Di dunia kultivasi, Lin Chen, seorang pemuda dari Desa Hutan Bambu yang dianggap cacat karena tidak memiliki Dantian, menemukan sebuah kristal misterius di danau dekat rumahnya. Kristal itu menyatu dengan mata kanannya, memberinya kekuatan Mata Dewa—artefak ciptaan Sang Maha Pencipta yang mampu mengendalikan sembilan hukum di alam semesta.
Dengan kekuatan barunya, Lin Chen perlahan bangkit dari posisi terendah menuju puncak kekuasaan, menjadi sosok yang berpengaruh besar dalam menjaga keseimbangan alam semesta.
Namun, warisan ini membawa tanggung jawab besar, menempatkannya di tengah takdir yang akan mengubah dunia, juga dirinya, selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Dendam Yang Menyala
Bab 18. Dendam Yang Menyala
Lin Chen yang saat ini dipenuhi oleh euforia karena mendapatkan 20 batu roh tiba-tiba merasakan tubuhnya membeku.
Tekanan yang sangat kuat mengunci tubuhnya, membuat Lin Chen tidak bisa bergerak sedikit pun.
Tak lama kemudian, suara seorang pria paruh baya terdengar, berkata dengan nada yang mengandung energi Qi yang menyebar luas di area sekitar:
"Nak, berhenti di sana."
Setelah suara itu terdengar, tekanan yang mengunci tubuh Lin Chen tiba-tiba menghilang. Dia pun bisa bernapas lega.
Secara refleks, tubuhnya berbalik. Di hadapannya berdiri seorang pria paruh baya mengenakan jubah brokat berwarna emas, perlahan mendekat ke arahnya. Auranya begitu luas dan mendalam hingga membuat semua orang yang melihatnya tanpa sadar menundukkan kepala.
Lin Chen sendiri merasa bahwa sosok di depannya adalah seseorang dengan kekuatan yang tak mungkin dia tandingi saat ini. Dari fluktuasi energi yang terpancar, pria paruh baya itu berada di ranah Jiwa Berbunga level 4 tahap puncak.
Bagi orang biasa, mungkin sulit untuk melihat detail tersebut. Namun, dengan Mata Dewanya, Lin Chen dapat membaca kekuatan pria itu dengan jelas.
Dalam sekejap, pria paruh baya itu tiba tepat di depan Lin Chen. Matanya menyipit, mengamati pemuda di depannya dengan saksama. Setelah beberapa saat, dia berkata:
"Usia 15 tahun, ranah Pengumpulan Qi level 1 tahap awal. Bagus, kamu lulus kualifikasi."
Pria itu melanjutkan dengan nada memerintah,
"Nak, aku adalah Gu Yang, salah satu tetua dari Sekte Pedang Surgawi. Aku mengundangmu secara khusus untuk masuk ke dalam Kelas Emas dan mengangkatmu sebagai murid pribadiku. Bersyukurlah, dan segera bersujud untuk melakukan penghormatan guru dan murid."
Mendengar hal itu, Lin Chen tak bisa menyembunyikan kerutan di dahinya.
Meskipun pria di depannya adalah tetua Sekte Pedang Surgawi yang sangat kuat, Lin Chen sama sekali tidak senang dengan nada bicaranya yang terkesan memerintah. Seolah pria itu adalah majikan dan dirinya hanyalah budak kecil yang harus tunduk dan menuruti segala perintahnya.
Akhirnya, Lin Chen tidak bisa menahan diri untuk membuat wajah cemberut. Namun, demi kesopanan, dia tetap menangkupkan tangan dan sedikit membungkukkan tubuhnya kepada Gu Yang. Dengan nada sopan namun tegas, dia berkata:
"Maaf, tapi junior ini tidak berminat untuk masuk ke kelas emas ataupun memuja yang lebih tua sebagai gurunya. Sekali lagi, mohon maaf jika junior ini menyinggung, karena junior ini merasa lemah dan yakin masih banyak yang lebih pantas untuk menjadi murid Anda."
Meskipun terdengar sopan, ketegasan yang tak terbantahkan terasa di balik kata-katanya.
Mendengar hal itu, ekspresi terkejut melintas di wajah Gu Yang. Namun, detik berikutnya, raut wajahnya berubah dingin. Dengan suara rendah yang penuh tekanan, dia berkata:
"Apakah kamu baru saja menolak?"
Seiring dengan ucapannya, tekanan dahsyat langsung melingkupi tubuh Lin Chen, memaksanya berlutut. Dalam sekejap, udara di sekitarnya terasa dingin dan berat, membuatnya kesulitan bernapas.
