Cinta Suci Bilqis

Rendi tak mau wanita lain dan ia hanya ingin Bilqis seorang namun nyatanya semua sudah terlambat untuk memperbaikinya. Bilqis sudah terlanjur membencinya dan memilih untuk menyerah hingga pada akhirnya kini Rendi diliputi oleh kesedihan dan penyesalan atas apa yang ia lakukan di masa lampau. Rendi hanya bisa menangis dan meratapi nasibnya, ia berharap bahwa masih ada kesempatan kedua untuknya bisa memertahankan Bilqis sebagai istrinya walau sepertinya sulit untuk dilakukan.

"Rendi."

Ayumi mencoba bicara dengan Rendi dan mengatakan jangan bersedih karena akan berpisah dengan Bilqis namun Rendi menganggap Ayumi sama sekali tak paham dengan apa yang dirasakan olehnya. Ayumi menampik semua yang Rendi katakan barusan dan mengatakan kalau Ayumi paham dengan yang Rendi rasakan.

"Kalau memang Mama paham lantas kenapa melakukan semua ini?"

"Karena Mama ingin yang terbaik untukmu."

"Itu membuktikan kalau Mama sama sekali tak paham apa yang aku inginkan."

Ayumi ingin menimpali apa yang dikatakan oleh Rendi namun Rendi sudah mengangkat tangannya dan mengatakan bahwa ia paham dengan yang dikatakan oleh Ayumi.

"Tolong tinggalkan aku sendiri."

Ayumi tak bisa melakukan apa pun, ia kemudian melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan kamar Rendi dan membiarkan Rendi untuk sendirian. Rendi masih membutuhkan waktu untuk memproses semua ini sementara di sana Ayumi nampak kesal bukan main karena Rendi masih saja memuja Bilqis.

"Sebenarnya kenapa dengan wanita itu? Kenapa dia membuat anakku menjadi seperti ini?!"

Ayumi sampai geleng-geleng kepala karena Bilqis bisa membuat Rendi menjadi seperti ini kehilangan dia yang sangat dicintai dan istimewa.

"Bukankah seharusnya kebahagiaan Rendi yang utama?" tanya Herlambang pada Ayumi.

Ayumi tak menjawab pertanyaan sang suami, ia hanya mendengus kesal dengan pertanyaan barusan karena ia tahu bahwa suaminya ini sangat menyukai Bilqis sebagai menantunya.

"Sayangnya aku sama sekali tak suka kalau Rendi tetap bersama Bilqis karena itu sama sekali tak baik untuknya."

"Kamu memang tak pernah berubah Ayumi."

****

Bilqis sudah yakin dengan keputusannya bercerai dengan Rendi, ia tak mau terus menerus bersama dengan pria itu walau Rendi sudah meminta maaf dan memperlihatkan kalau ia memang sudah berubah dan ingin mendapatkan kesempatan kedua namun Bilqis tak bisa memberikan semua itu. Bilqis menghela napasnya panjang dan kemudian ia memutuskan untuk tak mau terlalu memikirkan soal perceraiannya, hubungan Bilqis dan Putri juga semakin membaik. Bilqis tak lagi menjaga jarak dengan bundanya, Bilqis sangat sayang pada sang bunda walau kadang sang bunda menyakitinya lewat lisannya.

"Bu Bilqis."

"Pak Krisna?"

Krisna datang dan membawakan Bilqis sesuatu, Bilqis menolak itu namun Krisna meminta Bilqis untuk jangan menolaknya karena ia ikhlas untuk memberikan ini untuk Bilqis. Tentu saja Bilqis jadi merasa segan dan tak enak dengan kebaikan Krisna ini.

"Anda sudah banyak membantu saya, saya jadi merasa tak enak dengan anda."

"Jangan bicara seperti itu, saya suka kok membantu anda."

Bilqis tersenyum pada Krisna dan kemudian Krisna gegas pergi dan berpamitan. Ketika di dalam mobilnya senyum masih terkembang di wajah tampan Krisna. Ia membayangkan wajah cantik Bilqis yang nampak begitu membuatnya sangat terpesona.

"Kenapa aku malah senyum-senyum sendiri?"

Krisna nampak menggelengkan kepalanya dan kemudian gegas melajukan kendaraannya itu untuk pergi dari tempat ini menuju tempatnya bekerja.

