Ariana Rosita Putri Prakasa (17th) adalah anak seorang pengusaha dari kota Malang. Terkenal dengan sikap nakal, usil dan keras kepala di sekolahnya. Membuat edua orang tuanya memutuskan memindah Riana ke pesantren.
Di pesantren Riana tetap berulah, bahkan memusuhi ustadz dan ustadzah yang mengajarinya, terutama ustadz Daffa anak bungsu kyai yang paling sering berseteru dengannya. Bahkan, Kyai dan istrinya juga ikut menasehati Riana, namun tetap tidak ada perubahan. Kyai pun angkat tangan dan memanggil ayah Riana, namun ayah Riana malah meminta Kyai mencarikan jodoh saja untuk anak semata wayangnya. Tanpa sepengetahuan siapapun, Riana diam-diam memiliki perasaan cinta terhadap salah satu putra Kyai, yaitu Ustadz Zaki. Siapa yang akan di jodohkan Kyai dengan Riana? salah satu santrinya atau dengan putranya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CumaHalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Get Well Soon, ustadz Zaki
"Daffa, kamu pulang sekarang dan kabari Abah dan umi. Aku disini menemani Zaki," perintah ustadz Arman.
"Iya, Mas. Gimana kondisinya mas Zaki?"
"Dia belum sadar, udah kamu pulang dulu. Dan minta doanya supaya Zaki cepat sadar."
Ustadz Daffa mengangguk dan meninggalkan ustadz Arman di rumah sakit. Ia bergegas ke tempat parkir dan masuk ke mobilnya. melajukannya dengan pelan, karena baru saja belajar menyetir mobil. Sampai di pondok, ustadz Daffa bernapas lega dan segera keluar dari mobilnya.
Begitu keluar dari mobilnya, ustadz Daffa di hampiri oleh kedua orang tuanya. "Daffa, apa benar Zaki pingsan di kelas? Tadi Ahya bilang sama umi."
"Iya, umi. Sekarang di rumah sakit sama mas Arman."
"Apa sakit lambungnya kumat?" kata Bu nyai.
"Ga tau umi, tadi waktu Daffa di suruh pulang sama mas Arman, mas Zaki masih di periksa sama dokter."
"Ya Allah, umi udah merasa dia akhir-akhir ini jarang makan, dan sering melamun. Apa mungkin dia punya masalah?" Bu nyai membekap mulutnya dan menitikkan air mata.
"Daffa juga ga tau soal itu Umi, nanti saja kalau sadar biar di tanya sama mas Arman."
"Daffa, kamu antar umi sekarang ke rumah sakit. Biar umi saja yang menjaganya."
"Aduh, jangan umi. Nanti Daffa yang di marahi sama mas Arman."
"Sebenarnya Abah juga kepikiran, tapi kita tunggu saja sampai sore. Dan sekarang lebih baik kita semua segera ke masjid dan sholat, berdoa untuk kesembuhan Zaki," ujar Kyai Husein.
Ustadz Daffa, Kyai Husein dan Bu Nyai ke masjid bersama untuk menunaikan ibadah sholat dzuhur. Selesai melaksanakan sholat, Kyai secara langsung meminta doa pada santri dan santriwati untuk mendoakan ustadz Zaki segera sembuh.
Riana yang mendengar ustadz Zaki sakit merasa sangat terpukul. Airmatanya tumpah dan membanjiri kedua pipinya. Sebelum ada yang melihatnya, Riana segera menghapusnya dan menundukkan kepalanya.
"Kamu sakit apa sih ustadz, tadi pagi kan kamu masih baik-baik aja. Cepat sembuh ya ustadz," batin Riana.
"Pasti ustadz Zaki banyak kerjaan jadi dia drop," ujar Aisyah yang duduk tepat di sebelah Riana.
"Mungkin, apalagi pekan olah raga tinggal dua hari. Dia pasti kurang istirahat," jawab Riana.
"Heem, kasihan ya. Padahal dia ustadz paling banyak fansnya disini, kalau sakit pasti pekan olah raga nanti jadi hambar," ucap Aira yang seketika membuat Riana menoleh ke arahnya.
"Fans?" ucap Riana menatap Aira.
"Iya, banyak banget yang ngefans sama ustadz Zaki, mau santri atau santriwati. Soalnya orangnya tuh enak, ga gampang marah atau ngejudge kaya ustadz Daffa atau terlalu serius kaya ustadz Arman. Dia kan juga sering ngobrol sama kamu, masa kamu ga bisa bedain, eh iya, calon suamimu kan ustadz Daffa ya, hehe, maaf Riana," ujar Aira.
"Aku ngobrol ya ngobrol aja, ga mikir aneh-aneh. Lagian belum tentu juga nanti aku menikah sama Daffa, orang aku sama dia ga ada yang mau dijodohin," gerutu Riana.
