menatap sekilas, lalu kembali memakan makanannya.
"Ck, Ken Lu nggak tertarik sama adik tingkat kita itu, cantik banget loh itu." omel Rafka, kepada Kenzo.
"Kenzo hanya berdeham tanpa berminat menjawab pertanyaan temannya itu.
" Dasar kulkas sepuluh pintu, kapan mencairnya sih." gerutu Rafka.
"Sabar sabar, nanti klau sudah ketemu mataharinya, baru dia meleleh, sekarang biari aja dia kek gitu." kekeh Aldi.
Kenzo hanya mendengus kesal mendengar ucapan teman temannya itu.
"Buruan makan, ngoceh aja kaya mak mak komplek." ketua Kenzo.
"Ck, manusia satu ini." gerutu Rafka, namun tetap memakan makanannya.
Sementara itu, Gina pergi memesan makanan untuk dirinya dan Rindu, sementara itu Rindu yang iseng karena duduk sendirian, melihat ponselnya, dan melihat pesan masuk.
Matanya lansung terbuka lebar, ternyata karyanya yang iseng iseng dia kirim ke sebuah perusahaan jewelry ternyata di minati, dan mereka ingin membuat kontrak kerja dengan Rindu.
"Astaga, ternyata mereka menerima karya ecek ecek ku." gumam Rindu penuh haru.
"Senang amat neng, ada apa tuh? " tanya Gina membawa nampan yang berisi makanan untuk mereka berdua.
"aku senang banget Gin, sketsa perhiasan yang aku kirim ke perusahan permata abadi di terima." sorak Rindu bahagia.
"Serius?! " Gina pun tidak kalah senangnya mendengar kabar bahagia sahabatnya itu.
"Hmmm... Ini orangnya ngirim email." ucap Rindu menunjukan hpnya.
"Wahhh.... Bagus itu, lalu kapan kalian akan bertemu? " tanya Gina senang.
"Sepertinya aku nggak usah bertemu deh, lebih baik kami melakukannya seperti ini saja, lewat email aja, lagian aku ingin menyembunyikan ini dari semua orang, cukup kamu, ayah dan ibu ku saja yang tau, yang lain aku nggak mau, percuma kan walau mereka tau, tetap nggak ada artinya, dari pada aku sakit hati, mendingan aku merahasiakannya." ujar Rindu.
"Lakukan apa pun yang terbaik untuk diri mu, bahagiakan dirimu." ujar Dini lembut dan meraih tangan Rindu.
"Makasih Git, selalu ada untuk ku." ucap Rindu memeluk erat sahabat kesayangannya itu.
"Waduuhhh.... Mau dong di peluk." seru Rafka.
Mendengar ada orang yang berbicara, ke dua gadis itu menatap ke arah suara, tapi sesaat tanpa berniat membalas candaan kakak tingkatnya itu.
"Anjir.... Kita di cuekin, padahal selama ini nggak ada yang nggak terpesona sama kita, tapi lihat lah, hari ini reputasi kita runtuh oleh ke dua gadis imut itu." pekik Rafka tidak terima.
"Syukurin, emang enak di kacangin." kekeh Aldi.
Sementara Kenzo hanya tersenyum sangat tipis, hingga tidak ada yang menyadari.
Tiba jam pulang kuliah, dengan penuh semangat Rindu berjalan menuju parkiran, dia menunggu jemputan sang ayah.
"Semangat amat neng." goda Gita.
"Iya dong, kan di jemput ayah." senyum bahagia Rindu terpampang jelas di wajahnya.
Gita terenyuh melihat wajah bahagia sahabatnya itu, segitu berharapnya dia mendapatkan kasih sayang orang tua.
"Bahagia terus ya Rin, semoga suatu hari nanti keluarga kamu akan menyadari kesalahannya, telah mengabaikan anak sebaik kamu." gumam Gita.
"Itu ayah ayah sudah ada." girang Rindu seperti anak kecil.
"Ya udah, pulang sana." usir Gita dengan ikut bahagia.
"Mmm... Baiklah... Aku pulang dulu ya, kamu hati hati." ujar Rinding memeluk sang sahabat, lalu cipika cipiki.
"Mang Jajang yang melihat anak gadisnya yang berlari riang menghampirinya tersenyum bahagia.
" Begini kah cara mu Tuhan, memberikan kami seorang anak, dia memang tidak lahir dari rahim istriku, tapi dari sejak dia kecil kami sudah menyanyanginya." gumam mang Jajang berkaca kaca.
"Jangan lari lari, nanti neng Rindu terjatuh." tegur mang Jajang buru buru keluar dari dalam mobil.
"Hehehe.... Maaf ayah, aku sangat bersemangat." kekeh Rindu lalu matanya menelisik mobil baru di depan matanya, mobil sejuta umat.
"Ini mobil siapa yah, nggak mungkin kan orang rumah? " heran Rindu.
Mang Jajang tersenyum lembut kepada sang putri angkat, "Ayah beli mobil bekas, mobilnya masih baru, baru di pakai dua bulan sama teman ayah, dia butuh uang buat pengobatan anaknya, kebetulan sekarang ayah akan antar jemput anak ayah ini, pasti kamu tidak akan mau naik mobil yang ada di rumah klau tidak terpaksa, jadi ayah beli saja mobil ini untuk anter jemput anak ayah, klau naik motor ayah takut kamu kena hujan atau kepanasan." terang Mang Jajang.
Rindu berkaca kaca mendengar penuturan ayah angkatnya itu, dia orang lain tidak ada hubungan darah, tapi dia selalu menjaga dan merawat Rindu selama ini, tidak seperti keluarga kandungnya, yang acuh dan mereka hanya tau memberi uang dan uang, tidak dengan perhatian.
"Ayah, aku sayang ayah." Rindu berhambur memeluk laki laki paruh baya itu.
"Ayah juga sayang sama anak ayah." Mang Jajang membalas pelukan Rindu dan mengusap punggung itu penuh kasih sayang.
"Ibu tau ayah beli mobil ini? " Rindu juga takut gara gara dia, rumah tangga orang tua angkatnya berantakan, Rindu tidak mau itu.
"Tentu saja, ibu mu lah yang bersemangat ingin membeli mobil ini." tutur Mang Jajang.
"Benar kah? " kaget Rindu.
"Mmm.... " Mang Jajang menganggukan kepalanya.
"Ayo kita pulang, ibu sudah membuatkan makanan kesukaan kamu." ujar Mang Jajang menggandeng tangan putri angkatnya itu, lalu membukakan pintu penumpang di sebelah sopir.
"Ayo ayah, aku juga sudah lapar sekali." keluh Rindu memegang perutnya, seolah olah dia memang sedang kelaparan.
Melihat tingkah Rindu Mang Jajang pun terkekeh, lalu dia menutup pintu mobil dengan hati hati, setelahnya dia mengitari mobil untuk kembali ke bangku kemudi.
"Mau beli sesuatu dulu nggak? " tawar Mang Jajang.
"Nggak ada ayah, lansung pulang aja, aku sudah rindu sama ibu dan masakannya." kekeh Rindu.
Mang Jajang mengangguk dan tersenyum lembut, setelahnya perlahan lahan meninggalkan kawasan kampus.
Bersambung....
syukurlah bu fatimah sm ayah jajangnya ikut rindu biar rindu ada temannya