NovelToon NovelToon
AKU BISA MEMBUATMU JATUH CINTA, TUAN

AKU BISA MEMBUATMU JATUH CINTA, TUAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak
Popularitas:11.4k
Nilai: 5
Nama Author: Hany Honey

Seri kedua Kau Curi Suamiku, Kucuri Suamimu. (Hans-Niken)
(Cerita Dewa & Fitri)
Masih ada secuil tentang Hans-Niken, ya? Juga Ratu anak kedua Hans.

Pernikahan yang tak diharapkan itu terjadi, karena sebuah kecelakaan kecil yang membuat warga di kampung Fitri salah mengartikan. Hingga membuat Fitri dan Dewa dipaksa menikah karena dituduh melakukan tindak asusila di sebuah pekarangan dekat rumah Fitri.
Fitri berusaha mati-matian supaya Dewa, suaminya bisa mencintainya. Namun sayangnya cinta Dewa sudah habis untuk Niken, yang tak lain istri dari Papanya. Dewa mengalah untuk kebahagiaan Papanya dan adik-adiknya, tapi bukan berarti dia berhenti mencintai Niken. Bagi Dewa, cinta tak harus memiliki, dan dia siap mencintai Niken sampai mati.
Sayangnya Fitri terus berusaha membuat Dewa jatuh cintai padanya, meski Dewa acuh, Fitri tidak peduli.
"Aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku, Tuan!"
"Silakan saja! Cinta tidak bisa dipaksakan, Nona! Camkan itu!"
Apakah Fitri bisa menaklukkan hati Dewa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 18 - Sikap Aneh Dewa

Mereka sarapan berdua di restoran hotel. Melihat Dewa yang benar-benar perhatian padanya sejak tadi pagi, bahkan mungkin sejak tadi malam, karena memindahkan dirinya dari sofa ke tempat tidur. Membuat hati Fitri menghangat. Tapi Fitri sengaja tidak mau merespon dengan menunjukkan senang dan bahagia saat Dewa memperlakukan itu. Biar saja Dewa terus melakukan semua itu, biar impas selama tiga tahun mendiaminya, kini Dewa harus berjuang keras meluluhkan Fitri, dan berjuang keras bersaing dengan Tama.

“Aku sudah selesai, aku balik kamar ya?” pamit Fitri.

“Gak mau jalan-jalan dulu, Fit? Yuk mau ke mana, aku antar,” ucap Dewa yang menawarkan istrinya untuk jalan-jalan dulu.

“Enggak, aku pengin beres-beres lalu pulang ke Bibi Ratna. Lusa aku harus pulang, gak enak sama Tama, ninggaling pekerjaanku lama-lama,” ucap Fitri.

“Gak enak sama Tama atau kangen sama Tama?”

“Aku ini karyawan Tama, kalau libur terlalu lama ya jelas gak enak lah!” jawab Fitri.

“Aku kira kangen sama Tama.”

“Ya kalau kangen jelas kangen, biasa bareng ini dua hari gak bareng kan kangen,” ucap Fitri yang membuat hati Dewa tak karuan. “Sudah aku balik ke kamar dulu!”

Fitri berjalan lebih dulu, meninggalkan Dewa yang masih terpaku di kursinya. Menatap Fitri pergi meninggalkan dirinya.

Kangen?

Kata-kata itu yang membuat hati Dewa membeku. Bisa-bisanya Fitri kangen dengan Tama, padahal baru dua hari tidak bertemu dengannya. Dewa meremas kedua telapak tangannya. Dia mau marah, tapi dia juga yang mulai membuat salah. Apa tidak malu sendiri kalau dia cemburu dan marah? Kalau dibiarkan juga salah, karena dirinya suami dari Fitri. Harusnya bisa menasihati istrinya supaya tidak terlalu dekat dengan pria lain. Namun, tetap saja Dewa merasa tidak pantas melarangnya, karena dia merasa selama ini menjadi suami tidak baik. Menelantarkan istrinya selama tiga tahun, dan membiarkan istrinya dekat dengan sepupunya itu.

Fitri sudah bersiap untuk pulang saat Dewa masuk ke dalam kamarnya. Ternyata benar, Fitri tidak mau lama-lama di hotel bersama dirinya. Kamar sudah rapi, barang-barang yang kemarin dibeli Dewa dari Mall, juga sudah Fitri masukan ke paper bag kembali.

