Setelah lima tahun Fatur pergi ke luar negri untuk menghilangkan luka hatinya karena Anggita, kini ia kembali ke Indonesia dan tiba-tiba bertemu lagi dengan perempuan yang sangat ia cintai di masa lalunya. Sampai akhirnya Fatur jatuh cinta lagi untuk yang kedua kalinya kepada Anggita.
Disarankan membaca novel 'Jatuh Cinta Lagi' sebelum membaca novel ini.
Up dari senin sampai sabtu ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Snow White, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Like You First Time
Wajah Indra begitu memar akibat mendapatkan pukulan dari beberapa orang yang hendak dibantu olehnya saat hendak melerai. Karena emosi Indra menjadi sasaran empuk amarah mereka berdua. Melihat keadaan Indra membuat Lara sangat iba padanya. Ini semua juga karena Lara yang menyuruhnya melerai perselisihan itu. Wajah tampan Indra berubah menjadi luka lebam yang begitu terlihat sangat jelas. Indra saat ini hanya bisa merintih kesakitan menahan luka yang didapatnya karena Lara. Melihat keadaan Indra membuat Lara menyesal.
"Sakit ya?" tanya Lara dengan tatapan begitu khawatir ketika selesai kejadian Indra dibawa ke dalam dan terlihat Indra begitu sedikit kesakitan.
Lara sempat kaget ketika tahu Indra dikeroyok oleh kedua orang yang sedang berselisih, untung saja banyak orang yang melerainya. Niat baik Indra nyatanya tidak selalu membuahkan hasil yang baik. Entah kenapa Indra tidak bisa menolak permintaan Lara saat itu.
"Menurut lo?" Indra balik bertanya dengan nada sedikit meninggi dan ketus seraya memberikan Lara tatapan sinis.
"Sorry ya. Tapi kenapa mereka tiba-tiba menyerang lo? Memangnya lo nggak bilang kalau lo polisi? Atau mereka memang punya dendam pribadi sama polisi?" tanya Lara menduga-duga membuat Indra menjadi sedikit kesal sambil menahan rasa kesakitan.
"Memang gue harus bilang sama mereka kalau gue polisi?" Indra balik bertanya dengan nada sedikit ketus menatap Lara.
Melihat perubahan sikap Indra sontak Lara terdiam, kenapa Indra sekarang menjadi ketus dan sinis? Padahal tadi masih senang menggoda dirinya. Wajah Lara pun ikut berubah menjadi cemberut
"Seenggaknya kalau lo bilang nggak akan kaya gini," tandas Lara mencoba menjelaskan maksud dari ucapannya tadi.
"Terus lo nyalahin gue?" Indra semakin kesal dengan ucapan Lara yang seolah membela dirinya sendiri.
"Nggak! Gue nggak nyalahin lo kok. Gue cuma bilang kalau aja bilang lo itu polisi, pasti nggak akan kaya gini." ekspresi wajah Lara terlihat panik karena melihat Indra sekarang semakin terlihat marah kepadanya.
"Kalau aja tadi gue nggak ngikutin ide bodoh lo, pasti gue nggak akan kaya gini," kata terakhir Indra sambil kembali menyalakan mesin mobilnya dan mencoba untuk melanjutkan perjalanan yang tertunda.
Glek, ucapan Indra tiba-tiba saja membuat hati Lara sakit dan sedih. Mengapa Indra berbicara seperti itu seolah ia menyesali perbuatannya. Tatapan Lara kembali sendu menatap Indra, entah kenapa hatinya begitu terluka akan ucapan Indra yang menyebutnya 'Ide Bodoh'.
Hati Lara seperti berlubang dan sedikit sesak saat mendengar ucapan Indra. Mengapa kali ini ucapan lelaki tampan itu membuatnya sedih, biasanya semua yang Indra ucapkan tidak pernah mengusik hati dan pikirannya. Tapi kali ini ia merasa sedih dan terluka.
"Tapi kenapa lo mau ikutin ucapan gue?" tanya Lara sambil menatap Indra dengan sedikit ketakutan dan ragu.
