Melati, hanya seorang guru honorer di sebuah sekolah elite. Namun, dia harus terjebak dengan seorang Tuan Muda yang ternyata Ayah dari anak didiknya.
Menjadi istri bayaran, bukan salah satu dari cerita yang ingin dia lalui dalam hidupnya. Ketika dia harus menikah dengan pria yang hatinya terkunci untuk sebuah cinta yang baru dan sosok baru setelah kepergian istrinya.
Namun sial, Melati malah jatuh cinta padanya. Bagaimana dia harus berjuang akan cinta yang dia miliki. Dalam pernikahan yang semu, dia harus berjuang membuka kembali hati suaminya yang sudah terkunci rapat. Namun, di saat dia benar-benar ingin berjuang dalam cinta dan pernikahannya ini. Melati, harus menyadari satu hal tentang suaminya.
"Kau tidak akan pernah ada dalam tujuan hidupku. Jadi berhenti berharap lebih!"
Melati hanya bisa diam dengan menatap punggung Zaidan yang pergi menjauh darinya setelah mengucapkan kalimat yang benar-benar menghancurkan harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan saat ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiba-tiba Datang
Karena Zenia yang pergi bersama Amelia, maka Melati tidak ada teman sekarang. Meski suaminya ada di rumah, tentu saja dia tidak akan seperti pasangan suami istri lainnya. Dimana mereka bisa begitu mesra dan merasa bahagia saat anak dibawa oleh saudara atau Nenek Kakeknya. Pernikahan mereka tidak sama. Jadi, Melati hanya duduk diam di bangku Taman. Bermain ponsel juga cukup membuatnya bosan.
Kakinya mengayun-ayun tidak jelas, menatap ke arah tanah yang dipenuhi rumput taman. "Ah, aku bosan sekali. Pergi ke rumah Ibu kali ya. Aku kangen banget, sudah satu minggu lebih aku tidak bertemu mereka"
Melati meraih ponselnya yang dia letakan di ruang kosong disampingnya. Memilih untuk melakukan panggilan video dengan adiknya. Saat sambungan terhubung, terlihat adiknya yang memakai seragam kedai ayam goreng tempat dia melakukan pekerjaan paruh waktu.
"Dek, kamu sedang bekerja ya? Kakak kira kamu sedang berada di rumah"
"Tidak Kak, aku sedang bekerja. Ada apa?"
Suara gemuruh dari kompor penggorengan terdengar jelas. Membuat suara Fattah sedikit teredam. "Kirain sedang di rumah. Kakak kangen sama Ibu"
"Kenapa tidak telepon sama Ibu saja, aku sedang bekerja"
"Yaudah kalau gitu, Kakak tutup ya"
Melati menutup sambungan telepon, dia menghembuskan nafas kasar. Tidak berniat menelepon ke nomor ponsel Ibu, dai malah kembali menyimpan ponsel disampingnya. Wajahnya cemberut dengan menunduk dan menatap tanah.
Di ambang pintu menuju taman belakang ini, Zaidan berdiri dengan memperhatikan istrinya. "Apa yang dia lakukan disana? Kenapa wajahnya cemberut seperti itu? Sial, kenapa juga aku peduli padanya"
Zaidan menggeleng pelan, dia kembali masuk ke dalam rumah. Tapi tidak tahu apa yang sebenarnya dia lakukan, sudah hampir setengah jam dia berdiri disini dan memperhatikan apa yang Melati lakukan. Sungguh hal yang tidak bermanfaat.
"Sudahlah, untuk apa aku peduli padanya"
Akhirnya Zaidan masuk ke dalam rumah. Dan tepat pada saat itu, Melati menoleh karena merasa diperhatikan seseorang. Namun, dia tidak melihat siapapun.
"Perasaanku saja"
Melati memutuskan untuk kembali masuk ke dalam rumah. Tertegun saat melihat Zaidan yang terduduk di sofa depan televisi. Melati hampir lupa jika hari ini akhir pekan, dan suaminya tidak pergi bekerja.
"Kau bosan?"
Suara bariton yang berhasil menghentikan langkah kaki Melati. Dia terdiam sejenak sebelum akhirnya berbalik. Menatap Zaidan yang duduk di sofa, namun pria itu masih fokus pada ponselnya. Sama sekali tidak mengalihkan pandangannya.
"Bolehkah aku pulang sebentar? Aku ingin bertemu Ibu"
"Pergilah, kau diantar Pak Eka"
Melati tertegun, dia pikir suaminya akan melarangnya untuk pergi. Bahkan Melati sudah takut-takut untuk mengatakannya. Tapi ternyata dia tidak melarangnya, bahkan langsung mengizinkan Melati untuk pergi. Tentu Melati bahagia, dia langsung tersenyum bahagia.
"Terima kasih Tuan, aku janji akan pulang sebelum malam"
"Hmm"
Dan Zaidan melihat Melati yang berlari kegirangan ke arah kamarnya. Dia menggeleng pelan, ada senyum tipis yang terukir di wajahnya. Meski tidak terlalu terlihat intens.
