Area 21+, harap bijak dalam membaca.
Kania Kamelin ...
Seorang gadis yatim piatu, yang memiliki sifat bar-bar, sukanya ceplas ceplos dan urak-urakan..
Namun pada suatu hari, Kania yang tengah mengendari motornya, dia harus mengalami kecelkaan hingga motornya menebus pembatas jalan dan jatuh ke danau.
Siapa sangka, pada waktu bersamaan terjadi gerhana matahari dan pada akhirnya, tubuhnya terseret ke zaman kuno yang tidak ada sejarahnya..
Di zaman kuno, Kania merasakan jatuh cinta pada seorang Kaisar yang selama hidupnya ia tidak pernah tau namanya jatuh cinta Namun hal itu pula yang membuat Kania kecewa.
Ia hanya jadikan pion oleh Kaisar. Setelah mengetahui akan dirinya yang hanya dimanfaatkan.
Akan kah Kania bertahan atau memilih pergi ????
ig:@riiez.kha.37
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
apakah kau membenciku ?
Ke esokan paginya...
Xio Lin di rias oleh pelayan Lu, kini pelayan Lu di berikan izin mengikuti Xio Lin sampai ke istana..
Xio Lin hanya diam, melihat pelayan Lu menata rambutnya, rambut yang sederhana hanya ada sedikit riasan rambut..
Sesaat kemudian..
"Hormat hamba, Paduka. Yang Mulia sedang menunggu Paduka di ruang perjamuan.." ucap seorang pelayan menunduk hormat..
"Baiklah,," ucap Xio Lin..
Merekapun menuju ruang perjamuan..
"Selir telah tibaa.." teriakan sang Kasim membuat Kaisar Yun dan Selir Mei menoleh ke arah pintu..
Xio Lin hanya memasang wajah datarnya, kemudian dia menunduk hormat..
"Adik, duduklah.." ucap Selir Mei lembut. Menyuruh Xio Lin duduk di depannya. Sedangkan Selir Mei duduk di samping Kaisar Yun..
"Yang Mulia, makanlah yang banyak." ucap Selir Mei menaruh sayur di piring Kaisar Yun..
Kaisar Yun tersenyum lembut menatap Selir Mei.. "Terimakasih Mei'er."
Selir Mei menatap Xio Lin..
"Adik kau juga harus makan, agar cepat membawa keturunan.." ucap Selir Mei, dia sengaja mengucapkan kata itu, karna semalam dia mendengar kabar jika kaisar Yun meninggalkan Xio Lin dari pelayannya yang di suruh untuk mengawasi kediaman Xio Lin.
Xio Lin hanya mengangkat alisnya..
Kemudian dia mengambil sumpitnya dan makan hidangan di depannya itu..
Xio Lin hanya diam saja, Dia tidak memperdulikan Selir Mei dan Kaisar Yun yang berbincang hangat bahkan mereka saling menyuapi. Sesekali Kaisar Yun melirik Xio Lin yang mengabaikan mereka..
"Yang Mulia, hamba sudah selesai. Bolehkah hamba undur diri.." ucapnya menunduk hormat.
"Hem,, Adik kenapa kau terburu-buru ?" tanya Selir Mei..
"Hamba tidak ingin menggangu Yang Mulia. Mohon hamba undur diri.." ucap Xio Lin menunduk hormat berlalu pergi..
Xio Lin keluar dari ruang perjamuan,,
Aku merindukan Kakak batinnya..
"Pelayan apa kalian tau dimana latihan prajurit ?" tanya Xio Lin..
"Hamba akan mengantarkan Paduka.." ucap salah satu pelayan..
"Paduka, apakah Paduka merindukan Jendral Chun ?" tanya pelayan Lu.
"Benar.." jawab Xio Lin..
Sampailah mereka di sebuah lapangan yang sangat luas, dan dentingan pedang yang saling beradu..
Xio Lin melihat kanan kiri mencari keberadaan Jendral Chun, akhirnya dia menemukan seseorang yang dia cari..