Deg, Indra yang tadinya hendak melanjutkan perjalanannya, kini kembali terdiam saat Lara mengajukan pertanyaan kepadanya. Sesekali Indra menahan kesakitan seraya menatap ke arah Lara dengan lekat. Indra tiba-tiba terdiam dengan pertanyaan Lara. Ia juga berpikir benar juga apa yang Lara bilang, kenapa dia mau mengikuti ucapannya? Seketika Lara melihat Indra terdiam melamun, dan Indra sendiri juga tidak bisa menemukan alasannya kenapa ia mau mengikuti semua ucapan Lara.
"Dra!" panggil Lara sedikit berteriak sehingga mengagetkan Indra yang sedang melamun.
Indra tersentak kaget ketika mendengar suara Lara yang memanggilnya, dengan cepat ia menoleh ke arah Lara yang duduk di sampingnya. Deg, entah kenapa detak jantung Indra bergemuruh saat melihat kedua bola mata Lara yang masih menatapnya sedari tadi.
"I-iya," sahut Indra sedikit gugup menatap Lara.
"Kenapa diem?" tanya Lara melihat Indra yang terlihat begitu gugup.
"Nggak!" jawab Indra masih dengan nada ketus menyembunyikan rasa gugupnya dari Lara.
Indra menyalakan mobilnya dan kembali menelusuri jalan menuju Bandung, selama di dalam mobil sesekali kedua ujung bola mata Lara melirik menatap Indra dengan penuh rasa bersalah. Indra tahu jika gadis yang ada di sampingnya sedari tadi memperhatikannya dengan lekat.
"Kenapa lo liatin gue terus?" tanya Indra saat menangkap basah Lara terus memperhatikannya sedari tadi.
Merasa sudah tertangkap basah secepat kilat Lara langsung memalingkan wajahnya dan menatap ke luar jendela karena malu, wajah cantiknya kini mulai memerah dan gugup karena tertangkap basah oleh Indra. Lara mencoba tenang dan biasa saja meskipun Indra sudah tahu jika Lara terus memperhatikannya sejak tadi.
Di tempat lain Fatur masih sibuk membereskan pakaiannya setelah selesai makan siangnya, tiba-tiba saja ponsel miliknya berbunyi dan itu adalah telepon dari Erik dengan cepat ia mengangkatnya.
"Halo." Fatur sambil mengangkat telepon dari Erik.
"Lagi ngapain lo?" tanya Erik terdengar sedikit senang dari ujung telepon sana karena sahabat lamanya telah kembali bersamanya.
"Membereskan baju," jawab Fatur singkat.
"Di lemari ada baju buat lo pakai nanti di acara pernikahan gue," ucap Erik memberitahu.
"Nanti gue coba."
"Besok lo udah bisa masuk, kan?"
"Iya."
"Karena mulai besok gue udah mulai sibuk sama acara wedding, jadi gue nggak akan bisa bantu lo."
"Lo tenang aja masalah kerjaan, biar gue yang handle."
"Lo baik-baik aja, kan?" tanya Erik memastikan sahabatnya sedikit khawatir.
"Gue baik-baik aja kok," jawab Fatur terdengar sedikit tenang sehingga Erik merasa lega mendengarnya.
"Ya udah sampai ketemu nanti di rumah."
"Ok." kata terakhir Fatur sambil menutup telepon itu.
Disaat yang bersamaan bel rumah Erik berbunyi dengan cepat Fatur melangkah menuju ruang tamu dan membuka pintu, terlihat seorang perempuan cantik berdiri di sana ternyata dia adalah Kania calon istrinya Erik.
"Kania?" Fatur sedikit kaget ketika ia melihat Kania sudah berdiri di depan pintu rumah sahabatnya.
Kania juga terlihat kaget melihat kehadiran Fatur di sana, ia pikir jika Fatur belum kembali ke Bandung. Dan mungkin tidak akan kembali lagi dengan kejadian kemarin.
"Fatur? Kapan datang?" Kania menatap Fatur begitu lekat tidak percaya.
"Dua jam yang lalu," jawab Fatur singkat.
"Erik belum pulang?" tanya Kania sambil melangkahkan kalinya masuk ke ruang tamu melewati Fatur yang masih berdiri di ambang pintu, disusul oleh Fatur mengikuti langkah kaki Kania dari belakang.
