NovelToon NovelToon
Bukan Dukun Beneran

Bukan Dukun Beneran

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Gerimis Senja

_Simple Komedi horor_

Demian, seorang anak miskin yang mencoba kabur dari bibi dan pamannya malah mendapat kesialan lain. Ya.. ia bertemu dengan seorang pemuda sebayanya yang tidak masuk akal dan gila. Lantas apakah Demian akan baik-baik saja??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerimis Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Paket yang Bernapas

Suara mesin diesel perlahan melemah. Truk yang membawa Demian berhenti setelah beberapa jam perjalanan yang penuh guncangan dan gelap. Di dalam kotak sempit, tubuh Demian menggigil karena dingin dan lapar. Napasnya berat. Keringat dingin mulai membasahi keningnya. Ia tidak tahu di mana dirinya berada sekarang, hanya merasakan bahwa truk itu benar-benar berhenti.

Suara pintu truk bagian belakang terbuka, bersamaan dengan suara langkah kaki yang semakin lama semakin mendekat ke arah box berisi Demian.

Tiba-tiba, kotak besar tempat ia bersembunyi bergeser. Demian menahan napas, bersamaan suara gaduh terdengar dari luar.

"Gila berat banget, Ton! Buruan bantu angkat yang sebelah sana!!"

"Lagian isinya apasih? Jangan-jangan peti mati isi mayat yang di kargo? Gak punya uang buat bayar ambulans, jadi bayar kita."

"Hush!! Mana ada yang kayak gitu! Bayar kita dengan isi paket seberat ini lebih mahal ketimbang bayar ambulans, jadi gak mungkin!"

"Ya siapa tau isinya mayat korban pembunuhan, buat ngilangin jejak."

"Ngga! Lu liat nama barang dari box ini!!"

"Oh, hahaha yang punya c*bul!"

Setelahnya, Demian merasakan tubuhnya diangkat bersama kotak, lalu suara sepatu menghentak lantai kayu atau semen. Lalu, BRUK! — kotak itu diturunkan dengan tidak terlalu lembut. Tubuh Demian terguncang sedikit, membuat kepalanya terbentur sisi dalam.

“Barangnya udah diterima ya, Mas. Ini buktinya.”

Suara pria terdengar, mungkin kurir yang tadi.

“Ya, ya, taruh aja situ. Terima kasih, ya,” sahut suara laki-laki lain, lebih muda, santai.

Langkah kurir menjauh, suara truk kembali meraung dan pergi. Lalu, senyap.

Demian mencoba tetap diam, tubuhnya sudah mulai terasa berat. Kepalanya pusing, perut kosong sejak pagi, dan ia hampir kehilangan kesadaran. Tapi di balik matanya yang tertutup, ia masih bisa menangkap suara-suara.

"Eh, Nehara.. ngapain kesini? Kangen ya?"

"Cuih!! Gue cuma penasaran, mau liat benda gede apa yang elu pesen? Kok segede peti mayat? Apaan isinya?" gerutu seorang perempuan.

“Serius lu beli beginian, Sid? Lu itu emang udah nggak waras, ya?”

Suara perempuan itu lagi. Tajam. Geram.

“Eh, jangan langsung marah dulu, Nehara,” jawab pria tadi, terdengar santai, sedikit tergelak. “Ini buat konten makeup, kok.”

“Konten makeup apaan? Lu aja gambar alis nggak bisa, apalagi make up boneka!”

“Gue lagi belajar, Nehara. Sekarang kalau belajar kan harus ada bahan praktik. Daripada make up di muka sendiri, mending di boneka ini, kan... lebih realistis.”

“Jangan bilang elu c*bul, Sid! Ini tuh s*x doll kan?! Boneka itu bisa nyimpen air panas cowok! Geli tau nggak! Jorok banget sih!! Lagian nama paketnya juga nggak di sensor, serius elu gak malu barang ginian di baca orang, sampai di anter ke depan kosan punya nyokap gue?”

