NovelToon NovelToon
Dewa Petir Kehancuran 2

Dewa Petir Kehancuran 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi
Popularitas:31.8k
Nilai: 5
Nama Author: Anonim

Seson 2 Dewa Petir Kehancuran......

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anonim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bangkitnya Kekuatan Baru

Malam semakin larut, udara di sekitar mereka mulai mendingin, namun suasana di sekitar api unggun mendadak terasa panas, seolah ada sesuatu yang mengguncang keseimbangan alam di tempat itu. Yu Duan, yang baru saja menerima Lei Nan sebagai muridnya, memutuskan untuk tidak menunda pelatihan ini. Meskipun tahu bahwa jalan di depan akan sulit, ia merasa ada sesuatu yang mendesak untuk segera diungkapkan dari tubuh pemuda ini.

"Baiklah, Lei Nan," kata Yu Duan, menegakkan tubuhnya dan menatap pemuda itu dengan pandangan penuh tekad. "Duduklah dalam posisi lotus. Aku akan membantumu menarik keluar kekuatan yang tersembunyi dalam tubuhmu."

Lei Nan, meski masih kebingungan, segera menuruti perintah gurunya. Ia menyesuaikan posisi duduknya, kedua kakinya menyilang dengan sempurna, kedua telapak tangannya diletakkan di atas lutut, dan punggungnya tegak. Matanya terpejam, mencoba menenangkan pikiran yang bergejolak setelah kejadian barusan. Ia bisa merasakan hawa hangat dari sisa api unggun yang mengelilinginya, namun ada sesuatu yang berbeda kali ini. Udara di sekitarnya perlahan mulai berubah, terasa lebih berat dan panas, seolah seluruh energi di sekitar mereka sedang berkumpul.

Yu Duan mengangkat kedua tangannya, menyalurkan energi qi-nya ke arah tubuh Lei Nan. Ia menekan kedua telapak tangannya ke arah dada muridnya, perlahan mengirimkan aliran energi yang kuat namun terkontrol, mencoba menembus lapisan luar kekuatan petir yang selalu menyelimuti tubuh Lei Nan.

"Hm... ini lebih sulit dari yang kukira," gumam Yu Duan dalam hati. Ia bisa merasakan bagaimana energi petir Lei Nan berusaha menolak masuknya energi asing, seperti badai yang berusaha mengusir angin asing dari wilayahnya. Namun, Yu Duan tak menyerah. Ia terus mendorong energi qi-nya, memaksa masuk ke dalam inti kekuatan muridnya, mencoba menembus lapisan terdalam di mana kekuatan misterius itu bersembunyi.

Saat itu, tanah di bawah mereka mulai bergetar pelan, dedaunan di sekitar mereka bergoyang, dan suhu di sekitar mulai meningkat drastis. Pohon-pohon yang tadinya tenang kini bergoyang liar, beberapa ranting bahkan mulai mengeluarkan asap tipis, seolah terbakar oleh panas yang tiba-tiba muncul. Burung-burung malam yang sebelumnya berkicau pelan mendadak terbang berhamburan, merasakan perubahan energi yang tak wajar ini.

"Heh... ini dia," gumam Yu Duan dengan senyum penuh kepuasan. Ia bisa merasakan sesuatu mulai bangkit dari dalam tubuh Lei Nan, energi yang jauh lebih tua dan lebih kuat dari kekuatan petirnya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menjaga konsentrasinya tetap stabil. "Bertahanlah, Lei Nan... ini akan sedikit menyakitkan."

Mendadak, dari tubuh Lei Nan muncul gelombang panas yang sangat kuat. Api unggun di depan mereka meledak, kayu-kayu yang tersisa langsung habis terbakar, dan bara apinya berhamburan ke segala arah. Panas yang terlepas begitu intens hingga beberapa pohon di sekitar mulai terbakar, batang-batangnya menghitam, daunnya hangus dalam sekejap.

Di saat yang sama, lambang teratai emas tiba-tiba muncul di dahi Lei Nan, bersinar terang di tengah kegelapan malam, memancarkan cahaya emas yang begitu murni hingga membuat Yu Duan terbelalak. Matanya membesar, jantungnya berdegup kencang. Ia mengenali lambang itu, sesuatu yang hanya pernah ia lihat dalam teks kuno dan cerita legenda dari para tetua.

"Lambang teratai emas..." gumamnya dengan suara bergetar. "Benar dugaanku... salah satu  keturunan dari mereka ada di sini..."ucap Yu Duan melihat sosok Lei Nan yang bersinar dengan cahaya emas.

