kisah seorang gadis cupu yng dijadikan bahan taruhan oleh kakak kelasnya namun ketika taruhannya selesai akankah hubungan mereka berlanjut atau kandas yuk,,dibaca guys,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon scorpio_girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 14
Flora menarik napas dalam, mencoba menahan emosinya. "Gue mau lo denger dulu sebelum lo asal nebak-nebak."
Alea melipat tangan di depan dada, ekspresinya penuh skeptis. "Oke, gue dengerin. Tapi cepetan."
Flora menggigit bibirnya sebelum akhirnya berkata, "Gue gak nerima kak Reva."
Alea terdiam sejenak, lalu mengernyit. "Serius lo?"
"ya soalnya gue tau dan denger sendiri dia bilang kalo dia cuma iseng sama gue"
Ekspresi Alea perlahan berubah, ada keterkejutan di sana. "Terus... lo gimana?"
Flora menghela napas, matanya menatap ke bawah. "Gue ngerasa bodoh, Ale. Gue kira dia beneran serius, tapi ternyata gue cuma bahan mainan buat dia."
Alea menatap Flora dengan ekspresi sedikit melunak. "Flo... lo sih jadi orang baik banget sih, sampe percaya omongan dia mentah-mentah."
Flora tersenyum miris. "Makanya gue belajar dari kesalahan gue. Makanya gue kesini, gue mau bilang... lo bener, Ale."
Alea mengangkat alis. "Bener soal apa?"
Flora menatapnya serius. "Soal Reva. Lo selalu bilang kalo dia itu playgirl, kalo dia gak bakal serius sama gue. Dan lo bener semua."
”btw le,,apa pertanyaan lo yang tadi pagi masih berlaku?”tanya flora gugup
”pertanyaan yang mana?”
”itu yang soal perasaan lo ke gue”
”ma,,,sih emang kenapa gitu flo kok lo nanya itu sih”
”gue mau jadi pacar lo le”
”hah,,apa?”tanya alea tak percaya
”ya,,gue mau jadi pacar lo?”ucap flora yang sontak saja langsung membuat alea bahagia mendengarnya
”lo,,seriuskan kan flo,,lo lagi gak becanda kan?”
”lo pikir gue becanda, le?” Flora menatap Alea serius, wajahnya sedikit memerah.
”Tapi kenapa tiba-tiba? Maksud gue, lo yakin?”
”Gue udah mikirin ini baik-baik.”
Alea masih terdiam, mencoba mencerna kata-kata Flora.
”Terus… jawaban lo apa?” tanya Flora hati-hati.
”ya,,maulah,,secara itukan yang gue pengen dari lama”ucap alea
”ya,,terus pake nanya lagi ya berarti kita jadian,bodoh”
”Gila… jadi gue boleh teriak sekarang?”
”Jangan malu-maluin, Alea!” Flora buru-buru menutup mulut Alea dengan tangannya, tapi Alea sudah lebih dulu tertawa bahagia.
Sementara itu reva yang sedari tadi
Sementara itu, Reva yang sedari tadi memperhatikan dari kejauhan mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. Ia tidak menyangka Flora akan langsung berpaling seperti itu.
"Jadi segitunya lo, Flo?" gumam Reva pelan, matanya menatap tajam ke arah Flora dan Alea yang masih larut dalam kebahagiaan mereka.
Flora tidak menyadari keberadaan Reva, ia justru menatap Alea dengan sedikit gugup. "Le, gue… jujur gue takut."
Alea mengerutkan kening. "Takut kenapa?"
"Takut nyakitin lo, takut kita gak berjalan baik, takut… ya, takut ini cuma pelarian buat gue," ucap Flora lirih.
Alea menatapnya lekat-lekat sebelum akhirnya menggenggam tangan Flora erat. "Flo, gue gak butuh lo buat buru-buru yakin. Yang gue mau cuma satu—lo gak ninggalin gue sendirian."
Flora menelan ludah, lalu perlahan mengangguk. "Gue gak bakal ninggalin lo, Ale."
Alea tersenyum lebar, matanya berbinar. "Bagus, soalnya kalo lo berani ninggalin gue, gue bakal nangis tiga hari tiga malem."
Flora terkekeh pelan. "Yaelah, Ale, lebay banget sih lo"
Flora terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum kecil. "Makasih, Ale."
"Makasih buat apa?"
