Putri cantik kerajaan yang bernama Khanina itu memiliki kemampuan mengubah batu menjadi emas pada saat ia dalam keadaan bahagia. Kemampuan Putri Khanina tersebut membuat sang ayah ketakutan akan sesuatu yang menimpanya.
Kemudian Khanina menikah dan menjadi Ratu di kerajaan suaminya. Banyak permasalahan yang menimpanya selama berada di Kerajaan itu, sehingga ia harus menolong suaminya dengan kekuatan yang ia miliki. Namun malang menimpanya. Saat ia mengubah bebatuan menjadi emas, ada seorang yang melihatnya. Masalahpun semakin berat, ia dan suaminya dituduh berkhianat dan harus dipenjara, dan ia harus melarikan anaknya Mahiya yang juga memiliki kemampuan yang sama ke hutan gunung dan terus berada disana hingga akhirnya Mahiya menikah dan memiliki anak bernama Rae. Bebatuan di gunung itupun banyak yang berubah menjadi emas. Rae dan gunung emas menjadi incaran para pengkhianat kerajaan. Apa yang terjadi pada mereka selanjutnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon atika rizkiyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembalinya Dendam Paman Indrana
Beberapa hari setelah kedatangan Suli di istana, mereka tampak asik dengan kegiatannya berkuda, memanah dan melatih kemampuannya menggunakan pedang. Selain Suli dan Mukaz, Rae juga diajarkan langsung oleh pemimpin prajurit istana.
Dari kejauhan, Juna (pengawal pribadi paman Indrana) terus mengintai kegiatan mereka. Juna terus menjadi kaki busuk Indrana. Sungguh, Indrana sangat membenci Rae. Terlebih, Rae dianggapnya telah memotong kekuasaan dirinya dalam memimpin kerajaan Jatinra.
Juna selalu mengintai dan selalu berusaha menguping pembicaraan Raja Rae kemudian ia akan menceritakannya kembali pada Indrana.
Semenjak kedatangan Rae di istana beberapa bulan lalu, Indrana terus dalam keadaan emosi. Ia marah dan tak terima dengan keadaan yang terjadi. Indrana ingin segera sembuh agar bisa kembali mengambil kekuasaannya dari Rae.
Setelah lama memperhatikan kegiatan Rae hari ini, Juna dengan sorot matanya yang tajam seolah tak terima dengan apa yang dilihatnya. Kebahagian,.. yaaa... Juna melihat kebahagiaan dalam diri Rae. Sungguh bagi orang-orang yang memiliki hati yang busuk, sangatlah tidak menginginkan kebahagiaan menyelimuti orang yang dianggapnya menjadi musuh utamanya. Sambil menggenggam telapak tangannya dan dengan sorotan matanya yang penuh dengan kebencian, ia pun kembali ke kamar Indrana.
“Tuanku Indrana, wahai Rajaku” (Juna masih menganggap bahwa Indrana adalah Tuan kesayangannya, masih merupakan Raja di kerajaan Jatinra. Padahal itu hanya hayalannya saja).
“Tuan, aku baru saja melihat Rae di lapangan istana. Ia begitu bahagia. Sepertinya ia jatuh cinta pada perempuan yang bernama Suli. Orang-orang di istana banyak yang menceritakan hal itu. Dan aku melihat, keahliannya dalam berkuda, memanah dan berpedang, semakin baik setiap harinya. Sungguh Rae sangat beruntung” ucap Juna yang tanpa sadar memuji Rae di hadapan Indrana.
Mendengar perkataan Juna, ternyata mengundang amarah Indrana. Seketika, Indrana berteriak, sambil menggenggam tangannya dan mencoba mengangkat kepalanya.
Melihat hal ini, Juna terkejut. Namun ia terperanjat melihat Tuan Indra yang biasa hanya bisa melotot dan menggerakkan bola matanya saja tanpa bisa melakukan gerakan yang lainnya, namun kini ia bisa menggerakkan beberapa bagian dari tubuhnya.
