Dari kecil hidupku sudah ku abdikan pada keluarga yang mengangkatku sebagai anak, aku adalah anak panti yang tanpa nasab, ibuku dulu seorang budak dan dia di bunuh oleh seseorang entah siapa setelah menitipkan aku di panti asuhan. Sejak umur 10 tahun seorang donatur mengadopsiku, dia adalah tuan Samer dan Ibu Luci, mereka mengangkat ku sebagai pancingan agar mempunyai anak, dan benar saja setelah satu tahun aku bersama mereka mereka mempunyai seorang anak perempuan. Tuan Samer memintaku untuk selalu melindungi anak kandungnya, hingga suatu ketika terjadi bencana dalam keluarga tuan Samer, anak dari tuan Samer memanipulasi dokumen dari sebuah perusahaan besar di negara ini. Pemilik perusahaan geram dan itulah awal kisah baru ku. Aku di tuntut oleh Nyonya Lusi menggantikan anaknya sebagai tawanan seorang yang kejam pemilik perusahaan tersebut. Diriku di sekap dan di kurung dalam penjara, entah apa yang akan ku dapatkan. Benci, dendam atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi Bersama
"Maaf, saya hanya mengantarkan Cay untuk anda" lirih Asiyah. Entah kenapa Tom bergeming, jujur saja dia merasa jantungnya berdebar saat melihat Asiyah apalagi dengan pakaian tidak seperti biasanya membuat Asiyah terlihat masih lebih mudah, meski wajahnya tertutup oleh niqab dan seketika Tom membukakan pintu lebar untuk Asiyah.
"Taruh disitu?" seru Tom. Asiyah melangkah masuk ke dalam kamar Tom lalu menuju ke meja yang ada di depan sofa. Ditaruhnya cay di atas meja.
"Silahkan tuan!" ucap sopan Asiyah yang melihat Tom nampak duduk di sofa. Tom hanya mengangguk.
"Apa anda butuh sesuatu lagi?" meski ragu tapi Asiyah mencoba bertanya. Dan menggeleng itulah jawaban Tom. Duh, betapa senangnya hati Asiyah karena sepertinya Tom tidak akan menghukumnya di lihat dari raut wajahnya.
"Kalau begitu saya permisi tuan" pamit Asiyah. Asiyah menarik nafas dalam saat menutup pintu kamar Tom. Dengan cepat dia segera kembali ke kamarnya untuk istirahat. Di dalam Tom masih menetralkan debaran jantungnya. Entah kenapa melihat Asiyah kini perasaannya berdebar dan ada sedikit rasa bahagia. Apalagi melihat Asiyah yang berpakaian santai membuatnya terlihat menggemaskan saja. Di tatapnya cay yang ada di atas meja, dengan senyum tersungging dia mengambil dan menyeduh cay yang rasanya sangat pas dan memberi aroma kenyamanan hakiki.
##
Langkah kaki Afriel terhenti mana kala dia melihat Nura yang berlari ke arahnya dengan nafas sedikit ngos-ngosan.
"Maaf nona Afriel" kata Nura yang sedikit mengatur nafasnya karena mengejar Afriel barusan. Afriel mengernyit memerhatikan Nura.
"Ada apa?"
"Begini saya hanya ingin memastikan apakah anda jadi kembali ke-"
"Katakan pada tuan Tom tidak!" jawab Afriel terlihat sedikit kesal. dia kembali melangkah meninggalkan Nura sendiri.
"Kenapa dia harus marah, aku kan cuma bertanya" guman Nura, dari pada dia pusing dia lebih memilih ke ruangan nya.
Sedangkan Afriel langsung menuju dimana ruangan Tom berada. sayang sekali hari ini Tom tidak masuk ke kantor dia memilih mengerjakan pekerjaannya di rumah.
"Apa Tom tidak masuk hari ini?" sarkas Afriel saat berpapasan dengan Nura. Nura nampak gelagapan.