"Belum," jawab Fatur singkat membuat Kania kecewa karena tidak bisa menemukan kekasihnya di sana.
"Lo ada perlu, kenapa nggak datang ke proyek?"
"Baterei ponsel gue lo. Gue pikir dia udah pulang."
"Lo naik apa ke sini?"
"Taksi online. Ya udah gue pamit pulang, ya." Kania memutuskan untuk pergi karena tidak menemukan Erik.
"Gue antar lo, ya?" Fatur menawarkan diri.
"Serius lo mau antar gue?"
"Iya. Sekalian gue mau cari angin," jawab Fatur singkat.
Di tengah perjalanan Kania mengajak Fatur untuk rehat sejenak sekedar ngopi di cafe dan Fatur setuju mereka singgah disebuah cafe di pinggir kota Bandung. Fatur menemani Kania mengobrol sejenak ditemani secangkir kopi dan cemilan seperti kue dan roti. Fatur tidak tahu jika cafe sekaligus toko kue yang ia singgahi bersama Kania adalah cafe milik Anggita, mantan kekasihnya.
"Gue pikir lo nggak akan kembali lagi ke Bandung," kata Kania memulai pembicaraan dengan sesekali ia menyeruput kopi miliknya.
Fatur hanya tersenyum ringan mendengar ucapan Kania, sepertinya Kania sudah tahu semuanya. Memang seharusnya Fatur sudah tidak ada di sini lagi, tapi karena merasa kasihan kepada Erik yang akan menghadapi resepsi pernikahannya jadi Fatur memutuskan untuk kembali.
"Gue harus menyelesaikan tugas yang udah gue tinggalkan, dan juga lo berdua mau nikah. Masa gue tega biarin Erik lembur dihari pernikahannya, hehehe," jelas Fatur sedikit bercanda terdengar garing bagi Kania.
Kania tertawa ringan menatap Fatur yang sedang mencoba menutupi kesedihannya. Ternyata Fatur pintar sekali menyembunyikan perasaan kecewanya. Kania tahu jika Fatur sangat bingung dan gundah saat ini karena besar kemungkinan bisa bertemu lagi dengan Anggita lagi.
"Gue minta maaf sebelumnya," Kania masih merasa bersalah dengan mimik wajah mulai serius menatap Fatur yang terlihat begitu tenang.
"Maaf buat apa?"
"Gue nggak tahu kalau partner Reza adalah tunangannya manatan lo. Erik udah cerita semuanya sama gue," kata Kania singkat dengan nada sedikit bersalah menatap Fatur dan seketika Fatur membalasnya dengan tawa dan tersenyum kecil menatap Kania.
"Bukan salah lo, memang mungkin udah takdir," balas Fatur dengan ucapan bijak mencoba menenangkan hati Kania yang dihantui rasa bersalah.
"Bisa jadi ini takdir, dan mungkin itu sangat berarti untuk lo."
Deg, Fatur kembali menatap Kania dan terdiam tidak menjawab ia hanya terus berpikir bagaimana caranya harus menghindar jika bertemu dengan Anggita. Baginya semua kejadian ini mengingatkan jika Anggita bukan miliknya lagi.
"Apa lo udah melupakan dia?" tanya Kania masih penasaran tapi seketika Fatur yang tadinya masih terdiam terlihat kaget dengan pertanyaan Kania.
"Apa lo bilang?" Fatur balik bertanya lagi kepada Kania.
"Gue tanya apa lo udah melupakan dia? Kania mengulang pertanyaannya.
Sepertinya Erik sudah bercerita banyak tentangnya dan Anggita, mungkin tidak ada yang terlewatkan dari cerita mereka berdua. Dan sekarang tidak ada gunanya juga Fatur berbohong menyembunyikan perasaannya terhadap Anggita dari Kania.
"Nggak mungkin lo akan melupakan semua memory indah, kan?"
Kania mengangguk penuh arti ia tahu apa jawaban Fatur, memang tidak akan mudah sekali melupakan sesuatu yang pernah menjadi bagian dari diri kita.
"Pasti akan sangat berat buat lo ketemu lagi sama dia. Maafin gue, ya?"
"It's oke."
"Oh iya. Apakah Damar tahu kalau lo mantannya Anggita?"