Antara takut, khawatir dan tak percaya, Juna berkata “Tuan, lihatlah, engkau sudah bisa melakukan beberapa gerakan”.
Tuan Indrana mencoba berteriak, seperti ingin mengeluarkan segala amarah, kebencian dan ketidak terimaannya dengan semua keadaan yang menimpanya.
“Aaaaa...aaaggghhhh!!!” teriak tuan Indrana marah.
Keadaan sungguh mencekam. Beberapa kali Indrana terus berteriak. Ia terus berusaha menggerakkan tubuhnya, hingga matanya memerah. Keringatpun mengalir dari keningnya.
“Tuan... Tuan, ada apa ?.. maafkan aku Tuan” teriak Juna.
Indrana seperti kerasukan, ia terus mengangkat kepalanya. Juna membantu mengangkat kepala dan badannya hingga Indrana dalam posisi duduk. Setelah duduk, Indrana sedikit tenang. Ia diam namun matanya memerah dan tampak dari wajahnya ia sedang menahan sakit yang luar biasa.
“Tuan, anda bisa duduk... Anda bisa duduk Tuaan..” ucap Juna sambil kesenangan.
Indrana terus ingin berusaha menggerakkan tubuhnya yang lain namun tidak bisa. Indrana gemetaran menahan sakit dan emosi di kepalanya.
“Tuanku Indrana, tenanglah. Lihat, engkau bisa duduk. Teruslah semangat Tuanku, aku akan membantu menyembuhkanmu” ucap Juna.
“Aku tau Tuan, kau akan mengambil kembali kekuasaanmu dari Rae. Kau tak mungkin diam dengan keadaanmu ini. Cepatlah kembali sehat Tuan, aku bersedia membantumu apapun yang kau inginkan. Aku tau kau membenci semua keadaan ini. Jangan khawatir Tuan Indrana, kau punya aku untuk bisa kau andalkan. Kau perintahkanlah apapun, maka akan aku lakukan” ucapan Juna menenangkan Indrana saat itu.
“Jjjjjjuuu...nnnaaaaa” keluar kata dari mulut Indrana yang masih merot dan sedikit terkunci akibat saraf di kepalanya yang cidera.
Ini kata pertama yang keluar dari mulut Tuan Indrana setelah kejadian kecelakaan itu.
Juna yang masih kebingungan dengan keadaan Tuannya Indrana , kini ia kembali terkejut mendengar Indrana bisa mengucapkan satu kata yang merupakan namanya, Juna.
“Tuan, engkau juga bisa bicara. Aku sangat bersukur Tuan Indrana !!” tampak senang dan haru yang terlihat dari wajah Juna.
Semenjak kejadian itu, Juna terus bersemangat membantu Tuan Indrana untuk sembuh kembali.
Berita ini juga di dengar oleh Davin dan Raja Rae. Mereka pun ikut bahagia mendengar kabar Paman Indrana yang semakin membaik. Rae segera menunjuk beberapa dokter istana untuk membantu Paman Indrana terapi dan membantunya segera memperoleh kesembuhannya kembali.
Namun siapa sangka, kesembuhan dari paman Indrana menjadi masalah baru bagi kehidupan orang-orang di istana terutama Rae dan keluarganya.
Hari demi hari Indrana terus mengalami kemajuan. Kini ia sudah bisa berjalan sendiri walau dengan bantuan tongkat. Langkahnya masih gemetar, bicaranya masih belum jelas, mulut dan bibirnya belum bisa membuka dan menutup seperti biasa. Kesehatan fisiknya semakin pulih tapi tidak dengan jiwanya.
Jiwa paman Indrana semakin sakit, ia terus mendendam dan membenci. Ia terus berpikir untuk melenyapkan Rae dan keluarganya dari istana, agar hanya ia dan keluarganya saja yang berkuasa.
