NovelToon NovelToon
Heera. Siapakah Aku?

Heera. Siapakah Aku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Berbaikan / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Putri asli/palsu
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Dian Fauziah

Heera Zanita. Besar disebuah panti asuhan di mana dia tidak tahu siapa orang tuanya. Nama hanya satu-satunya identitas yang dia miliki saat ini. Dengan riwayat sekolah sekedarnya, Heera bekerja disebuah perusahaan jasa bersih-bersih rumah.
Disaat teman-teman senasibnya bahagia karena di adopsi oleh keluarga. Heera sama sekali tidak menginginkannya, dia hanya ingin fokus pada hidupnya.
Mencari orang tua kandungnya. Heera tidak meminta keluarga yang utuh. Dia hanya ingin tahu alasannya dibuang dan tidak diinginkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Fauziah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27

"Tidak perlu menjemputku, nanti aku yang akan ke kantor menunggumu."

"Baiklah. Selamat bekerja."

Sebelum masuk ke Home Clean. Aku membenarkan bajuku lebih dulu. Setelah di rasa cukup aku masuk dan menyapa teman di sana. Ternyata hidup begitu indah jika dinikmati tanpa memikirkan masalah yang tengah terjadi.

Sebenarnya aku juga tengah bahagia karena semalam menghabiskan waktu hanya berdua dengan Mada. Bukan di apartemen, tapi disebuah hotel yang sudah dipesan oleh Mada. Dia benar-benar tahu apa yang aku butuhkan di saat aku benar-benar lelah dengan semuanya.

Jika semalam kembali ke apartemen, mungkin hari ini aku tidak seceria ini. Apa lagi harus bertemu wajah dengan Leona si wanita manja itu.

"Pagi, Heera."

"Pagi, Indah."

"Kau terlihat bersemangat."

Aku mengangguk dan langsung duduk di mejaku. Komputer sudah mulai menyala saat seorang OB datang membawakan segelas kopi. Aku berterima kasih tentunya. Tidak biasanya aku minum kopi, tapi jika aku menolak, kesannya aku tidak menghargai pemberiannya.

Apa yang diajarkan oleh Indah aku mulai praktekan. Meski beberapa kali aku masih mengganggu Indah dan meminta bantuan darinya.

Beberapa pesan masuk ke ponselku, namun aku memilih tidak mempedulikannya. Aku ingin fokus dengan apa yang aku kerjakan kali ini. Aku akan membukanya nanti saat berada di kantin di jam makan siang.

Tuk. Tuk.

Tidak aku sangka Pak Anton mengetuk mejaku. Aku menoleh pada Indah, namun dia hanya menggeleng saja.

"Ada apa, Pak."

"Kamu datanglah ke ruanganku."

"Baik."

Baru dua hari kerja dan aku langsung di panggil ke kantor. Dalam hati aku terus bertanya apa alasan Pak Anton memintaku datang ke ruangannya. Kesalahan apa sampai aku harus di panggil secara langsung seperti ini.

"Duduklah."

Dua hari lalu aku datang dan merasa tenang di ruangan ini. Sekarang aku merasa panas dingin padahal Pak Anton belum mengatakan apapun.

"Maaf, Pak. Saya ada salah apa ya?"

"Tidak ada salah. Saya hanya mau tanya, apa kamu yakin masih ingin bekerja di sini?"

"Maksud Bapak apa ya?"

"Kamu tidak melihat berita?"

Aku menggeleng pelan. Akhirnya aku meminta izin melihat berita yang dimaksud oleh Pak Anton. Mataku melebar begitu tahu berita apa yang dimaksud Pak Anton. Aku tidak menyangka kejadian semalam akan menjadi hal yang besar seperti ini.

'Kembalinya pewaris yang telah lama hilang.'

'Kembalinya sang putri dan semangat dari Arga Hilmar'

'Meski Arga sudah mengakuinya, tapi banyak pihak yang masih meragukannya.'

'Hilmar dan Wijaya akhirnya bersatu. Perusahaan bisnis terbesar akan terbentuk.'

Hampir saja aku kehilangan kesadaran jika Pak Anton tidak memanggil diriku dengan nada cukup keras.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Pak Anton.

"Tidak apa, Pak."

Pak Anton tersenyum. Mungkin dia juga tidak menyangka jika aku yang dikenalnya sebagai gadis yatim piatu kini menjadi seorang ahli waris dari sebuah perusahaan yang terkenal.

Aku memang berhasil membungkam Oma Melati tadi malam. Bahkan membuat Elvi tidak berkutik, namun kini aku termakan apa yang aku banggakan. Semua orang tahu akan diriku, dan tentunya ini hal buruk bagiku. Membayangkan banyak orang yang akan melihat diriku sudah membuatku takut lebih dulu.