"Nggak. Kalau dia tahu gue mantannya Anggita, sekarang gue nggak akan kembali ke sini buat melanjutkan proyeknya lagi," jawab Fatur singkat menatap Kania yang masih dilanda rasa penasaran.
"Semoga proyek itu segera selesai," harap Kania karena ia ingin cepat melihat Fatur kembali pulang berkumpul dengan mama dan kakaknya.
"Sorry, ya. Karena gue resepsi pernikahan lo yang tinggal menghitung hari jadi terhambat," ucap Fatur dengan nada menyesal menatap Kania.
"It's oke. Tapi sebagai gantinya lo harus traktir gue sekarang," pinta Kania sambil tertawa ringan dan tersenyum dengan seketika Fatur ikut tertawa ringan mendengar permintaan Kania.
"Ok," balas Fatur tertawa ringan.
Di depan cafe terlihat sebuah mobil baru saja memasuki parkiran cafe, ternyata itu adalah mobil milik Indra. Ya, memang Lara dan Indra segera menuju cafe sekaligus toko kue milik Anggita. Lara tidak tahu jika di sana sudah ada Fatur lebih dulu, bukan hanya Lara yang tidak tahu tapi juga pemilik cafenya yaitu Anggita. Lara dan Indra memasuki cafe mencari tempat duduk sambil menunggu Anggia keluar menyapanya. Sedari tadi Indra menjadi pusat perhatian pengunjung cafe karena wajahnya yang masih terlihat memar sehabis kena pukul. Indra sadar akan itu dan ia juga begitu malu karena harus menyembunyikan wajah tampannya dari semua orang di sana.
"Gue jadi bahan tontonan," celetuk Indra bicara sendiri sambil terus menundukkan kepalanya.
Lara mendengar apa yang dikatakan oleh Indra, ia merasa begitu sangat menyesal atas apa yang Indra ucapkan. Karena rasa bersalah Lara kembali muncul setelah hilang sesaat.
"Sorry ya," kata Lara dengan nada kecewa dan merasa bersalah menatap Indra.
"Andai kata maaf lo bisa mengembalikan semua luka di wajah gue ini, pasti udah gue maafin," balas Indra dengan nada sedikit ketus.
"Jadi lo belum maafin gue?"
"Belum!"
Ketika mereka berdua sedang berdebat tiba-tiba seseorang menghampirinya yaitu adalah Anggita yang baru saja selesai mengecek bagian dapur. Anggita segera ke depan setelah mendapatkan pesan dari Lara jika mereka sudah sampai dan berada di tokonya.
"Hai...Apa kabar?" sapa Anggita sambil berlari kecil menghampiri Lara yang sedang duduk bersama Indra.
Melihat kehadiran Anggita membuat Lara senang karena sudah hampir dua bulan mereka tidak bertemu. Lara bangkit dari duduknya dan berdiri untuk menyambut pelukan Anggita yang sudah membentangkan kedua tangannya seperti hendak memeluk dirinya.
"Anggita!" teriak Lara bahagi langsung bangkit dari duduknya dan memeluk Anggita dengan erta dan Anggita membalasnya.
"Gue kangen," kata Lara lagi sambil memeluk Anggita.
"Sama, lo apa kabar?" tanya Anggita sambil terus memeluk Lara begitu terlihat bahagia karena rasa rindunya telah sirna.
"Baik."
Indra sedikit kesal karena keberadaannya tidak dianggap. Wajahnya terlihat masam karena kedua perempuan cantik mengabaikannya.
"Udah pelukannya, jangan lupa kalau ada orang lain di sini," sindir Indra menatap ke arah Anggita dan Lara yang sedang dilanda rasa bahagia.
Seketika Anggita dan Lara melepaskan pelukannya dan langsung menatap Indra, betapa terkejut dan kagetnya Anggita ketika melihat wajah tampan Indra menjadi aneh.
"Muka lo kenapa, Dra?" tanya Anggita dengan ekspres khawatir dan nada begitu panik ketika melihat wajah Indra yang mempunya luka lebam.
"Dipukul orang," jawab Indra dengan nada sedikit kesal.
Sementara Lara yang tadinya terlihat bahagia kini hanya terdiam menatap Indra dengan rasa penuh rasa bersalah.