_--------------_
Ditempat yang berbeda. Davin menemui Rae di kamarnya.
“Hai nak.. kau sedang apa ? Apa aku bisa berbicara sebentar dengan mu ?..” ucap Davin.
Rae yang saat itu sedang membaca sebuah buku kemudian menutup bukunya dan meletakkannya di atas meja. Ia duduk dengan tegap menyambut kedatangan ayahnya yang duduk dikursi yang berada disampingnya. Ada dua kursi yang dipisahkan oleh meja kecil yang terdapat di sudut kamar Rae. Raepun kemudian menggeser kursinya agar ia bisa berhadapan langsung dengan ayahnya saat itu.
“Ada apa ayah ?, katakanlah” ucap Rae penasaran akan hal apa yang ingin disampaikan oleh ayahnya.
“Aku rasa kemampuanmu tentang berkuda, memanah, menggunakan pedang dan mempertahankan diri ketika berada di hutan sudah cukup baik. Aku pikir, kita akan bisa langsung mencari ibumu yang saat ini masih hidup namun kita tidak tau dimana keberadaannya. Kedua prajurit yang ayah utus untuk mencari ibumu pun belum kembali dan belum memberi kabar apapun” ungkap Davin dengan raut wajah yang sedih dan khawatir dengan keadaan istrinya Mahiya.
Rae menghela napas panjang. “Ayah, menurutku.. biarkan aku saja yang mencari ibu. Ayah tetaplah disini menjaga kerajaan ini. Aku pikir, Kakek Diaru juga sudah dalam kondisi yang baik dan bisa membantu sementara waktu saat aku tak berada disini”.
“Baiklah Rae, jika itu keinginanmu. Namun aku berharap Suli dan Mukaz bisa menemanimu selama perjalanan mencari ibumu di hutan gunung itu.” Ungkap Davin.
“Tapi ayah... Aku.. emm aku, jika merekaa..”
Menyela perkataan Rae, “tenanglah Rae, aku langsung akan berbicara pada mereka dan aku yang langsung meminta mereka ikut bersamamu mencari ibumu Putri Mahiya.” Sesaat Davin terdiam dan melanjutkan kembali perkataannya.
“Jika saat ini ia berada disini, maka ia akan bergelar ibu suri.” ucap Davin.
Davin kembali menghela napas panjang “Mahiya kembalilah” gumam Davin di dalam hatinya sambil termenung memikirkan keadaan istrinya.
“Baiklah Rae, aku akan segera menemui Suli dan Mukaz untuk menceritakan hal ini. Aku pergi dulu ya anakku” ucap Davin sambil berdiri dan mencium kening anaknya Rae.
“ya ayah..” jawab Rae.
Davin pergi menemui Suli Dan Mukaz yang kala itu sedang berbicara di taman istana.
Juna yang saat itu sedang berjalan jalan di istana mendapati dari jauh jika Davin sedang mendatangi Suli dan Mukaz. Kemudian Juna segera mengendap endap mendatangi tempat itu, mendekati mereka dengan berdiri sambil bersembunyi di sebelah tiang bangunan istana yang besar. Juna ingin mendengar pembicaraan mereka.
“Hai Suli... hai... Anakku Mukaz” ucap Davin.
“yaa Paman Davin ada apa ?”.. Jawab Mukaz, sedangkan Suli hanya tersenyum menyambut kedatangan paman Davin.
“Begini nak, aku memerintahkan Rae untuk mengasah kemampuannya dengan pergi ke hutan gunung. Kalian, temanilah dia untuk beberapa saat. Sungguh aku telah memerintahkan Rae untuk sebuah tujuan kesana. Dan untuk saat ini, biarkan hanya Rae yang tau untuk apa kalian harus ke hutan gunung. Nanti, setelah sampai disana, ia akan memberi tau kalian.”
“Baiklah paman, kami akan menemaninya. Apakah hanya kami bertiga yang akan pergi?” tanya Mukaz.