Ia mencoba menenangkan pikirannya, berusaha fokus pada tugasnya. Meski pikirannya dipenuhi kebingungan dan rasa tak percaya, Yu Duan tak punya pilihan selain melanjutkan. Energi yang ia bangkitkan dari tubuh Lei Nan kini meledak tanpa bisa dihentikan, mengalir keluar seperti sungai yang meluap. Dalam sekejap, tubuh Lei Nan mulai melayang, terangkat beberapa inci dari tanah, sementara energi emas terus memancar dari seluruh tubuhnya.

"Baiklah... tetap tenang... ini akan segera berakhir," kata Yu Duan, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Namun sebelum ia sempat melakukan apapun, terdengar ledakan keras dari tubuh Lei Nan. Udara di sekitar mereka bergetar hebat, seperti gunung berapi yang meletus, menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya. Tanah di bawah mereka retak, pohon-pohon tumbang, dan batu-batu besar berguling menjauh seolah terlempar oleh kekuatan tak kasat mata.

Tubuh Lei Nan, yang kini telanjang setelah pakaiannya hancur oleh ledakan energi, dipenuhi otot yang berkilauan dalam cahaya emas. Tato berbentuk naga yang tersembunyi di lengannya kini bersinar terang, seolah terbuat dari emas cair, menyebar dari bahunya hingga pergelangan tangannya, berdenyut seirama dengan energi yang berputar di dalam tubuhnya.

Lei Nan membuka matanya perlahan, pandangannya masih kabur, namun ia bisa merasakan sesuatu yang berbeda. Kekuatan yang mengalir dalam tubuhnya jauh lebih besar daripada yang pernah ia rasakan sebelumnya, bahkan melebihi saat ia menggunakan armor petirnya. Ia menatap kedua tangannya, melihat kilatan emas yang menari di sepanjang ototnya, menyatu dengan tato naga yang terus berdenyut, seolah hidup.

Namun, euforia itu hanya bertahan sejenak. Tiba-tiba, Lei Nan merasakan kelelahan yang luar biasa. Tubuhnya mulai melemah, aura emas yang sebelumnya menyelimutinya perlahan memudar, dan cahaya teratai di dahinya meredup. Tubuhnya bergetar hebat sebelum akhirnya terjatuh ke tanah dengan keras, napasnya tersengal-sengal, keringat mengalir deras dari pori-porinya.

Yu Duan hanya bisa tersenyum melihat keadaan muridnya. "Hahaha... ini baru permulaan, bocah," katanya dengan nada puas. "Dengan kondisi tubuhmu sekarang, kau belum bisa mengendalikan kekuatan itu sepenuhnya. Tapi jangan khawatir... aku tahu apa yang harus kulakukan."

Malam kembali sunyi setelah ledakan energi yang mengguncang seluruh hutan. Hanya sisa-sisa percikan api yang kini terserak di sekitar mereka, batang-batang pohon yang terkelupas serta hangus menjadi saksi betapa kuatnya kekuatan yang baru saja dilepaskan. Udara di sekitar mereka masih terasa panas, meski angin malam berusaha membawa kesejukan ke tengah kekacauan ini.

Lei Nan terbaring tak berdaya di atas tanah yang berdebu, napasnya masih tersengal-sengal seperti seseorang yang baru saja melintasi batas kemampuannya. Tubuhnya dipenuhi keringat, otot-ototnya terasa kaku dan nyeri seolah baru saja dipaksa bekerja melampaui batasnya. Ia bisa merasakan dinginnya tanah di punggungnya, bercampur dengan serpihan daun dan ranting yang terlempar akibat ledakan tadi.

Yu Duan, berdiri tak jauh dari Lei Nan. Pria tua itu mengusap janggutnya yang mulai memutih, matanya menyipit seolah mencoba memahami misteri yang baru saja ia ungkap. Lambang teratai emas yang tadi bersinar terang di dahi Lei Nan kini telah menghilang, seolah tersembunyi kembali di dalam kedalaman jiwanya, menunggu saat yang tepat untuk muncul lagi.

Lei Nan perlahan membuka matanya, pandangannya masih kabur. Ia mencoba menggerakkan tangannya, namun otot-ototnya terasa begitu kaku dan nyeri. Ia mengangkat kepalanya sedikit, melihat kedua tangannya yang kini bersih dari tato emas yang sebelumnya bersinar terang. Hanya bekas garis halus yang samar terlihat di kulitnya, seperti jejak api yang hampir padam.

"Ugh..." Lei Nan mengerang pelan, mencoba duduk meski tubuhnya terasa begitu berat. Pandangannya berkeliling, melihat bekas kehancuran di sekitarnya. Pohon-pohon yang sebelumnya berdiri kokoh kini tumbang, beberapa di antaranya bahkan hangus terbakar hingga batangnya menghitam. Udara di sekitar mereka masih berbau hangus, bercampur dengan aroma tanah yang terbakar.