“Ini jadi pulang, Fit? Benar gak mau jalan dulu?” tanya Dewa.

“Iya, aku mau pulang. Kangen juga sama kembar. Ke sini buat kembar masa mau di sini terus?” jawab Fitri.

“Ya sudah yuk?” Dewa menurutinya, dia tidak mau memaksa Fitri. Saat ini yang hanya bisa Dewa lakukan adalah bersabar, dan menuruti apa yang Fitri mau. Dewa juga ingin memberikan kenyamanan untuk Fitri dalam hal apa pun, jadi dia tidak mau memaksa apa yang tidak diinginkan Fitri.

^^^

Dewa masih menemani Fitri di rumah Bi Ratna. Meski banyak diam-diaman dengan Fitri, dan bicara hanya seperlunya saja, Dewa tidak peduli. Padahal selama ini Fitri tidak pernah sediam itu, meski dirinya dingin, Fitri tetap mau mengajak bicara Dewa lebih dulu. Tapi kali ini berbeda. Fitri lebih banyak diamnya, dan sedikit-sedikit bengong.

“Duduk di sana, yuk?” ajak Dewa saat dirinya tengah berada di pantai dengan Putri dan adik kembarnya. “Sudah ada Putri, biar mereka gantian main sama Putri,” imbuhnya.

Fitri yang memang sudah cukup lelah karena dari tadi bermain dengan kembar, akhirnya menuruti Dewa untuk duduk di bangku yang dekat dengan adik-adiknya bermain.

“Hari ini Mama-Papa sudah pulang, dan katanya besok kembar juga mau pulang bareng Putri. Kamu masih mau di sini, atau ikut pulang?” tanya Dewa.

“Kan memang besok waktunya aku pulang,” jawab Fitri.

“Ya sudah besok kita juga pulang,” ucap Dewa.

Kembali mereka terdiam lagi. Tidak ada pembicaraan lagi, Fitri hanya melihat adik-adiknya bermain dengan bahagia. Sedangkan Dewa yang dari tadi didiamkan oleh Fitri, dia memilih mendekati adik-adiknya lagi. Lalu mengajak mereka membeli es krim. Karena Mega dan Angkasa ingin makan es krim.

Dewa membelikannya untuk Fitri juga yang dari tadi duduk sendiri dengan menatap laut lepas. Dewa berjalan ke arah Fitri dengan membawa dua es krim di tangannya. Satu untuk dirinya dan satu untuk Fitri.

“Nih es krim, tadi beliin tuh anak-anak mau es krim. Ini untuk kamu.” Dewa memberikan es krim untuk Fitri, es krim rasa cokelat yang Fitri tidak suka. Padahal Dewa dulu tahu Fitri tidak suka es krim rasa cokelat, karena dia lebih suka yang vanila.

“Dia benar-benar lupa, harusnya kalau mau usah bujuk aku, dia kan ingat aku sukanya es krim vanila, bukan cokelat? Dulu saja kalau beliin bareng sama kembar dia tahu aku sukanya rasa apa? Ini malah salah?” ucap Fitri dalam hati, yang merasa kalau Dewa tidak benar-benar ingin berubah.

“Aku gak pengin,” ucap Fitri.

“Ini enak loh rasa cokelat,” ucap Dewa.

“Aku gak suka es krim rasa cokelat, Dewa.”

“Ini Es Cendol saja. Kamu pasti kangen minum ini, kan? Gak afdol juga kata kamu kalau di sini belum makan es cendol ini?”

Ucapan seorang pria dengan memberikan satu cup es cendol kesukaan Fitri membuat dua orang itu menolah ke arahnya. Siapa lagi kalau bukan Tama? Tama sengaja menyusul Fitri, selain dia kangen dengan Fitri, dia juga pengin bikin sepupunya kebakaran jenggot.

“Tama? Kapan kamu ke sini?” tanya Fitri.

“Semalam sih, nih minum,” jawabnya sambil memberikan es cendol untuk Fitri.

“Fitri gak suka es krim cokelat. Kamu suaminya masa gak tahu?” ucap Tama ketus.

