NovelToon NovelToon
Takdir Anak Yang Tidak Dianggap

Takdir Anak Yang Tidak Dianggap

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam / Menjadi Pengusaha
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Miftahur Rahmi

Seorang perempuan bernama Zainab Rahayu Fadillah memutuskan menikah dengan seorang pria bernama Hasan Bahri. Dia menerima pinangan itu, dikarenakan keluarga sang suami adalah keluarga dari turunan turunan seorang tuan guru di sebuah kota.
Zainab dan keluarga, jika mereka adalah dari keturunan baik, maka sikapnya juga akan baik. Namun kenyataannya bertolak belakang. Dunia telah menghukum Zainab dalam sebuah pernikahan yang penuh neraka.
Tidak seperti yang mereka pikirkan, justru suami selalu membuat huru hara. Mereka hampir setiap hari bertengkar. Zainab selalu dipandang rendah oleh keluarga suami. Suami tidak mau bekerja, kerjanya makan tidur dirumah. Namun penderitaan itu belum selesai, adik ipar dan juga ponakannya juga sering numpang makan di rumah mereka, tanpa mau membantu dari segi uang dan tenaga. Zainab harus berjuang sendiri mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miftahur Rahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Buku gambar dan pensil warna

Zainab dan Hasan memasuki kelambu. Tidak membutuhkan waktu lama, sudah terdengar dengkuran halus dari Hasan. Zainab memasuki kelambu dengan menghela napas lelah.

Sampai kapan begini?

Ia harus memikirkan mencari uang setiap harinya, sedangkan orang yang seharusnya bertanggungjawab malah tidak peduli.

Jika tidak karena anak, ia sudah pergi dan tidak mungkin bertahan selama ini.

Ia mengurut dadanya. Ia menyelimuti dirinya dengan selimut, setelah memastikan kedua anaknya sudah memakai selimut dengan benar.

Fatur, berdiri memegang buku gambarnya. Ia mendapat nilai yang paling tinggi dari teman-temannya. Ia tidak hanya mendapat pujian dari teman-temannya, tapi ia juga mendapatkan pujian dari sang guru. Ia sangat senang dan ia merasa bangga atas pencapaiannya hari itu.

“Keren, Fatur...” kata teman-temannya dengan bangga.

“Kamu keren, dan gambarmu sangat bagus. Ibu, bangga padamu...” ucap seorang guru mengelus kepala Fatur.

Fatur hanya tersenyum. Ia juga memamerkan hasil gambar tersebut pada adiknya dan kedua orang tuanya. Adik dan orang tuanya juga nampak senang dan memuji Fatur.

Didunia mimpi, Fatur adalah anak yang sangat bahagia. Bukan anak yang tidak dianggap keberadaanya, secara langsung maupun tidak.

Dimimpinya, ia seorang anak yang berani. Ia tidak pernah gugup saat berbicara sama orang, dan ia selalu mendapat nilai terbaik.

Saat pagi tiba, Zainab sudah sibuk didapur. Seperti biasanya, mimpi Fatur menjadi terganggu, saat mendengar suara teriakan Zainab yang membangunkannya.

Fatur mengeliat, sebelum akhirnya membuka mata. Ia melirik disampingnya, adiknya masih tertidur dengan pulas. Ia membangunkan Mel. Setelah melewati berbagai drama bangun tidur, keduanya langsung mandi diparit.

Setelah selesai, keduanya berpakaian dan segera sarapan. Zainab, memberikan uang 1000 rupiah untuk keduanya. Mel dan Fatur menerima uang jajan itu dengan wajah sumringah. Saat menyalami tangan sang ibu, Mel pun berbicara.

“Mi, kami disuruh Bu Guru mengambar. Sedangkan, Mel dan bang Fatur, nggak punya buku gambar dan juga pensil warna. Minjam sama teman, kadang dikasi, kadang nggak...” jelas Mel, membuat Zainab menghela napas lelah.

Fatur yang mendengar Mel mengatakan itu, nampak menunggu jawaban dari sang ibu dengan harapan akan dibeli.

“Nanti, kalau umi ada duit, kita beli ya...” ucap Zainab lembut.

