Felisberta Divya Deolinda gadis pemalas dan putri kesayangan keluarganya, Naumi sebagai seorang sahabat selalu membantu dia dalam pelajaran. Sampai suatu hari terjadi kecelakan dan membuat Feli koma, saat terbangun dia terkejut mendapatkan dirinya ada di dalam novel yang selalu dibacanya berjudul ‘Bos Mafia Muda’. Pemeran utama wanita di novel itu bernama Shanaya, dalam cerita Shanaya berakhir menyedihkan. Feli menjadi Shanaya dan menjadi istri dari Bos Mafia Muda itu yang bernama Shankara Pramudya Anggara. Di usia yang masih muda Shankara bisa menaklukkan semua Mafia yang ada di Negaranya, sosok laki-laki itu ditakuti semua orang tidak ada siapa pun yang berani menentang maupun melawannya karena itu Shankara Pramudya Anggara dikenal sebagai Bos dari semua Mafia yang ada di Negaranya atau di sebut Bos Mafia Muda. Alur ceritanya berubah seiring waktu setelah Feli menjalankan kehidupannya bersama Shankara.
@KaryaSB026
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibela26 Siyoon93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
“Masalah tadi aku bisa anggap angin lalu tapi sekali saja kalian menyentuh temanku tidak akan aku biarkan,” Nina kewalahan dan hampir saja di pukul menggunakan pot bunga untungnya Feli tepat waktu menyelamat kan nya.
“Kalian bukan tandingan ke empat anak buahku,” wanita itu semakin sombong.
“BENAR KAH ?” yang tadinya Feli tidak mau memperpanjang kini dirinya marah.
“AH mereka berisik sekali,” anak buahnya mengeluarkan pistol mendengar ucapan wanita itu.
Tembakan siap meluncur di kepala Feli dan Nina “BERHENTI !!” Shankara datang.
“Siapa lagi ini yang datang ikut campur ?”
“Sedikit saja kalian menyentuh istriku aku pastikan kalian tidak akan melihat matahari terbenam !” ancam Shankara.
“HAJAR DIA !!!”
“Kenapa kalian berhenti ?” wanita itu langsung melihat pintu depan. Dika dan Raymond datang bersama anak buahnya dengan jumlah banyak.
“Meski mereka orang kuat di pulau ini jika melawan orang sebanyak itu pasti kalah,” guman wanita itu.
Menelpon “Hallo suamiku, aku ditindas seseorang …” pura-pura sedih.
“Siapa yang berani menindas istriku ? kirimkan lokasinya sekarang !”
“Sebentar lagi suamiku datang, sebaiknya kalian pergi sebelum hal buruk terjadi !”
“Anda terlalu percaya diri Nyonya,” ledek Raymond.
“Kamu terluka ?” Shankara dipenuhi rasa khawatir.
“Sedikit,” Feli tersenyum kecil.
“Ray bawakan obat !” Raymond langsung berlari mengambil obatnya.
“Cis wanita manja.”
“Rasanya aku ingin membuatnya menjadi perkedel,” Nina sangat kesal.
“Sabar sabar …” Dika meredakan kekesalan Nina.
“Ini Bos !”
“Rasanya mungkin sedikit perih,” mengoleskan obat di luka Feli.
“Tolong pelan-pelan !”
“Maaf …”
“Siapa yang berani membuli istriku ?” pria gendut berjas datang dengan beberapa orang bersamanya.
“Sayang mereka menindas ku,” menghampiri suaminya.
“Astaga boleh kah aku menyumpal mulutnya dengan cabe ?” dibalik kekesalan Nina, Dika malah tertawa kecil.
“Mana ? siapa yang ….” dia melihat semua orang disana.
“Tuan Dika, Tuan Raymond ?”
“Kalau saja dia tidak mengenali Bos tamat riwayat nya,” gumam Raymond.
“Jangan-jangan Dia …?? Bos Shan Bos seluruh Mafia terkejam terkuat di Negara ini,” suaminya mulai gemetar seluruh tubuh.
“Istrimu menindas istriku, dia semena-mena sama orang lain.”