"Buat selalu ada buat gue."
Alea mendengus kecil. "Dasar drama."
Flora tertawa pelan sebelum menatap Alea lembut. "Tapi lo suka, kan?"
Alea tersenyum penuh kemenangan. "Banget."
Sementara itu, Reva masih berdiri di tempatnya, matanya tidak lepas dari Flora dan Alea. Rahangnya mengatup rapat, perasaan tidak terima mulai membakar dadanya.
"Lo pikir lo bisa bahagia gitu aja, Flo?" gumamnya, senyum sinis terukir di bibirnya. "Kita lihat aja nanti."
Flora menggigit bibirnya, perasaan was-was masih menggelayuti hatinya meskipun Alea sudah meyakinkannya. "Le, lo yakin sama gue? Maksud gue… lo gak takut gue malah nyakitin lo?"
Alea menghela napas, lalu menatap Flora dengan ekspresi serius. "Flo, gue udah suka sama lo dari lama. Gue udah tahu semua risiko yang ada, tapi tetep milih buat tetep suka. Jadi, apapun yang bakal terjadi nanti, itu tanggung jawab gue juga, bukan cuma lo."
Flora masih terlihat ragu, tapi genggaman tangan Alea yang hangat sedikit banyak membuatnya merasa lebih tenang. "Tapi, kalau suatu hari gue ngerasa gak pantas buat lo?"
Alea langsung menepuk kepala Flora pelan. "Ya lo jangan ngerasa gitu. Kita jalanin aja, gak usah kebanyakan mikir."
Flora terkekeh kecil. "Oke, oke, gue bakal coba."
Alea tersenyum lebar. "Nah gitu dong!"
Di kejauhan, Reva masih memperhatikan mereka, tangannya mengepal erat.
"Sial, gue gak bisa diem aja," gumamnya sebelum akhirnya melangkah mendekati Flora dan Alea.
Flora yang pertama kali sadar kalau Reva ada di dekat mereka. Ia refleks menegang, ekspresinya langsung berubah.
"kak Reva…"
Alea ikut menoleh dan mendengus pelan. "Ngapain kakak di sini?"
Reva melipat tangan di depan dada, ekspresinya dingin. "Gue cuma mau tanya satu hal, Flo."
Flora menelan ludah. "Apa?"
Reva menatapnya tajam. "Lo beneran suka sama Alea, atau ini cuma biar lo bisa lupain gue?"
Alea langsung mencibir. "Denger, ya. Flora itu bukan tipe orang yang bakal pacaran cuma buat pelarian, beda sama lo yang suka mainin perasaan orang!"
Reva menajamkan tatapannya. "Gue gak nanya lo, Alea."
Alea mendecak. "Tapi aku jawab, biar kakak sadar kalau kakak gak ada hak buat ngatur perasaan Flora lagi."
Flora akhirnya menarik napas dalam, mencoba meredam ketegangan. "kak Reva, dengerin ya aku udah muak ngerasa jadi orang bodoh. aku emang suka sama kakak tapi kakak sendiri yang ngancurin perasaan aku. Jadi sekarang, aku cuma pengen bahagia sama orang yang emang mau ada buat aku"
Reva tersenyum miring. "Gitu? Jadi lo pikir Alea bisa bahagiain lo lebih dari gue?"
Flora menatap Alea sebentar sebelum mengangguk mantap. "Ya."
Reva terdiam sesaat, lalu terkekeh sinis. "Oke, kalau gitu kita lihat aja nanti, Flo. Semoga lo gak nyesel."
Alea mendengus. "Udah puas, kan? Sekarang mending kakak pergi sebelum aku beneran kesel."
Reva menatap mereka berdua sekali lagi sebelum akhirnya berbalik dan pergi.
Flora menghela napas panjang. "Gila… aku ak nyangka dia bakal ngomong kayak gitu."
Alea menatapnya lekat-lekat. "Flo, lo masih kepikiran soal dia?"
Flora tersenyum kecil. "Enggak. aku cuma nyadar satu hal."
Alea mengangkat alis. "Apa?"
Flora menggenggam tangan Alea erat. "gue gak akan nyesel pilih lo."
Alea langsung tersenyum lebar. "Nah, gitu dong!"
Flora terkekeh. "Iya, iya, udah. Yuk pulang, gue laper."
Alea tertawa. "Dasar doyan makan."