"Kata tuan Gio hari ini tuan tidak datang nona"
"Kenapa?" bentak Afriel. Nura sedikit mundur dan memilih menggeleng.
"Kau tahu dimana dia sekarang?" lanjut Afriel. Nura kembali menggeleng. Afriel menarik nafas dalam dan dengan kesal dia memilih meninggalkan Nura. Sebenarnya Nura tahu jika Tom sekarang ada di mension, Nura sengaja tidak memberi tahu Afriel karena di larang oleh Gio. Afriel kembali ke ruangannya, jika saja dia masih punya cuti pasti dia tidak akan masuk kerja hari ini, sayangnya pihak HDR sudah menegurnya karena sering tidak masuk. Apalagi dia masih ingin bekerja bersama Tom.
"Shit!!" kesal Afriel karena Tom tidak mengangkat panggilan darinya.
"Tom, kenapa kau berubah?" lirihnya terduduk di kursi. Dia mencoba meratapi kesalahannya, dan baru sekarang dia sadar jika dirinya butuh sosok Tom yang selalu ada di sampingnya.
***
Asiyah hari ini mulai memasak untuk sarapan Tom. Beruntung di lemari pendingin masih tersedia beberapa bahan pangan seperti ayam telur dan beberapa sayuran.
"Kau akan membuat sarapan untuk tuan?" tanya Bu Lena menghampiri Asiyah yang lagi memotong ayam. Asiyah yang di tanya mengangguk.
"Apa masih ada bahannya, karena terakhir kali kamu masak kan sebelum tuan pergi-"
"Ini masih sisa sedikit Bu, mungkin hanya cukup untuk sarapan saja" sela Asiyah. Bu Lena mengangguk. ,Semenjak kepergian Tom Asiyah tidak pernah memasak, karena sudah ada katering yang selalu mengantar makanan untuk para pekerja yang ada di mension.
"Nanti biar saya tanya kan pada tuan Gio, kamu lanjutkan saja"
"Baik"
Sepeninggal Bu Lena, Asiyah kembali melanjutkan aktifitasnya, dia lebih memilih memasak yang tidak ribet. Ayam goreng dan juga tumis sayuran ala kadarnya saja. Bermodal dari insting apakah rasanya enak atau tidak, Asiyah hanya pasrah biarlah kalau tidak enak dia sudah pasrah menerima hukuman dari Tom. Setengah jam sudah Asiyah berkutat dengan dapur, dan saat ini dia telah menata hasil masakannya di meja makan.
Dengan sedikit mengerjap mata Tom terbuka di kala wajahnya terasa hangat saat mentari pagi menyinari wajah tampan milik nya. Kebiasaan setiap bangun tidur matanya tertuju pada jam dinding yang menempel di dindingnya.
"Hhmmm.. Sudah jam tujuh" Tom beranjak dari ranjang dan memilih masuk ke dalam kamar mandi untuk membersikan diri, di saat dia berada di dalam kamar mandi beberapa kali ponselnya berdering.
Klek..
Selesai mandi dan memakai kimono Tom baru teringat dengan ponselnya yang dia taruh di nakas tadi malam. Di lihatnya beberapa panggilan tak terjawab dari Afriel juga mama. Tom yang melihat panggilan masuk segera dia mengangkatnya.
"Halo ma.."
'...'
"Ya ma, Tom kan sudah mengurus semuanya dan sekarang sudah kembali normal"
'...'
"Ma, biar Tom yang menyelesaikan semua"
'...'
Tom menghela nafas panjang, dia kembali meletakkan ponselnya di atas nakas. Tom beranjak menuju walk in closed untuk segera berganti baju.
Tok.. tok..
Asiyah mengetuk pintu kamar Tom, meski jujur saja dalam hati dia merasa enggan tapi bagaimanapun dia harus melaksanakan tugas nya mau tak mau harus mau.
Ceklek..