“Ah itu bos maaf dia tidak tau apa-apa ..”
“Suamiku ??”
“Diam kou.”
“Menurutmu siapa yang salah ?”
Menampar istrinya cukup keras “Bodoh dasar istri bodoh cepat minta maaf !!”
“Tapi …”
“Cepat kalau tidak mau mati.”
“Ma ma maaf kan saya Nyonya,” sujud minta maaf.
“Bisa-bisanya aku tidak mengenali dia,” menyalahkan dirinya sendiri.
“Bayar semua kerusakan akibat ulahnya,” menggendong Feli.
“Baik Bos.”
“Terima kasih atas kemurahan hati Bos,” suaminya ikut sujud.
“Kita pulang disini tidak ada makanan yang enak.”
“Hemn …” Feli berpegangan erat.
“Keluarkan dia dari daftaran teratas pebisnis, hancurkan kaki dan tangan wanita itu !” sembari pergi.
“Baik Bos.”
“Apa yang kalian lakukan ?” sesuai perintah Shankara mereka memberi hukuman keduanya dengan kejam tanpa ampun.
Di perjalanan pulang Feli tertidur, Shankara tidak melepaskan genggaman tangannya.
“Gadis ceroboh, itulah mengapa aku mengirim pengawal mengikuti mu.”
Setibanya di Vila Shankara menggendong Feli ke kamarnya. Nina, Raymond dan Dika mengikuti dari belakang.
“Kalian tunggu di ruang tamu !”
“Baik Bos.”
Perlahan Shakara menidurkan Feli “Tidurlah aku akan kembali lagi nanti,” mengecup kening Feli yang sempat membuka mata lalu tertidur kembali.
“Mereka sudah di beri pelajaran ?”
“Sudah Bos.”
“Lain kali hubungi aku,” melirik Nina lalu duduk.
“HP ku tertinggal Bos,” jawabnya pelan.
“Dika belikan satu buah ponsel untuk Annya !”
“Baik Bos.”
“Seleramu sebagai wanita bisa membantu Dika memilah jenis atau pun model ponsel.”
“Iya Bos,” Nina ikut dengan Dika membeli ponsel.
“Dimana ipad nya ?”
“Ini Bos,” Raymond mengambilnya.
30 menit kemudian
“Aww kakiku …”
“Ada apa ?”
“Tergores dan rasanya cukup menyakitkan.”
“Kemari !” Feli mendekat lalu Shankara meniup dengan lembut luka di kakinya.
“Baru sadar punya suami yang baik,” Shankara menyadari Feli yang terus tersenyum memandangnya.
“Benar, meski seorang mafia ternyata bisa menjadi suami yang baik juga.”
“Lain kali jangan menghadapinya sendiri, kamu memiliki aku untuk diandalkan. Aku akan melindungi dimana pun dan kapan pun.”
“Eh ko aku jadi baper yah.”
“Pakai ini untuk menghubungiku jika terjadi sesuatu,” memberikan kantong kain jinjingan berwarna ungu.
“Apa ini ?”
“Buka saja !”
“Ponsel ?”
“Dengan itu kamu akan lebih mudah menghubungiku.”
“Terima kasih.”
“Itu semua harus bayar.”
“Dibayar ?” Feli sedikit terkejut.
“Hemn.”
“Bagaimana aku membayarnya ?”
“Aku terima bayaran dengan apapun.”
“Kalau begitu begini saja,” Feli memberikan ciuman.
“Kamu harus di hukum karena masalah tadi, jika terjadi sesuatu yang lebih buruk lagi mungkin aku akan menghabisi semua orang yang ada di toko itu.”
“Jadi bagaimana kamu akan menghukum ku ?” melingkarkan tangannya di leher Shankara dan mereka bercumbu.
“Sesuai harapan,” Nina kegirangan mendengar suara dari kamar Feli.
“Kalian ?” ketika berbalik Nina terkejut karena Dika dan Raymond berdiri menatapnya.
“Bagaimana reaksi Annya kalau tamu sahabatnya suka menguping …”
“Mengintip interaksi sahabatnya dengan suaminya …”
“Aku mohon jangan memberitahu dia.”