"Dia bisa terjatuh karena berlari"
Beberapa saat kemudian, Melati sudah keluar dari kamar dengan tas dan juga pakaian yang sudah di ganti. "Tuan, saya pergi dulu ya. Janji akan pulang sebelum malam"
"Hmm, kau diantar oleh Pak Eka"
Melati mengangguk, dia tidak akan membantah apalagi meminta mengemudi sendiri. Yang jelas sudah di izinkan pergi ke rumah Ibunya saja, sudah sangat baik baginya.
"Dia terlihat senang sekali"
Ada apa dengan Zaidan, kenapa dia merasakan debaran aneh saat melihat Melati yang begitu bahagia dan bersemangat.
*
Melati tidak lepas dari bermanja pada sang Ibu, tiduran di pangkuan Ibunya sambil menonton televisi, adalah hal sederhana yang dia rindukan saat sudah pindah rumah bersama suaminya. Biasanya dia akan berebut dengan adiknya untuk tiduran di pangkuan Ibu. Tangan Ibu yang mengelus kepalanya, membuatnya tenang.
"Bagaimana dengan pernikahan kamu, Kak? Apa suami kamu baik?"
Melati langsung mengangguk tanpa ragu, meski sikap Zaidan yang begitu dingin. Bahkan tidak ada kata lembut sedikit pun padanya. Dia bisa mendorongnya hingga jatuh, dan menjatuhkannya ke dalam bak mandi. Membayangkan itu, membuat Melati ngeri sendiri, bagaimana kehidupan pernikahannya yang tidak sama seperti orang lain. Tapi, dia harus menutupi semua itu, dan hanya menunjukan jika dia bahagia.
"Baik Bu, dia sangat sayang padaku. Apalagi ada Zenia, dia sangat lucu dan menggemaskan. Kakak sayang sekali padanya"
Ibu tersenyum lega mendengar cerita anaknya ini. Padahal dia sudah cukup cemas saat Melati mengatakan akan menikah dengan begitu mendadak. Apalagi ketika melihat sikap dingin Zaidan saat pertama kali datang ke rumahnya ini.
"Baguslah, suatu saat jika kamu diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk mengandung dan mempunyai anak yang lahir dari rahim kamu sendiri. Jangan sampai kasih sayang kamu pada Zenia berubah ya. Kasihan, dia adalah anak yang tidak mendapatkan penuh kasih sayang seorang Ibu. Dan sekarang kamu bisa menjadi Ibu untuknya dan berikan kasih sayang yang tulus"
"Iya Bu"
Saat sedang menikmati suasana sore dengan menonton televisi dengan tiduran di pangkuan Ibunya, sebelum Melati pulang sebentar lagi. Tapi ada suara deruman mesin mobil yang berhenti di depan pekarangan rumahnya. Melati langsung bangun.
"Siapa yang datang Bu?"
Ibu menggeleng pelan. "Tidak tahu, coba kamu lihat. Mungkin yang mau ke rumah tetangga"
Melati mengangguk, dia langsung berjalan keluar rumah. Melihat mobil yang terpakir di depan pagar rumah. Pak Eka sudah menjemput ternyata. Gumamnya dalam hati. Tapi tunggu! Kenapa Pak Eka membukakan pintu belakang?
Dan Melati langsung membeku di teras depan rumah saat melihat siapa yang turun dari mobil itu selain Pak Eka.
"Dia mau apa datang kesini? Ya ampun"
"Kak, siapa yang datang?" Suara Ibu terdengar, dan beberapa saat kemudian Ibu muncul disampingnya. "Loh, suami kamu itu. Kenapa diam saja. Buka pagarnya Kak"
Melati mengerjap pelan, dia segera berjalan ke arah pagar dan membukakan pintu pagar putih yang catnya sudah banyak yang mengelupas.
"Tuan, kenapa ikut kesini? Tidak, kenapa tidak bilang akan datang kesini?" tanya Melati dengan sorot mata panik dan cemas.
Zaidan terlihat tenang, menatap istrinya itu dengan tatapan datar. "Memangnya kenapa? Aku hanya tidak ingin Ibumu curiga"
Menjawab santai dan berlalu begitu saja melewati Melati yang masih bingung dengan semua ini. Bahkan dia panik. Melati segera berjalan menyusul suaminya.
"Sayang, kenapa tidak bilang mau datang kesini?" ucap Melati yang langsung merangkul tangan Zaidan, membuatnya sedikit tertegun. "Kalau begitu ayo makan malam di rumah. Tapi, Zen bagaimana?"
Zaidan menoleh dan menatap Melati dengan kening berkerut. Dadanya tiiba-tiba berdebar melihat senyuman Melati, lesung pipi yang begitu dalam begitu terlihat.
"Zen akan pulang ke rumah Tantenya, dia ingin menginap disana"
"Ah begitu" Aduh Zen, kenapa menginap sih? Ibu akan semakin kesepian dirumah. Malah akhir pekan sehari lagi besok. Hiks.
Ibu tersenyum melihat anak dan menantunya yang ternyata memang benar-benar akur dan terlihat saling mencintai.
Bersambung
nextttt thor.....