“Ya, hanya kalian bertiga saja. Aku akan menyurati ayah kalian (pemimpin suku Ahradya), untuk memberitahu bahwa aku memerintahkan kalian berdua untuk menemani Rae ke hutan gunung. Apa kalian mengerti ?”. Ucap Davin
“Ya paman Davin. Kami mengerti akan perintahmu dan akan kami laksanakan” ucap Mukaz dengan sigap. Suli hanya mengangguk sambil tersenyum.
“Terima kasih anak-anakku. Kalian bisa pergi malam ini’ ucap Davin kembali.
“Baik paman” jawab Mukaz.
Mendengar pembicaraan mereka, Juna segera pergi dan menyampaikan kepada Tuan Indrana.
“Tuan Indrana.. Rajaku.. Tuan indrana” seru Juna membangunkan Tuan Indrana sambil mengguncang pelan tubuhnya.
“Aaaadaa.. aaapa Jjuuu..na” jawab Indrana dengan terbata dan dengan mulutnya yang sedikit miring karena tak normal lagi.
“aku mendengar Rae akan pergi ke hutan gunung dengan ditemani oleh Suli dan Mukaz sahabatnya. Tapi aku tak tau apa yang akan mereka lakukan disana. Davin tak menyebutkan tujuan mereka kesana”
Sambil mencoba untuk bangkit duduk dari posisi tidurnya, Indrana sekuat tenaga mencoba duduk. Dengan mulutnya yang merot dia berkata “mmungkin mmereka mau mmengambil eemmas, Rrae ppasti bbbisa mengubah baaatu mmmenjadi eeemas. Cccari prrrajurit kita yang mmmemiliki keahhhlian tttentang ini. Iiikuti mereka lalu ammmbil dan kkuasai eemmas ituu..”
“cari prajurit kita yang memiliki keahlian tentang ini” gumam Juna mengulang perkataan Ruan Indrana sambil berpikir.
“aku ingat Tuan!!. Ada prajurit kita yang memiliki keahlian tentang hal ini, mereka juga memiliki keinginan yang sama dengan kita. Mereka mau untuk diperintahkan melakukan apapun demi harta. Dia juga pernah mengabdi sepenuhnya kepada Tuan saat Tuan menjadi Raja saat itu.” Juna menjelaskan.
“Ssiapa ddia.. ?” tanya Indrana.
“Dia adalah Farami. Saat Rae datang ke istana. Mereka membawa Farami dan beberapa orang lainnya. Kala itu Farami menjadi tahanan istana, karena ia mencoba menangkap Putri Mahiya dan keluarganya. Namun sayangnya, mereka gagal. Mereka ditangkap dan saat ini, mereka berada ditahanan istana, di ruangan bawah tanah. Mereka ditahan seumur hidup atas perintah Raja Rae. Hal itu dilakukan Raja Rae agar mereka tidak lagi membuat kekacauan di istana ataupun diluar istana” ucap Juna.
Mendengar hal ini, dengan wajah sinis dan penuh dengan dendam, Indrana berkata “keluarkan Farami beserta teman-temannya dari tahanan istana secara diam-diam. Kemudian beri tempat yang layak untuk sementara waktu persembunyian mereka sambil atur strategi untuk menghabisi Rae dan keluarganya. Satu lagi, perintahkan dua orang prajurit kita untuk mengikuti Rae ke hutan gunung agar aku tau apa yang akan dilakukan Rae dan temanya disana. Perintahkan juga prajurit kita untuk mengingat dimana saja emas-emas di gunung itu berada agar bisa segera kita ambil. Biarkan Rae tetap disana. Jika gunung itu telah diubah Rae menjadi emas, beritau aku agar segera kita habisi merrrreka semua!!..” jelas Indrana sambil terbata bata.
“Baiklah Tuanku.. Rajaku Indrana. Ambillah kekuasaanmu kembali Tuan” ucap Juna.