“Namanya juga usaha! Gue gak mau nganggur, bentar lagi duit gue abis. Ya lumayan gue ada kegiatan. Gue juga udah beli kamera ama lampu buat bikin video makeupnya. Kalau gue gagal jadi beauty content creator, ya mau nggak mau... alternatif kedua, bikin konten dewasa.”

Tawa Alsid pecah keras. Suara Nahera makin kesal.

“Cowok oon!” pekik Nehara, tak habis pikir.

Namun sebelum debat mereka makin memanas, suara pelan terdengar dari dalam kotak.

"Tolong..."

Hening.

Nehara mundur setengah langkah. Alsid menoleh ke kotak besar yang baru diterimanya. Ia mengerutkan kening.

“Lu... denger itu?” tanya Nehara pelan.

“Eh, iya... barusan...” Alsid mendekat ke kotak, menempelkan telinga ke kotak tersebut dan mendengar suara napas yang berderu dan terdengar berat. “Kok kayak... bernapas, ya? Apa ini benda hidup?”

“Ya ampun!! Jangan-jangan bonekanya punya nyawa? Jangan-jangan juga, boneka lu kerasukan!” seru Nehara, matanya membesar, suara meninggi.

“Gila... jangan bercanda gitu dong,” kata Alsid sambil berusaha membuka tali dan perekat di sisi kotak. Kotak besar itu mulai terbuka perlahan. Cahaya dari jendela ruangan menyusup ke dalam, menguak isi yang tersembunyi.

Di dalamnya, tergeletak tubuh seorang remaja laki-laki. Rambutnya acak-acakan dan lepek, wajahnya pucat pasi, bibirnya kering, dan bajunya basah oleh keringat. Matanya terpejam, dadanya naik turun perlahan—ia masih hidup.

“W-WOYY!! Ini bukan boneka!! Ini ORANG!!” teriak Nehara panik, meloncat ke belakang.

“YA GILA! KENAPA ISI PAKET GUE COWOK?!? GUE KAN PESEN CEWEK CANTIK!” Alsid menjerit tidak percaya.

"Masih mikirin hal gak penting!! Lu beli boneka cewek emang untuk hal lain kan?! Kalau buat make up beli cowok aja!!" bentak Nehara.

 “Ini... bukan boneka? Ini beneran manusia?”

“YA IYA LAH! Emang lu pikir boneka bisa keringetan dan napas? Dasar o-on!” bentak Nehara sambil tetap berdiri jauh-jauh.

Alsid mengulurkan tangan, menepuk pipi remaja itu perlahan. “Hey... hey, elu oke? Elu hidup kan?”

Demian hanya mengerang lemah, matanya setengah terbuka. Pandangannya buram, hanya melihat dua bayangan—satu perempuan dengan rambut panjang tergerai, satu lagi laki-laki dengan baju kaos sederhana namun terlihat mahal, dengan rambut coklat gelap kehitaman.

“Dia dehidrasi. Gila, ini anak bisa mati beneran kalau kita telat nemu! Bentar gue ambil minum.” kata Nehara cepat, mengambil botol berisi setengah air dari meja kosan Alsid dan menyodorkannya. “Bantu dia minum!”

Alsid segera menyentuhkan botol ke bibir Demian dan menuangkan perlahan. Demian menelan pelan, tubuhnya mulai sedikit bergerak. Ia bergumam lirih, “Aku... aku di mana...?”

“Tenang, bro. Lu lagi aman. Ini rumah gue,” kata Alsid. “Gue... eh, bukan penculik. Gue kira... ini tuh boneka. Sumpah.”

Demian mengerjap. “Aku... diantar ke sini? Sama truk? Kurir?”

Nehara duduk di lantai, masih belum sepenuhnya percaya. “Lu siapa? Kok bisa masuk ke kotak itu?”

Demian berusaha bangkit, tapi tubuhnya lemas. Alsid menahannya. “Nggak usah gerak dulu. Istirahat. Ceritain pelan-pelan aja.”

Dengan napas yang masih berat, Demian menceritakan sedikit—tentang keluarganya, tentang mengamen, tentang mendengar rencana pamannya menjual dirinya ke Singapura, dan pelariannya yang membawanya ke dalam kotak itu.