"Bagaimana? Kamu masih akan melanjutkan pekerjaanmu."

"Tentu, Pak. Aku sudah tanda tangan kontrak."

"Bagaimana jika ayahmu memintamu kembali ke perusahaan yang dia bangun."

"Aku belum memikirkannya. Saat ini, Home Clean adalah rumah ke dua bagiku. Di sini juga aku tahu akan hidup."

"Baiklah. Aku hanya ingin bertanya hal ini padamu."

"Baik, Pak. Saya permisi."

Aku kembali ke mejaku. Tadi, masih sama semua memandang diriku sebagai Heera Zanita saja. Sekarang aku baru daja keluar dari ruangan Pak Anton beberapa karyawan sudah memandang lain padaku.

*.*.*.*

Makan siang kali ini aku memilih sendiri di sudut ruangan. Aku tidak memesan makanan, aku hanya meminum jus jeruk yang aku pesan. Sebenarnya tidak aku minum, aku hanya mengaduk-aduknya tanpa berniat menghabiskannya.

Aku benar-benar takut dengan semua berita itu. Siapa yang sudah menyebarkan semua ini. Apa mungkin ada yang sengaja melakukannya, tapi alasan apa dia menyebarkan hal ini.

Bagaimana jika Oma Melati mengatakan pada semuanya jika aku hanya anak angkat? Aku bisa membuktikannya jika itu salah, namun aku belum siap untuk semua itu.

"Kamu tidak makan?"

Aku menoleh. Indah datang dan langsung duduk di sisiku.

"Aku tidak lapar."

"Apa karena berita-berita itu?"

Aku hanya mengangguk pelan.

"Jangan takut. Jika kamu benar, tidak akan ada yang bisa menjatuhkanmu."

Aku tidak menjawab dan hanya tersenyum. Aku tidak tahu harus bersikap macam apa.

"Indah. Aku harap kamu tetap memandangku sebagai Heera Zanita saja."

"Tentu."

[ Heera. Kamu tidak usah membuka sosial media dulu hari ini. ]

[ Kau tidak perlu datang ke kantor. Aku yang akan menjemputmu. ]

[ Jangan lihat atau dengar apapun yang membuat beban dipikiranmu. Ok. ]

[ Satu jam lagi aku jemput. ]

Pesan dari Mada membuat aku semakin gelisah. Aku tidak membalasnya, hanya membaca dan kembali meletakkan ponselku. Di luar sana, pasti banyak yang tidak menyukai diriku. Bagaimana jika mereka berniat jahat padaku. Aku harus bagaimana? Jika bisa hilang, mungkin aku akan menghilang untuk saat ini.

"Heera."

"Ya."

"Ayo masuk. Jamnya sudah selesai."

"Ok, ayo."

Kemarin aku menikmati pekerjaan ini sampai akh merasa begitu sebentar. Sekarang, aku merasa jam seperti tidak bergerak. Pekerjaan yang aku lakukan seperti tidak ada selesainya.

Aku sesak dengan semua ini. Aku benar-benar merasa lelah dan tidak ingin melakukan apapun. Bahkan beberapa kali aku salah mengirim pesan pada karyawan yang bekerja di lapangan. Hal ini membuat aku beberapa kali kena komplain dari customer.

"Heera. Kamu istirahat saja, aku yang akan menyelesaikannya."

"Tidak Indah."

"Tenangkan dirimu dulu. Jika sudah lebih baik, kembalilah bekerja."

"Aku tidak tahu harus apa. Aku takut dilihat semua orang."

"Bagiku kau beruntung Heera. Kini, kau bukan lagi gadis tanpa asal-usul. Buktikan jika kau punya garis keluarga yang hebat pada orang yang sudah merendahkan kamu."

Apa yang dikatakan Indah membuatku sedikit tenang. Bahkan aku merasa bahagia, benar apa yang dikatakan Indah. Aku bukan lagi gadis yatim piatu, aku sudah punya keluarga meski mereka hanya menganggap aku anak angkat saja.

Setelah berbicara sebentar dengan Indah. Aku kembali bekerja, meski beberapa kali hilang fokus tapi aku berhasil sampai jam pulang.

Baru keluar dari Home Clean aku langsung masuk ke mobil Mada. Di sana aku merasa aman dan nyaman. Bahkan aku langsung memeluk Mada saat itu juga, aku tidak peduli apa Aron akan tertawa atau apapun. Saat ini, aku hanya butuh sebuah ketenangan dalam hidupku.

1
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
ehhh blm ada yg ketemu novel ini kah aku izin baca ya thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!