Keduanya kompak tersenyum, lalu segera menaiki sepedanya. Dijalan depan rumah mereka, Astuti telah menunggu keduanya.

Tiga bocah itu segera meninggalkan rumah.

Disekolah, Fatur duduk dengan harap cemas. Karena pagi ini, Bu Guru menyuruh mereka mengambar lagi. Ia tidak punya buku gambar, dan pensil gambar juga. Ia melirik kesana kemari, berharap ada juga siswa yang tidak punya buku gambar sepertinya.

“Yang belum punya buku gambar, bisa pakai buku biasa ya...” jelas sang guru.

Fatur mulai mengambar sebuah rumah bertingkat, dengan memiliki banyak pintu. Fatur, tidak begitu jago dalam mengambar. Setiap ada pelajaran mengambar, ia terus mengambar rumah bertingkat yang sama. Karena ia tidak punya ide lain, selain mengambar rumah itu. Setelah siap, ia menatap Adit teman sebangkunya.

“Dit, boleh nggak pinjam Pensil warnanya?” tanya Fatur agak malu, ia takut Adit tidak memberikannya.

Adit tidak menoleh sama sekali pada Fatur, karena ia sibuk mewarnai gambarnya.

“Boleh, tapi jangan pakai banyak-banyak ya... Nanti cepat habis...” ujarnya.

Fatur tersenyum, walaupun dihatinya agak tidak enak hati mendengar kata-kata Adit.

“Makasih...” Fatur mengambil dua pensil warna.

Ia mulai mewarnai gambarnya. Gambarnya cukup bagus dilihat setelah diwarnai, walaupun jika dibandingkan dengan gambar teman-temannya, gambarnya adalah gambar terburuk yang pernah ada.

Ia mengembalikan pensil warna itu, namun ia mencoba mau meminjam yang lain lagi. Tapi Adit diam, tidak berbicara dengan wajah sedikit cemberut. Ia kesal, karena banyak teman-temannya yang meminjam pensilnya, tapi tidak dikembalikan.

“Boleh pinjam lagi nggak?” tanya Fatur.

“Yang hijau itu aja, udah ini nggak minjam lagi deh...” sambung Fatur lagi.

“Ya udah deh, ambil... Nanti kembalikan lagi...” ketusnya.

Fatur meringis mendengar kata-kata Adit. Ia cepat-cepat mewarnai gambarnya, dan segera mengembalikan pensil warna milik Adit.

“Makasih...” ujar Fatur berusaha tersenyum dan tidak memperlihatkan dirinya tersinggung dengan apa yang dikataan oleh Adit.

Setelah semuanya siap. Satu persatu, anak-anak itu mengantarkan hasil gambarnya untuk dinilai oleh sang guru.

Fatur menunggu giliran. Saat ia mengantarkan gambarnya, sang guru hanya melirik sekilas lalu langsung memberi nilai, tanpa komentar dan tidak ada pujian. Fatur melirik kearah gambar yang sudah dinilai sang guru. Ia sedikit kecewa, namun ia masih tersenyum karena ia sudah berhasil membuat gambar yang bagus menurutnya.

Ia kembali duduk dibangkunya. Ia duduk dibangku paling belakang.

“Kamu dapat nilai berapa?” tanya Adit pada temannya. Sang teman, pun memamerkan hasil nilai gambarnya dengan wajah bangga.

“Masih tinggi nilai aku. Berarti punyaku yang paling bagus...” serunya dengan bangga.

“Kau dapat berapa Fatur?” Adit melirik kearah Fatur yang hanya diam.

Fatur berusaha tersenyum dan menunjukkan hasil gambarnya. Adit tersenyum, sedangkan teman yang ada disampingnya malah berseru.

“Punya aku lebih bagus... Gambarmu jelek. Makanya beli buku gambar dan pensil warna, biar bagus gambarmu...” ujarnya, membuat Fatur berusaha tetap tersenyum, walaupun hatinya tersinggung dan ingin menangis.

“Nggak apa-apa, nanti Ummi pasti beliin Fatur buku gambar dan pensil warna...” lirihnya.