Seorang prajurit yang melihat Xio Lin lantas dia memberitaukan pada Jendral Chun. Jendral Chun menoleh dan menghampiri Xio Lin yang melihatnya.
"Ada apa kau kesini ?" tanya Jendral Chun datar.
Sebisa mungkin Jendral Chun bersikap seperti biasa biasa saja. Mengingat jika Xio Lin kini menjadi seorang Selir..
"Aku merindukan Kakak dan ingin mengajak Kakak minum teh bersama.."
"Baik Paduka.." balas Jendral Chun menunduk hormat.
"Kakak, bisakah tidak se formal itu ? aku adalah Adik mu.." tegur Xio Lin menatap Jendral Chun..
"Kau sekarang adalah orang istana, sudah kewajiban ku menghormati mu.." balas Jendral Chun..
"Kakak.." lirih Xio Lin..
"Baiklah, mari kita minum teh bersama.." ucap Xio Lin..
Merekapun menuju ke sebuah gazebo dan duduk minum teh berdua..
"Kakak apakah memang kita tidak bisa bersama ?" tanya Xio Lin, seketika matanya berkaca-kaca menatap Jendral Chun yang meminum tehnya..
Setelah minum tehnya, Jendral Chun menatap Xio Lin.
"Kita tidak bisa bersama, kau dan aku berbeda. Kau ditakdirkan menjadi istri Yang Mulia.."
Jendral Chun menghela nafas, dia ingat perkataan Pendeta pada waktu itu..
"Kakak.." ucap Xio Lin yang mulai mengeluarkan air matanya..
Dari kejauhan Kaisar Yun melihat mereka, pada saat Xio Lin keluar dari perjamuan makan. Kisar Yun menghentikan aktivitasnya dengan Selir Mei bermaksud ingin menemani Xio Lin..
Sebenarnya apa yang mereka bicarakan ? kenapa wajah mereka sangat serius batin Kaisar Yun..
Kaisar Yun menghampiri Xio Lin yang di tinggalkan sendiri oleh Jendral Chun..
"Selir Lin.." sapa Kaisar Yun..
Xio Lin yang mendengarkan suara itu, dengan cepat Xio Lin menghapus air matanya..
Kaisar Yun mendekat, kemudian dia mengangkat dagu Xio Lin dengan jari telunjuknya..
"Kau menangis ?" tanya Kaisar Yun melihat mata Xio Lin yang memerah..
Xio Lin memalingkan wajahnya..
"Sebegitu kan kau membenci ku ?" tanya Kaisar Yun dia mencengkram pipi Xio Lin..
"Benar, aku membencimu. Jika bukan karna kau, aku tidak akan berpisah dengan..."
Seketika Xio Lin menghentikan ucapannya, dia sadar, siapa pun yang mengkhianati seorang Kaisar akan di hukum mati..
Kaisar Yun menatap tajam Xio Lin.
"Katakan ! apa kau mencintai seseorang ?" tanya Kaisar Yun, seketika hatinya merasa sakit mendengarkan ucapan Xio Lin..
Xio Lin hanya diam memalingkan matanya tanpa melihat Kaisar Yun..
Kaisar Yun melepaskan cengkraman nya dan pergi menahan amarahnya.
Kaisar Yun menuju kediaman Selir Mei.
"Keluar.." ucap Kaisar Yun dengan tegas.
Para pelayan pun menunduk hormat dan langsung keluar dari kediaman Selir Mei..
Selir Mei melihatnya, dia merasa keheranan melihat wajah Kaisar Yun yang sedang marah..
Kaisar Yun meluapkan emosinya dengan bercengkrama pada Selir Mei..
Selir Mei mendapatkan perlakuan itu merintih kesakitan. Dia tidak habis pikir perlakuan Kaisar Yun yang tidak ada lembutnya sedikit pun.
Setelah puas membuat dirinya lelah, dia tersadar apa yang dia barusan lakukan menyakiti Selirnya itu..
"Maafkan aku Mei'er, aku tidak bermaksud seperti itu.." ucap Kaisar Yun mencium kening Selir Mei yang telah tertidur. Terlihat pipi Selir Mei yang basah karna air matanya.