"Kok bisa? Kenapa?" tanya Anggita lagi sambil duduk di samping Indra dan terus menatap luka di wajahnya.
"Udah nggak perlu dibahas. Sekarang gue lapar mau makan," tampik Indra memutuskan untuk tidak membahas soal itu lagi.
Anggita hanya mengangguk akan permintaan Indra dan dengan cepat mereka memesan makanan, Anggita tidak menyadari jika di pojok sana ada Fatur dengan Kania yang sedang menikmati kopi dan cemilan ringannya sambil berbincang dan tidak jarang mereka tertawa bersama.
"Lo nggak ke dokter? Luka lo parah banget itu?" tanya Anggita sambil menikmati menu makan siangnya.
"Nggak perlu, nanti aja kalau balik ke Jakarta," balas Indra yang begitu lahap menikmati makan siangnya.
Di sisi lain Lara mendadak terdiam setelah terlihat bahagia, ia begitu gugup dan banyak diam tidak begitu nafsu untuk makan karena Indra membahas tentang kejadian tadi membuatnya semakin merasa bersalah.
"Gue heran kenapa bisa lo kayak gini? Lo berantem dengan siapa?"
Awalnya Indra enggan sekali untuk menceritakan semuanya kepada Anggita, karena ia masih merasa kesal dengan kejadian tadi. Tapi karena Anggita terus bertanya dan membuatnya sedikit risih, akhirnya mau tidak mau Indra menceritakan semuanya.
"Awalnya gue mau melerai orang yang lagi berantem, eh malah gue yang kena pukul," jelas Indra dengan nada kesal.
"Hah! Ko bisa kayak gitu?"
"Mungkin kebaikan gue nggak bisa diterima oleh semua orang," tandas Indra sedikit menyindir dan Lara hanya terus terdiam setiap kali Anggita dan Indra berbincang.
"Hem, baper deh lo. Oh iya, udah mau nganterin Lara." Anggita mengganti topik pembicaraan karena merasa Indra tidak menyukai pembahasan yang ditanyakan oleh Anggita.
"Sama-sama."
Anggita mulai sadar karena sedari tadi Lara banyak diam dan terlihat murung, apalagi sikap Lara membuat Anggita bertanya-tanya.
"Lo kenapa? Lo baik-baik aja, kan?" tanya Anggita kepada Lara yang sedari tadi hanya mengacak-acak makanannya tanpa menyuapkannya kedalam mulut.
"Gue baik-baik aja ko, Git," jawab Lara dengan nada lirih dan kecewa.
Anggita dan Indra saling menatap seolah bertanya akan keadaan Lara. Dari sikap sahabatnya, Anggita bisa menebak sepertinya kejadian yang menimpa Indra ada hubungannya dengan Lara. Merasa kasihan melihat Lara yang dihantui rasa bersalah akhirnya Indra memutuskan untuk memaafkan Lara dan melupakan kejadian tadi.
"Lo udah gue maafin, jadi jangan terus diem," kata Indra kepada Lara dengan senyuman manis.
Deg, hati Lara begitu senang dan lega karena Indra sudah memaafkannya tetapi Lara sedikit terganggu dengan tatapan Indra yang begitu lain. Anggita tahu jika Indra menatap sahabatnya begitu berbeda seperti tidak biasanya, begitu juga dengan balasan tatapan Lara yang menatap Indra penuh arti.
"Udah jangan saling tatap, nanti yang ada jatuh cinta lagi," ledek Anggita sambil tertawa ringan.
Indra dan Lara langsung menyudahi tatapannya masing-masing dan mereka tersipu malu, lalu Anggita mengalihkan pandangannya dari kedua sahabatnya. Dan ups, ia melihat ke arah pojok ruangan cafe sebuah pemandangan yang membuatnya sangat kaget tidak percaya. Seketika mata Anggita berkaca-kaca menatap kedua orang yang sedang duduk di meja. Seseorang yang sangat dikenal dan sangat ia cintai sedang duduk bersama seorang wanita. Fatur, Anggita melihat Fatur sedang duduk berdua dengan perempuan lain sambil bercanda gurau membuat Anggita sakit hati dan sedih.