Merasa tekanan yang begitu hebat ingin memaksanya tunduk, kilatan keganasan muncul di mata Lin Chen. Dalam sekejap, kekuatan fisiknya yang telah diperkuat sembilan kali lipat segera diaktifkan. Dengan kekuatan yang luar biasa, dia berhasil menahan tubuhnya agar tidak berlutut.
Meskipun begitu, tubuhnya gemetar hebat, dan keringat deras mengalir membasahi wajahnya. Ia berjuang mati-matian agar tidak tunduk di bawah tekanan Gu Yang.
Melihat pria muda di depannya mampu bertahan, kilatan keterkejutan kembali muncul di wajah Gu Yang. Akhirnya, dengan nada yang dalam dan acuh tak acuh, dia berkata:
"Nak, jika kau dengan patuh memujaku sebagai tuanmu, aku tidak akan mempersulitmu seperti ini."
Setelah mengatakan itu, Gu Yang menarik kembali tekanannya, memberikan Lin Chen kesempatan untuk menjawab.
Di sisi lain, begitu merasakan tekanan itu menghilang, Lin Chen segera menarik napas dalam-dalam, seolah ingin menggantikan udara yang telah lama hilang darinya.
Setelah menenangkan dirinya, Lin Chen berbicara dengan nada yang jauh lebih tegas dari sebelumnya. Kali ini, bahkan ada jejak kesombongan dan arogansi dalam suaranya.
"Maaf, tapi aku, Lin Chen, adalah pria normal yang lurus. Aku sama sekali tidak berminat menjalin hubungan dengan sesama jenis, apalagi memuja Anda sebagai guru. Silakan cari orang lain."
Ucapannya terdengar acuh tak acuh, bahkan ada nada ketidaksukaan yang jelas dalam suaranya.
Pada titik ini, Lin Chen benar-benar membuang semua etiket sopan santun terhadap Gu Yang. Paksaan yang dilakukan pria itu telah menyebabkan luka dalam pada dirinya. Beruntung, Pohon Kehidupan di dalam dantiannya bersinar terang dengan cahaya hijau keemasan, membantu meregenerasi tubuhnya.
Seketika suasana mendadak menjadi sunyi. Suara Lin Chen tidak keras, namun karena diselimuti oleh energi Qi, suara itu menyebar luas sehingga dapat didengar dengan jelas oleh semua orang.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Lin Chen, tubuh Gu Yang gemetar hebat karena marah. Wajahnya menjadi semakin dingin, sementara niat membunuh yang ganas terpancar dari matanya.
Detik berikutnya, aura yang luar biasa dahsyat langsung meletus dari dalam tubuhnya.
BOOM!
Suhu udara turun tajam, dan semua orang merasakan napas mereka menjadi berat.
Terlebih lagi, Lin Chen merasakan tekanan yang jauh lebih besar dibandingkan yang lain. Udara di sekitarnya seolah kehilangan oksigen, membuatnya seperti tercekik hingga nyaris tak dapat bernapas.
Namun, tiba-tiba terdengar suara lembut dan anggun dari arah lain. Nada suaranya terdengar acuh tak acuh, tetapi memiliki wibawa yang tak terbantahkan.
"Apakah hal seperti ini pantas dilakukan oleh seorang tetua? Sungguh membuat orang tak bisa berkata-kata," ucapnya dengan tenang, sambil melepaskan aura yang jauh lebih kuat dari Gu Yang.
BOOM!
Kekuatan yang lebih besar meletus seketika, menyebar luas ke segala arah.
Kekuatan itu tidak hanya mengimbangi, tetapi sepenuhnya menelan aura yang dilepaskan oleh Gu Yang.
Dalam sekejap, suhu udara kembali normal, dan semua orang akhirnya dapat bernapas lega.
Tidak lama kemudian, terdengar suara lain dari seorang pria paruh baya.
Dia berbicara dengan nada datar, "Untuk kali ini, perbuatanmu sudah melewati batas, Tetua Gu. Apakah kamu ingin membahayakan semua murid baru dengan keegoisanmu? Ataukah kau ingin pergi Lembah Sunyi untuk merenungkan diri?" ucapnya dengan acuh tak acuh.
Dia adalah Liu Wei, salah satu mentor yang yang ada di kelas perak juga.
Mendengar hal itu, bukannya merenungi kesalahannya, Gu Yang justru menjawab dengan acuh tak acuh,
"Huh... Aku hanya mengajari seorang junior bagaimana belajar sopan santun kepada yang lebih tua," ucapnya.