Dewa hanya diam, sejenak dia berpikir, dan teringat waktu dulu, kalau Fitri pernah bilang dirinya tidak suka es krim rasa cokelat. Dia sukanya rasa vanila. Dewa benar-benar lupa tadi, padahal harusnya Dewa lebih mengerti Fitri, daripada Tama.

“Iya aku lupa, kamu sukanya Vanila, ya? Apa mau aku belikan lagi, Fit?” tanya Dewa dengan lembut, meski hatinya riuh, dan terus memaksa untuk marah dengan Tama, tapi dia mencoba menenangkan hatinya. Ia tidak mau Fitri jadi tidak suka dengannya, karena sikapnya yang kasar.

“Gak usah, ini ada es cendol. Aku kangen juga sama es cendol ini, dari tadi aku tungguin gak nongol-nongol sih? Biasanya kan ke sini, mangkal di sebelah sana?” ucap Fitri.

“Tadi Kang Cendolnya masih di depan, di pintu masuk pantai, karena di sana banyak pembeli,” ucap Tama. “Maaf ya, Wa, aku Cuma beli dua,” imbuh Tama.

Sebetulnya sudah dari tadi Tama berada di pantai, tapi dia memilih jauh dari mereka. Membiarkan mereka menikmati kebersamaannya. Tapi setelah Tama amati, Fitri dan Dewa dari tadi hanya diam-diaman saja. Jarang mengobrol, dan Fitri pun terlihat sedang tidak baik-baik saja.

Bagaimana Fitri baik-baik saja? Selama menikah dengan Dewa dia tidak pernah baik-baik saja. Kecuali saat dengan Tama, dia bisa melupakan perihnya hidup yang selama ini ia jalani.

“Gak apa-apa, aku makan es krim saja, ini ada dua, barangkali kamu mau juga,” ucap Dewa yang kini membuka es krim miliknya.

Tama sedikit heran, Dewa hanya diam saja, tidak marah atau mengusir dirinya saat dia meminta Fitri menggeser tubuhnya supaya dirinya duduk di samping Fitri. Dengan santai Dewa menikmati es krimnya, tanpa mengajak ribut dirinya. Kemarin saat dirinya mendekati Fitri, selalu uring-uringan dan marah, tapi kali ini tidak.

Dewa beranjak dari tempat duduknya, dia pergi meninggalkan Tama dan Fitri berdua, tanpa pamit pada mereka. Dewa memilih bergabung dengan ketiga adiknya yang masih saja main di pantai.

“Sudah yuk pulang? Kalian nanti masuk angin lama-lama main di pantai,” tegur Dewa pada adik-adiknya.

“Iya nih mereka gak pada mau udahan, Kak,” ucap Putri. Yang kini pandangannya sambil tertuju pada Fitri dan Tama yang tengah asik mengobrol sambil menikmati es cendol.

“Itu bukannya Tama, Kak? Nyusul dia ke sini?” tanya Putri.

“Iya, itu lagi ngobrol sama Fitri,” jawab Dewa.

“Pulang yuk? Ini udah siang banget loh? Udah panas, anginnya agak kenceng, nanti kalian masuk angin. Besok kalian pulang, kan? Mama sama papa udah di rumah,” ucap Dewa.

“Iya, ya sudah yuk pulang?” ucap Putri. “Ayo Mega, Angkasa, pulang! Ini sudah siang, nanti kalian masuk angin!” teriak Putri mengajak dua adiknya itu untuk pulang.

“Iya, Kak!” teriak mereka.

Mereka segera pulang, Dewa menggandeng tangan Mega, sedangkan Angkasa dengan Putri. Dewa berjalan ke arah Tama dan Fitri yang masih asik mengobrol, dengan diselipi tawa kecil mereka.

“Kita pulang duluan, ya? Barangkali kalian masih mau di sini. Anak-anak sudah main air dari tadi, takut masuk angin,” pamit Dewa pada mereka, lalu dia melangkahkan kakinya untuk segerga pulang. “Ayo Mega, kita pulang dulu, Kak Fitri lagi bahas kerjaan dengan Om Tama,” ucap Dewa dengan mengajak Mega pulang.

Fitri mengangguk dengan perasaan bingung, kenapa Dewa hanya pamit saja dan tidak mengajak dirinya pulang, membiarkan dirinya bersama Tama. Tama pun bingung, kenapa Dewa tidak marah-marah padanya, padahal semalam saja Tama dekatin Fitri, Dewa marah-marah padanya, juga mengusirnya.