Yu Duan melangkah mendekat, suaranya berat namun terdengar lega. "Bangkitlah, Lei Nan," katanya, menepuk bahu muridnya dengan cukup keras hingga tubuh Lei Nan sedikit terhuyung. "Kau telah melalui tahap pertama... meski belum sepenuhnya berhasil, ini adalah langkah awal yang baik."

Lei Nan menatap gurunya, matanya masih dipenuhi kebingungan. "Guru... apa yang sebenarnya terjadi tadi?" tanyanya dengan suara serak. "Energi emas apa itu? Kenapa tubuhku terasa begitu lemah sekarang?"

Yu Duan menatap Lei Nan sejenak, matanya menyipit seolah menimbang-nimbang apakah ia akan menjawab pertanyaan itu atau tidak. Ia menarik napas dalam-dalam, merasakan aroma tanah yang masih berasap sebelum akhirnya menggeleng pelan.

"Jawaban itu bukan sesuatu yang bisa aku berikan padamu, Lei Nan," katanya dengan suara tenang namun penuh makna. "Itu adalah sesuatu yang harus kau temukan sendiri. Setiap langkah yang kau ambil, setiap pertarungan yang kau hadapi, akan membawamu lebih dekat pada kebenaran itu."

Lei Nan terdiam, matanya menatap gurunya dengan pandangan penuh tanda tanya. Namun sebelum ia bisa bertanya lebih jauh, tubuhnya kembali bergetar, rasa lelah yang tadi menguasainya tiba-tiba berubah menjadi rasa sakit yang menusuk di setiap ototnya. Ia menggigit bibirnya, berusaha menahan erangan yang hampir keluar dari mulutnya.

"Jangan bergerak terlalu banyak," peringatan gurunya terdengar tajam. "Tubuhmu baru saja terbangun dari tidur panjangnya. Otot-ototmu butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan energi baru yang mengalir dalam nadimu."

Lei Nan mengangguk pelan, mencoba mengatur napasnya yang masih tersengal. Ia menundukkan kepalanya, melihat otot-otot lengannya yang kini terasa lebih padat dan kuat. Ia bisa merasakan energi yang berbeda dari biasanya, sesuatu yang jauh lebih kuat dan lebih liar daripada kekuatan petirnya.

Yu Duan berjongkok di depannya, kedua matanya menatap tajam ke dalam mata Lei Nan. "Dengar baik-baik," katanya dengan nada serius. "Jangan terburu-buru mencari jawaban. Kekuatan seperti milikmu membutuhkan waktu untuk dipahami, dan kau harus siap menerima konsekuensinya. Jangan biarkan rasa penasaranmu membawamu ke jalan yang salah."

Lei Nan menatap gurunya, mencoba membaca ekspresi wajahnya. Namun Yu Duan, dengan semua pengalaman dan kebijaksanaannya, tetap tak tertebak. Ia menepuk bahu muridnya sekali lagi sebelum berdiri, menghembuskan napas panjang seolah mencoba mengusir kelelahan yang tiba-tiba melanda tubuhnya.

"Beristirahatlah," katanya sambil melangkah menjauh. "Besok kita akan kembali pasti putriku cemas karena kita tidak pulang hahahaha."ucap tawa keras Yu Duan.

1
Mahmud Mamu
mantappp lanjut thor
Himawan Wawan
lanjutkan
Rhaka Kelana
lanjutan nya mana nih...
Andri Iswanto
mau ada kelanjutannya enggak ni crita
Ernest T
lupa 9jari petir....
smngat ln
4wied
mulai dah perjalanan perjuangan petualangan cinta Lei Nan dan Yu Tian
4wied
jadiin
Khairul Azman Abdul Kahar
kenapa tak guna pedang
Epi Cendrawati
lanjut ceritanya seru
Yosef Kurniawan
sperti nya Thor udh lelah.. 🥲🥲
Nur Aini
lanjutkan terus Thor sampai tamat
Degar Garnika
dimulai lagi perjalanan menuju kekuatan yang lebih kuat..... lanjuuuttt
Degar Garnika
tempat misterius dan pelatihan yang misterius..... lanjuuuttt
Degar Garnika
pengetahuan untuk mengenal tujuan dan latar belakang pelatihan..... lanjuuuttt
Degar Garnika
aura membunuh yang kuat.... lanjuuuttt
Degar Garnika
mulai perjalanan menuju kekuatan yang lebih kuat.... lanjuuuttt
Degar Garnika
pelatihan kedua di tempat yg menakutkan dan penuh bahaya..... lanjuuuttt
Degar Garnika
kekuatan yang tersembunyi mulai bangkit..... lanjuuuttt
Degar Garnika
guru misterius dgn kekuatan yang misterius..... lanjuuuttt
Degar Garnika
ternyata penasaran..... lanjuuuttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!