Tiba-tiba, suara mengejek dari wanita sebelumnya terdengar lagi.
"Mengajari sopan santun? Hahaha, sungguh kata-kata yang luar biasa. Aku sudah melihat semuanya dari awal hingga akhir. Sikapmu sendiri mencerminkan seseorang yang sama sekali tidak layak mendapatkan rasa hormat," ucapnya dengan nada dingin.
Mendengar itu, wajah Gu Yang berubah menjadi sangat buruk.
"K-Kamu!" serunya dengan suara bergetar, menahan amarah.
Wanita itu balas menantang.
"Aku apa? Jangan mentang-mentang karena keponakanmu berhasil mendapatkan kualifikasi untuk masuk ke Sekte Kelas Menengah dan menerima sedikit pujian dari Pemimpin Sekte, lantas kamu bisa bertindak semaumu. Tidak semua orang ingin bergabung dengan kelas emasmu," ucapnya tajam.
Wanita itu bernama Zhao ZhiQing, seorang tetua muda dengan asal-usul yang masih belum jelas. Namun satu hal yang pasti, bahkan Pemimpin Sekte tidak berani bersikap tidak sopan padanya.
Mendengar nada tajam dari pihak lain, Gu Yang hanya bisa menggertakkan giginya. Dari bentrokan aura sebelumnya, dia menyadari bahwa pihak lain jauh lebih kuat darinya. Dia tahu lawannya berada di tahap Jiwa Berbunga level 8 tahap menengah, empat level di atasnya. Kesenjangan ini membuatnya benar-benar merasa tidak berdaya.
Tidak bisa dipungkiri, sejak keponakannya direkomendasikan ke sekte tingkat menengah dan sangat dihargai oleh Pemimpin Sekte, Gu Yang menjadi lebih sombong. Statusnya di Kelas Emas membuatnya dihormati oleh banyak orang, hingga membuatnya lupa diri, seolah-olah dunia berputar di sekelilingnya.
Di sisi lain, setelah mengatakan kata-kata tajam kepada Gu Yang, Zhao ZhiQing melangkah perlahan dengan elegan menghampiri Lin Chen. Dengan nada penuh perhatian, dia bertanya,
"Bagaimana kondisimu?"
Mendengar pihak yang membelanya secara terang-terangan kini menanyakan keadaannya dengan penuh perhatian, arus hangat langsung mengalir di hati Lin Chen. Dengan senyum kecil, dia menangkupkan tangannya dan sedikit membungkuk hormat.
"Junior ini baik-baik saja. Terima kasih atas perlindungan mentor sebelumnya. Junior akan selalu mengingat kebaikan ini di dalam hati dan akan membalasnya berkali-kali lipat di masa depan," ucap Lin Chen dengan sungguh-sungguh.
Zhao ZhiQing terkekeh kecil dan berkata,
"Dasar bocah kecil, mulutmu sangat licin," ucapnya tersenyum kecil.
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan,
"Apakah kamu bersedia mengakuiku sebagai gurumu dan masuk ke Kelas Perak? Tenang saja, selama aku ada di sini, tidak akan ada satu orang pun yang bisa mengintimidasimu," ucap Zhao ZhiQing sambil menyipitkan matanya, menatap Gu Yang dengan sinis.
Tiba-tiba, Lin Chen langsung berlutut, bersujud tiga kali. Setelah selesai, dia berkata,
"Murid Lin Chen memberi penghormatan kepada guru."
Melihat itu, Zhao ZhiQing mengangguk puas.
"Bagus. Kamu tidak perlu tinggal di sini lebih lama lagi. Ikuti aku, kita akan menuju wilayah Kelas Perak," ucap Zhao ZhiQing sambil melangkah pergi, diikuti oleh Lin Chen yang berjalan tenang di belakangnya.
Namun, sebelum pergi, Lin Chen sempat melirik ke arah Gu Yang. Ketika tatapan mereka bertemu, seolah-olah percikan listrik dan jejak permusuhan yang tak terucapkan langsung terlihat jelas.
Bahkan saat ini, Gu Yang memiliki niat membunuh yang samar di kedalaman matanya. Di sisi lain Lin Chen juga sama sekali tidak takut, dia akan mengingat dendam ini didalam hatinya. Yang dia butuhkan hanya waktu, selama diberi waktu dia akan tumbuh menjadi lebih kuat dan membalas dendam ini sepuluh kali lipat, tidak..dia akan membalasnya seratus kali lipat.