****

Cathrine agaknya pantang menyerah untuk mendapatkan Rendi kembali. Ia tak mau begitu saja dilupakan dan dicampakan oleh pria itu, Cathrine masih ingin dekat dengan Rendi dan berambisi menjadi istrinya apalagi kini Rendi dan Bilqis sudah dalam proses cerai maka kesempatannya untuk menjadi istri Rendi terbuka lebar.

"Mulai besok kamu tak perlu datang lagi ke kantor."

"Kenapa begitu?"

"Karena aku memecatmu, ini adalah hari terakhir kamu bekerja di sini."

Cathrine nampak terkejut bukan main ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Rendi barusan. Ada rasa tak terima dan kekecewaan yang ia rasakan dengan keputusan sepihak yang sangat tak membuatnya bahagia.

"Bagaimana bisa kamu melakukan ini padaku?"

"Tentu saja aku bisa melakukan semua ini, aku adalah CEO di tempat ini dan aku bisa melakukan semua yang aku inginkan."

"Tidak! Kamu melakukan semua ini karena dasar perintah Bilqis kan?!"

"Berhentilah membicarakan hal bodoh! Ini semua bukan karena Bilqis!"

Cathrine tak bisa memercayai apa yang Rendi katakan ini, wanita itu tetap saja pada prasangka buruk pada Bilqis yang mana membuat Rendi bergejolak marah. Cathrine mengatakan bahwa Rendi seharusnya sadar bahwa Bilqis adalah wanita tak baik dan tak perlu untuk berharap lebih pada wanita itu.

"Jaga bicaramu! Jangan mengatakan hal buruk lagi mengenai Bilqis!"

****

Krisna belakangan ini sering senyum-senyum sendiri dan beberapa kali juga mamanya memergoki Krisna sepertinya sedang bertelepon dengan seseorang. Mamanya yakin bahwa Krisna menyukai seseorang dan langsung saja wanita itu menghampiri Krisna.

"Krisna."

"Ada apa, Ma?"

Wilda langsung duduk di sebelah Krisna dan wanita itu langsung menanyakan apakah Krisna sudah punya pacar atau belum.

"Kok Mama menanyakan itu?"

"Memangnya salah kalau Mama menanyakan itu? Usiamu kan sudah tak muda lagi, Mama khawatir kalau kamu akan selamanya sendiri."

Krisna hanya tertawa mendengar apa yang Wilda katakan barusan, Wilda tak suka dengan respon Krisna dan malah mencubit paha anaknya dengan gemas yang mana Krisna jadi mengaduh kesakitan.

"Mama ini kenapa malah mencubitku?"

"Habisnya kamu inu seperti tak serius dalam menanggapi apa yang Mama katakan. Memangnya kamu pikir Mama ini sedang main-main?"

"Aku minta maaf."

"Sudahlah, jawab saja pertanyaan Mama."

Krisna mengatakan bahwa ia belum punya pacar namun ada seseorang yang disukai olehnya. Wilda mendadak tertarik dengan apa yang dibicarakan oleh Krisna ini. Walau bagaimanapun ia juga ingin tahu seperti apa orang yang Krisna sukai.

"Dia adalah teman lama ketika aku kuliah."

"Benarkah? Sungguh sesuatu yang tak mengejutkan, apakah Mama kenal dia?"

"Sepertinya Mama tak kenal karena dia tak pernah aku bawa ke sini dan dia adalah adik tingkatku ketika masih kuliah dulu."

****

Bilqis datang ke rumah sang bunda untuk memastikan kalau Putri sudah baik-baik saja. Kondisi Putri sudah membaik saat ini dan tentu saja ini adalah berita yang baik. Bilqis merawat dan menjaga Putri dengan baik dan diam-diam Eny selalu memerhatikannya. Eny merasa senang karena Bilqis masih mau merawat dan menjaga Putri walau banyak luka yang pernah ditorehkan oleh Putri di masa lalu pada Bilqis.

"Bibi?"

"Iya Nak?"

"Kenapa Bibi ada di sini?"

"Bukan apa-apa Bibi hanya senang saja melihat kamu menjaga dan merawat bunda kamu."

Bilqis tersenyum dan kemudian ia mendengar ponselnya berdering dan melihat siapakah gerangan yang menelpon.