Nehara menatap dengan mata berkaca-kaca. “Ya ampun.. hidup kamu kayak neraka.”

Alsid, yang tadi penuh canda, kini diam. “Lu beneran kabur dari rumah? Gila. Kalau bokap gue kayak paman lu, mungkin gue juga bakal kabur.”

“Lu ngungsi ke dalam paket gue,” kata Alsid, menghela napas. “Jadi... gimana dong sekarang? Lu nggak bisa balik ke rumah, kan?”

Demian mengangguk pelan. “Aku... nggak tahu harus ke mana.”

Suasana ruangan mendadak hening. Di luar, matahari mulai turun. Cahaya jingga masuk melalui jendela dan menyinari wajah pucat Demian. Ia tampak seperti seseorang yang baru saja muncul dari peti kubur, tapi masih menyimpan bara kecil yang belum padam.

Nehara berdiri, menatap Alsid tajam. “Dia harus nginep sini dulu. Kita nggak bisa ngelepasin dia gitu aja.”

“Lu yakin? Gue nggak ngerti cara ngurus orang sakit...”

“Lu juga nggak ngerti cara make up, tapi tetep beli boneka s*x,” sindir Nehara, membuat Alsid nyengir malu.

Demian hanya bisa tersenyum samar, untuk pertama kalinya sejak hari itu. Di balik kelelahan dan ketakutannya, ada secercah harapan baru. Mungkin, ia telah masuk ke dalam kotak untuk lari dari kegelapan—dan kini keluar ke dalam cahaya yang sama sekali berbeda.

Meskipun ia tak tahu, orang seperti apa Alsid dan Nehara.

Bersambung...

1
Nurindah
suka ama karakter celin...😍😍😍
Ika Ratnasari
next... 😍😍😍
Nana Colen
tenang alsid sekarang udah tambah personil lagi pasti dibantuin... emang begitulah resikonya jd dukun alsid.
kalou gak kena pasien akan ngebalik ke yang ngobatin maka jangan main main dengan peran dukun karena itu akan kembali ke kita kalau kekuatanya lebih kuat dari kita
Nasya nindi Nasya
alur ceritanya seru. ngk bertele.. ni rekomended buat yg suka humor plus horor
Nasya nindi Nasya
apa cewek yg di bawak sma papanya alshid itu yg ngirimin soalnya kan si demian bisa lihat tatap matanya si cwek... semoga makin rame yg membaca. saolnya ceritanya seru
Ayanii Ahyana
cerita swbagus ini kenaaaapaa sepoy sihhh
Ayanii Ahyana: iyaaaaa.. kita yg srius baca jdi kpikiran endingnya
Nurindah: mungkin masih pada trauma kali kak soalnya novel sebelum2 nya ngk sampai tamat aku aja ngarep bgt untuk cerita yg ini mudah2 an bener2 sampai tamat
total 2 replies
a_
/Facepalm//Facepalm/
Nurindah
kan kan kan.... suka bgt ama alurnya pasti banyak hal lucu ntar kalau mereka selalu berinteraksi degan boneka itu apa lagi kalau ada nahera pasti tambah kocak lagi
Nana Colen
aduuuuh di alsid cari gara gara niiiih
Ayanii Ahyana
apalah si alsid ini ktanya mau bantu malah mau ngebakar 😅😅
Rizka Yuli
deg deg,an banget rasanya
semangat terus KA rimaaa, penasaran banget kelanjutan nyaa.
Nana Colen
tegang banget bacanya...
Ika Ratnasari
deg2 an... padahal bacanya siang
Nurindah
penasaran sebenarnya isi dalam boneka itu tuh jahat ngk sih..
Ayanii Ahyana
ghahaa sial banget alsid
Enigma
/Facepalm/
Rizka Yuli
seruuu banget
bikin penasaran
Nurindah
makin kesini makin seru.. ay kak semavat
Ayanii Ahyana
hhahahah ada setan lgi kahh...keren demian
Ranucha
beneran dia pke obat tdur kak /Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!