“Tapi ada syaratnya,” saling memandang.
“Kenapa harus ketahuan segala sih.”
Selama semalaman Nina di jadikan pesuruh oleh mereka, Nina sangat kesal karena perlakuan Dika dan Raymond tetapi dia tidak mau kalau sahabatnya mengetahuinya.
“Hoaaammm pagi yang cerah,” Feli baru saja bangun.
Berjalan menuju balkon kamar “Sinar matahari yang hangat,” berdiri di bawah sinar matahari pagi.
Selesai mandi Feli turun dan tidak sengaja melihat Nina yang tertidur di sofa ruang tamu.
“Nina ? kenapa dia tidur di sofa ?”
Duduk di sofa “Nyonya ??”
“Pelan kan suara kalian !”
“Sarapan ?”
“Bawa kesini !” pelayan itu menyuguhkan sarapan di meja.
Feli menikmati sarapan roti tawar dengan selai coklat beserta susu coklat kesukaan nya.
“Astaga jam berapa ini ?” Nina terkejut.
“Jam 9 pagi,” jawab Feli santai.
“Uhhh aku lelah sekali.”
“Ada apa ?”
“Mereka membuat aku terus melakukan ini itu huhu huuu …”
“Siapa ?”
“Dika dan Raymond.”
“Cepat pergi mandi sana lalu sarapan setelah itu temani aku jalan-jalan pagi.”
“Emang Bos kemana ?”
“Dia sudah pergi dari tadi pagi.”
“Baiklah tunggu aku sebentar saja,” berlari ke kamarnya.
Shankara pergi menemui Rahel di kantornya, Rahel yang kedatangan Shankara secara tiba-tiba.
“Bos mencari ku sampai ke kantor ? apa terjadi sesuatu dengan senjata yang ku buat ?”
“Senjata yang kamu buat tidak ada tandingannya.”
“Tetapi kehadiran senjata itu mengundang banyak orang mencarinya.”
“Semua informasi pembuatan senjata itu tidak di ketahui banyak orang bahkan pembuatannya di lakukan orang kepercayaanku.”
“Mereka mungkin mencari-cari informasi orang yang membuat senjata itu ke penjuru negeri.”
“Acara lelang minggu lalu membuat senjata itu menarik perhatian banyak orang,” tambah Dika.
“Kamu harus menjaga baik-baik sketsa nya.”
“Pastinya Bos.”
“Tuan Rahel senjata ini terbentur saat di sembunyikan apa bisa di perbaiki hari ini ?” Raymond membawa senjata itu.
Rahel mengecek senjata itu “Hanya lecet saja, dua jam juga beres.”
Senjata yang di buat Rahel mirip seperti senapan hanya saja ukurannya lebih besar, selain itu senjata itu mampu menggunakan beberapa caliber peluru dengan jumlah banyak dan bagian bawah menggunakan granat ukuran kecil. Senjata itu memiliki keunggulan yang jarang di miliki beberapa senjata terbaik di Negaranya terlebih lagi bisa di gunakan dengan dua isi senjata.
“Saya memang mendengar kejadian minggu lalu di acara lelang yang diadakan Tuan Dikro tapi saya penasaran siapa orang yang berani mengacaukan acaranya dan mengambil senjata ini,” memegang senjata itu.
“Bawa ke ruang perbaikan senjata !” tambahnya.
“Baik tuan.”
“Hanya wanita biasa yang ingin balas dendam,” jawab Shankara.
“Orang itu Haselin,” sambung Dika.
“Nampaknya musuh Bos bertambah yang dulu hanya orang luar kini keluarga sendiri.”
“Sudah lama aku keluar dari keluarga Anggara, sekarang bagi ku Haselin hanyalah orang luar.”
“Entah apa yang di inginkan dia sampai menjadi musuh Bos.”
“Apa dia sendirian atau ?” tanya Rahel.
“Dia tidak mungkin sendirian melawanku, dia tau betul siapa aku sekarang.”
“Mereka yang menjadi komplotannya sungguh tidak sayang dengan nyawa mereka sendiri.”