Saat istrirahat, Fatur dan Mel jajan. Ia membeli bakwan dua buah dan es lilin dua buah. Setelah itu, keduanya duduk didepan kelas, dan menikmati jajan mereka.

“Enak...” gumam Mel. Begitupun Fatur. Ia juga sangat menikmati makannya.

Tidak lama kemudian, Astuti datang duduk disamping mereka dan berbagi jajan, yang ia beli pada keduanya.

“Ia buat Mel dan Fatur...” ujar Astuti dengan tersenyum lebar, duduk disamping Mel.

Ia menyodorkan dua keripik singkong, dan juga kue basah.

“Makasih As...” sahut Fatur menerima pemberian itu.

Keduanya tersenyum dan berterima kasih pada Astuti selalu baik pada keduanya.

Setelah bel berbunyi, semua anak bergegas masuk kelas. Fatur, Melinda, Astuti, pun mengemasi bungkus jajan mereka.

Pelajaran, begitu lambat menurut Fatur. Ia, sangat mengantuk dan ingin pulang. Namun ia mencoba tidak akan tidur dikelas lagi, ia takut dimarahi oleh Guru, seperti kemarin karena melamun.

Begitu terdengar suara bel berdentang, anak-anak berhamburan keluar dari kelas.

Fatur mengandeng tanga Mel, menuju sepeda mereka. Astuti memanggil keduanya dari kejauhan, lalu berlari kearah keduanya.

“Kita pulang bareng ya....” seru Astuti, menaiki sepedanya.

Disepanjang jalan, ketiga anak itu bercerita, sesekali bernyanyi dengan riang. Setelah sampai, keduanya langsung masuk kedalam rumah.

“Umi kami pulang...” teriak keduanya secara bersamaan, saat berlari masuk rumah.

Keduanya menyalami sang ibu.

“Ganti baju sana...” suruh Zainab.

Keduanya menurut, segera berganti pakaian, dan segera duduk bersila hendak makan.

Keduanya makan dengan lahap. Setelah makan, keduanya langsung membantu umi nya membelah pinang.

“Umi, udah beli buku gambar dan pensil warna Mel dan Abang?” tanya Mel kemudian. Zainab terdiam sejenak.

“Belum nak... Umi belum punya uang untuk belinya. Janji deh, nanti kalau ada duit, Umi belikan ya...” bujuk Zainab.

Keduanya hanya tersenyum, namun dihati keduanya ada rasa kecewa dan sedih.

...****************...

Jangan lupa subscribe, like, komen, beri hadiah, dan vote bintang 5 ya teman-teman😘 sebelumnya, terimakasih udah mampir. Jangan boom like ya teman-teman😘.

1
Miu Nih.
aku hadir kakak untuk mendukungmu...
salam kenal ya, jgn lupa mampir di 'aku akan mencintaimu suamiku' 🤗🤗

aku akan datang kalo udh UP lagi 😉
MifadiruMzn: ok kak
total 1 replies
Abu Yub
Aku mampir lagi thor/Pray//Ok//Good/
Abu Yub
Ngak usah ngomong
Abu Yub
sumber suara
Abu Yub
Lanjut/Ok/
Abu Yub
jangan nakal
Abu Yub
seharian
Abu Yub
Aku datang lagi thor
Abu Yub
Fatur
Abu Yub
selesai makan
Abu Yub
zainab
Abu Yub
Aku datang lagi thor/Ok/
Abu Yub: ok dedek/Ok/
MifadiruMzn: ok kakak, nanti aku mampir ya
total 2 replies
Abu Yub
pada tahun
Abu Yub
saat pagi
MifadiruMzn: pagi kakak
total 1 replies
MifadiruMzn
Jangan lupa vote, like dan komen ya teman-teman/Rose//Heart/
Abu Yub
wanita paruh baya yang masih gadis
Neonaaaaa
lanjut terus Thor🔥🔥🔥
jangan lupa untuk mampir juga yaaa makasihhh
MifadiruMzn: oke kak, nanti saya mampir ya
total 1 replies
Anonymous
Lanjut Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!