Tom membuka pintu, mata Asiyah sempat memerhatikan pakaian Tom yang tidak seperti biasanya terlihat pakaian formal tapi saat ini Tom hanya memakai pakaian santai, terlihat Tom yang lebih mudah dan jauh dari wajah sangar nya. Tatapan mereka beradu, Asiyah segera menunduk.
"Maaf tuan, sarapan nya sudah siap" kata Asiyah. Tom mengangguk. Dia memilih menutup pintu dan beranjak dari kamarnya. Asiyah hanya mengekor di belakang Tom dengan gemetar dan itu semua tak luput dari pandangan Tom. Di meja sudah tersedia menu ayam goreng, tumis sayuran dan teh. Mencium dari aromanya saja membuat cacing di dalam perut Tom memberontak.
"Silahkan tuan" dengan telaten Asiyah mengambilkan nasi dan juga lauk pauknya lalu di taruh di depan Tom dengan lembut.
"Emm.." Tom sudah tidak sabar menyantap makanan tersebut diambilnya sendok dan garpu dengan segera dia menyantap hindangan yang di depan nya saat ini. Di sela-sela menikmati makanannya datang Gio menghampiri, Gio berdiri di samping Tom seraya memperhatikan tuan nya itu menyantap tandas makanannya. Di lihatnya menu yang tersisa di atas meja makan, 1 potong ayam goreng dan tumis sayuran.
'Pantas saja lahap makan ya' pikir Gio, dia melirik Asiyah yang juga berdiri di sebelahnya. Gio tersenyum pada Asiyah. Asiyah hanya mengangguk untuk membalasnya. Tom menyadari jika Gio mengulas senyum pada Asiyah, entah kenapa hatinya merasa geram.
"Ambilkan aku pencuci mulut!" seru Tom pada Asiyah.
"Baik tuan" bergegas Asiyah mengambil buah ke dapur. di lihatnya di lemari es, tidak ada satu pun buah yang tersisa. Asiyah mendengus kesal.
"Aduh,, bagaimana ini, tidak ada apa pun di sini" keluh Asiyah, lalu apa yang harus dia katakan pada Tom.
Marah. Asiyah siap menerima kemarahan Tom. Mau bikin apa pun juga percuma karena tidak ada bahan baku nya.
"Ada apa?" sarkas Tom pada Gio. Gio yang setiap harinya hafal perilaku Tom dia tidak heran dengan pertanyaan Tom yang terlihat dingin.
"Nona Afriel beberapa kali menghubungi saya, beliau menanyakan tentang anda?" aduh Gio apa adanya. Tom teringat tadi juga dia melihat notifikasi panggilan dari Afriel.
"Lalu kau bilang apa?"
"Anda sedang istirahat, tidak bisa di ganggu"
Tom hanya diam, dia teringat kata mamanya tentang hubungannya dengan Afriel.
"Apakah yang aku lakukan saat ini benar?" tanya Tom pada Gio.
"Anda bisa mencoba membuka hati dengan yang lain tuan" itulah saran yang selalu di berikan oleh Gio, karena Gio merasa kasihan melihat pengorbanan Tom untuk Afriel tapi sayangnya semua itu tidak di anggap oleh Afriel. Dan Gio merasa Tom ada insting dengan Asiyah dia lebih baik. Asiyah datang menghampiri mereka.
"Maaf tuan!" Tom seketika mengedarkan pandangannya pada Asiyah.
"Ada apa?" kali ini Gio yang bertanya. Tom hanya melirik sinis pada Gio.
"Maafkan saya, karena di dalam tidak ada apa pun untuk pencuci mulut" lirih Asiyah. Gio yang menyadari jika dia belum menyuruh orang untuk mengirim bahan makanan yang di perlukan Asiyah.
"Maaf kan saya tuan, saya akan menghubungi Nura agar mengirim barang yang di perlukan oleh-"
"Kau bersiaplah kita akan pergi ke supermarket. itu sebagai hukuman untuk mu!" titah Tom pada Asiyah.
'What!! pergi bersama'