“Sungguh aku penasaran sampai kapan mereka bisa bertahan menjadi musuh Bos,” Rahel tersenyum ngeri.
Suara dering ponsel “Istriku telpon,” mengangkat telpon.
“Baiklah, iya iya aku pulang sekarang,” menutup telpon.
“Bos maaf sepertinya obrolan kita sampai disini saja, istriku merengek minta aku pulang. Nanti aku antarkan sendiri senjata itu ke rumah,” berjalan keluar ruangan.
“Hemn.”
“Bos selanjutnya …”
“Pulang !” lebih dulu menuju mobil.
“Setelah punya istri Bos lebih sering pulang dari pada melakukan banyak pekerjaan.”
“Masalah pekerjaan gue serahin ke loe,” Raymond naik mobil.
“Ha’h itu resikonya,” keluh Dika.
Feli dan Nina bermain di dekat pantai “Jarang aku bisa bermain pasir seperti ini,” Nina membuat istana pasir.
Kali ini mereka pergi di temani beberapa pengawal “Apa aku mulai terbiasa ?”
“Annya apa kamu mendengar ku ?”
Feli di ayunan kain yang di ikat ke dua pohon kelapa di pinggir pantai, Feli memilih lokasinya dengan baik. Meski di pinggiran pantai Feli memilih area yang di penuhi pepohonan besar agar udaranya tidak panas.
“Kamu membuat istana pasirnya dengan sangat baik, tapi bisa kah pindah tempat disana panas nanti kulitmu bisa terbakar.”
Nina berhenti sejenak “Kulit ku terbakar ? mana mungkin kamu meminta dua orang pengawal memegang paying untukku. Rasanya aku seperti seorang putri yang dimanja,” menghela napas.
“Apa nyaman ?”
Feli membuka matanya “Siapa yang …”
“Terkejut ?”
“Kapan kamu datang ?”
“Belum lama.”
“Aku tidak menyangka pantai yang begitu panas bisa sesejuk ini,” menghirup udara.
“Karena kita berada di bawah pepohonan bukan di tengah-tengah laut.”
“Benar,” biasanya Shankara berada di tengah laut melakukan perjalanan untuk membahas kerja sama tapi kali ini dia berada di pinggiran pantai dengan santai.
“Pemandangan yang indah bukan ?”
“Aku baru tau ternyata laut memiliki sisi indah,” Shankara tersenyum.
“Astaga apa kou melihatnya Dika ? Bos tersenyum begitu manis.”
Saat berbalik melihat Dika “Gini nih jadi jomblo,” Dika menghampiri Nina yang sedang bermain pasir.
“Dia memiliki sisi yang imut juga,” tersenyum kecil sembari berjalan.
Melihat bayangan berdiri di sampingnya “Dika ?”
“Pertama kali melihatmu bermain pasir, biasanya senjata atau barang berat yang menjadi mainan mu.”
“Annya yang memaksaku melakukan ini.”
“Benar kah ?”
“Hey jangan sembarangan berkata, kamu memfitnahku ?” teriak Feli mendengar perkataan Nina.
“Hehe …”
“Sudah biarkan saja mereka.”
“Menurut ku mereka terlihat serasi.”
“Nina memang lebih dekat dengan Dika.”
“Tapi kedekatan mereka seperti pasangan bukan teman maupun sodara.”
“Aku tidak yakin dengan itu.”
“Sebaiknya kamu memperhatikan lebih jauh lagi dua kaki tangan mu itu.”
Raymond melirik pengawal di belakangnya “Kalian bawakan aku kursi ! Anggap saja menonton drama cinta.”
“Aku bawa sesuatu untuk menambah suasananya lebih nyaman lagi.”
“Es krim ?”
“Makan lah !”
“Mengabadikan momen sangat penting,” Raymond mengambil potret dua pasangan itu.
“Bos mau di foto juga ?” tanya pengawal.
“Kalian menghinaku ???”
“Saya tidak berani,” mundur dan menyembunyikan senyuman.
“Lebih baik aku tidur saja.”