Selesai berdoa, Riana dan teman-temannya kembali ke asrama. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Riana memainkan hpnya untuk menutupi kegundahan hatinya. Ingin sekali pergi ke rumah sakit, namun jika dia sampai sana dan semua orang tau. Maka perasaan cintanya pada ustadz Zaki akan disadari oleh keluarganya.
"Riana, ayo kita makan siang," ajak Aira dan Aisyah yang membuyarkan lamunan Riana.
"Nggak, kalian aja dulu, aku masih belum laper."
"Gak, pokoknya kamu harus ikut."
"Ya udah ayo!!"
Riana akhirnya ikut dengan kedua sahabatnya ke aula untuk makan siang. Selesai makan, Riana ingin membeli cemilan ke depan. Di temani Aira yang juga ingin membeli sabun, keduanya berjalan beriringan.
"AIRA!!" teriak Ali dari kejauhan, Aira dan Riana menoleh dan menunggu Ali berjalan mendekat.
"Mau kemana sayang?" tanya Ali.
"Mau ke depan beli sabun sama Riana."
"Aku temani ya."
"Jangan, kan aku udah sama Riana."
"Apa perlu Daffa kupanggil, biar kita bisa jalan barengan."
"Apaan sih mas Ali, udah ah ... Kalau kalian mau berduaan ya sana, jangan manggil-manggil ustadz gendeng. Ga perlu," ujar Riana sewot.
"Loh, jangan begitu Riana. Gimanapun juga dia itu calon imammu loh," jawab Ali sambil tersenyum. Riana mendengus kesal dan membalik badan, melangkahkan kakinya meninggalkan Aira dan Ali.
"Jangan gitu mas. Riana sampai sekarang masih ga suka sama ustadz Daffa. Meskipun dia udah pasrah dengan perjodohan ini, bukan berarti hatinya udah menerima," kata Aira membuat Ali menyesal sudah menggoda Riana. Aira pergi mengejar Riana, dan Ali menunggu keduanya di dekat gerbang.
Setengah jam kemudian Riana dan Aira kembali ke pondok membawa belanjaan mereka masing-masing. Lalu, ketiganya ke belakang menuju asrama. Saat melintasi gedung sekolah, Riana melihat Aisyah di dalam toilet. Kemudian ia mengajak Aira menghampiri sahabatnya tersebut. Begitu dekat, Riana, Aira dan Ali membelalakkan matanya.
"Aisyah, kalian berdua habis ngapain kog basah-basahan?" tanya Ali memicingkan matanya.
"Aku dan Aisyah sedang membenarkan kran air yang rusak. Kebetulan tadi lewat dan Aisyah panik, jadi aku bantuin," jawab ustadz Daffa gugup.
Riana mengambil hpnya dan mengambil gambar keduanya yang sama-sama basah. Ustadz Daffa murka dengan apa yang dilakukan Riana. Melihat calon suaminya menatapnya tajam, Riana berteriak dan berlari ke belakang menuju asrama.
"RIANA!! TUNGGU!!" teriak ustadz Daffa mengejar Riana.
Ustadz Daffa mampu mendekati Riana dan memegang tangannya. Sementara Riana menyembunyikan hpnya ke balik badannya dan menggenggamnya erat. Ia ingin foto itu dijadikan alat untuk membatalkan perjodohannya dengan ustadz Daffa.
Ustadz Daffa dan Riana berdiri berdekatan saling berhadapan. Berusaha meraih hp yang digenggam erat oleh Riana. Keduanya tidak peduli dengan tatapan santri dan santriwati yang menonton dari kejauhan.
"Ustadz, kalian belum resmi menikah. Jangan terlalu dekat begitu," teriak ustadz Syamsul yang berdiri bersama para santri.
"Berikan hpmu atau kamu hapus sekarang juga dihadapanku," bisik ustadz Daffa.
"Nggak, ini bukti yang kuat untuk menolakmu," jawab Riana.
"Tapi bukan berarti kamu menyebarkan foto fitnah itu, hapus nggak?" gertak ustadz Daffa pelan.
"Nggak, aku ga akan menyebarkan foto ini. Aku hanya akan tunjukkan foto ini ke ayahku."
"Sama saja Riana, ayahmu pasti akan protes ke Abah. Dan aku bisa di cuci kering sama Abah dan umi. Sekarang hapus foto itu atau kamu akan menyesal."
"Ancamanmu ga ada pedas-pedasnya ustadz, aku ga peduli. Ini kesempatan emasku untuk membebaskanku dari belenggu perjodohan ini," cibir Riana.
"RIANA!!" bentak ustadz Daffa.
Riana menjulurkan lidahnya dan berlari sekuat tenaga. Ustadz Daffa berusaha mengejarnya lagi. Hingga Riana berhasil masuk ke kamarnya dan mengunci pintu, sementara ustadz Daffa terus menggedor pintunya.