“Kak, kenapa Kak Fitri gak diajak pulang sekalian?” tanya Putri.

“Biar saja, mereka sedang ada kepentingan kok,” jawab Dewa.

“Are you okay?” tanya Putri.

“Ya, kakak baik-baik saja kenapa, Dek?”

“Kakak lagi gak baik-baik saja, Kakak lagi cemburu samam Kak Fitri, kan?” tanya Putri.

“Gak tahu Dek, rasanya aneh, sesak, sakit, kesel. Tapi, mau marah juga kakak malu, karena kakak sudah banyak salah sama Fitri. Adanya Fitri dekat dengan Tama juga karena sikap kakak selama ini. Fitri gak salah begitu, Kakak yang salah,” jawab Dewa dengan sendu.

“Sabar, semua butuh waktu. Aku juga memaklumi Kak Fitri sih. Aku sendiri kalau diperlakukan begitu juga aku akan memilih pergi. Tapi, Kak Fitri masih bertahan, karena cintanya begitu besar untuk kamu, Kak,” ucap Putri.

“Tapi ingat, Kak. Sebesar apa pun cintanya perempuan, akan hilang kalau sering disakiti dengan keterlaluan,” ucap Putri yang membuat Dewa terdiam.

1
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
nahhh gtu dong wa.. jd harus lebih kasih owrhatian gtu yg lembut yg romantis
Nafeeza_🎈🎈
q manut author nya gmn kisah mereka.. hahahahha
redmi cepoko
aku kok jadi kurang greget .segitu gampangnya dia luluh sama dewa....
aulia siagian
Makasi upnya thorrrr
Gak sabar lihat respon papa dewa dan mama niken 😂
hansen
sebaiknya hadirkan orang baru untuk ratu..kerana banyak hati yang akan merasa canggung kelak,.masa pernah menjadi suami ibu mu walau pn ibu sambung menjadi suami sendiri..
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
nahh tam mundur alon2 wae lah
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
nahh gitu teruskn wa
Nafeeza_🎈🎈
urusan Lo apa tamaaa dia suami istri wajar lah.. gedek ama Tama iih
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
makin seru aja ini
1 nya berusaha mencintai 1 nya lagi mlh berusaha meminta restu 🤣🤣🤣
adelina rossa
lanjut kak...
Nafeeza_🎈🎈
kasian dewa siih , kasian Fitri juga , tp q mau mrka sama2 gmn donk,, tp LBH kasian q yg baca nungu up lgi. hahhahahaha lanjut author cantikkkkkkkuuuu
Hany Honey: wkwkwkkw kasihan nungguin yak? bentar ye....
total 1 replies
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
kapok mu kapan kannn mkne yg tegas dong wa
hansen
ehm kasihan juga tahu jadi dewa..apa perlu seperti itu Fitri, emang dewa punya salah mengabaikan dirimu 3 tahun tp bukan bermaksud kamu boleh merasa nyaman juga kali sama Tama apa lagi tama itu sepupu dewa...kalau Masih punya rasa cuba la menerima dewa kembali..bukan dengan membuat jarak dan membandingkan kebaikan Tama dan dewa
redmi cepoko: Bagus fitttt .dewa jadi tau rasa di abaikan...biarkan dewa menyesal sedalamnya biarkan merasakan mencintai sendirian...emang enaaakkrasanya cemburuu.itu yang di rasakan Fitri ketika dewa masih mencintai mama Niken tapi Fitri hanya pendamsendiri ...lanjut thorrrr jangan up lama lama bikin greget banget....
total 1 replies
Nafeeza_🎈🎈
wohooooooooo... lanjut author cantiiikkuuuuu lanjuuutt... muach mucahh
Hany Honey: okeeee
total 1 replies
aulia siagian
Makai updatenya Thorrr
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
nahhh gtu dewa lnjut
redmi cepoko
bakar lagi fitt biar ngebul asap di kepala jangan lemah karna cinta ...
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
🤣🤣🤣🤣
kann tau to rasane coba aja klo bener2 di diemin ma fitri apa g kebakaran jengot
Ervina T
Luar biasa
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
lah dewa2 knp masih sulit skli sihh apa kmu g nyadar fti juga baik lho
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!