“Saat siang langit berwarna biru cahaya terang matahari menerangi dunia sehingga kita bisa melihat indahnya alam dan saat malam langit berwarna hitam meski gelap adanya bulan dan bintang yang ada di langit membuatnya jauh lebih indah.”
“Mana yang kamu suka malam atau siang ?”
“Keduanya aku suka masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya.”
“Kalau begitu malam nanti mari nikmati indahnya malam bersama ?”
“Apa tidak ada kerjaan ?”
“Dika dan Raymond bisa mengurus nya.”
“Baiklah.”
Dika dan Nina asik bermain pasir sampai tidak terasa matahari mulai tenggelam “Sungguh menyenangkan lain kali kita harus bermain lagi,” ucap Dika.
“Hemnn ..” Nina tersenyum.
“Bos ?”
“Annya tertidur ?”
“Tidurnya pulas jangan sampai dia terbangun,” menggendong Feli.
“Bak Bos.”
“Kamu bisa masak ?” tanya Nina.
“Kenapa ?”
“Bantu aku siapkan makan malam.”
“Tentu.”
“Lihat lah mereka, kemarin malam Tuan Dika masih memperlakukan Nona Nina dengan buruk sekarang malah sebaliknya.”
“Apa yang kamu lakukan ?” para pengawal mulai bergosip.
“Mereka adalah pasangan favoritku,” mengambil potret Shankara menggendong Feli.
“Bukan hanya Bos dan yang lainnya ternyata kalian juga ikut berubah.”
Semua orang pergi dari pantai dan melupakan Raymond yang tertidur.
“Saatnya melihat kembali pasangan ….an, kemana semua orang ?”
“Kurang ajar mereka semua ninggalin gue sendirian di pantai yang …” tiba-tiba Raymond mendengar suara tangis seorang perempuan.
“Siapa disana ?” ketakutan.
Mengecek di belakang nya “Tuan tolong saya,” wanita itu memiliki rambut yang panjang dengan baju putih dan wajah yang pucat.
“Se se setaannnnnnnn …….” lari terbirit-birit.
“Kenapa dengan dia padahal aku kan mau minta tolong mencari baju ku yang hilang di curi orang karena itu aku menggunakan kain putih ini,” wanita itu pergi.
“Kenapa loe kaya di kejar setan aja,” ucap Dika.
“Emang di kejar setan,” napasnya tidak beraturan.
“Ini semua karena kalian yang ninggalin gue sendirian di pantai, bener-bener keterlaluan.”
“Sorry gue gak inget.”
“Loe bener-bener yah …”
“Dari mana saja kalian ?” Shankara datang menghampiri mereka.
“Tadi habis bantu Nina masak.”
“Pantas saja.”
“Ada apa Bos ?” tanya Raymond.
“Ada tugas penting untuk kalian.”
“Tugas penting ?” saling melirik.
“Ini yang Bos bilang tugas penting ?” Raymond memegang jaring.
“Berhenti mengeluh tangkap saja kunang-kunang itu.”
Beberapa menit kemudian mereka berhasil menangkap banyak kunang-kunang.
“Kou lihat Ray tadi mereka menertawakan kita,” melirik salah satu bawahannya.
“Setelah selesai gue potong lidah mereka,” menyindir keras.
“Mati sudah,” ucap pengawal itu.
“Habis menyikat batu terbit menangkap kunang-kunang, sebenarnya kita ini mafia atau apa sih?” keluh Nina.
“Aku rasa dua-dua nya.”
“Setidaknya kita tidak ikut menyikat batu-batu itu,” tambah Dika.
“Kalau bukan karena Annya mana aku aku lakukan ini.”
“Terus lah mengeluh sampai terbitnya fajar.”
“Sebaiknya kita percepat menyelesaikan tugas besar ini,” Nina menutup toples.
“Aku rasa kunang-kunang yang kita dapatkan sudah cukup.”
“Loe yakin Dik ? jangan sampai kita di suruh balik lagi sama Bos.”
“Gue jamin.”
“Okey kalau gituh ayo pulang,” mereka bertiga bersama beberapa orang menangkap kunang-kunang di hutan.