Alina terpaku saat melihat janur kuning disebuah gedung nama Kaka sepupu atau kaka tirinya terpajang dipapan janur kuning.
wanita mana yang tidak sakit hati dikhianati oleh Kaka tiri..Dan calon suaminya.
Ira Kaka tiri atu sepupu Alina.adalah anak bawan ibu tirinya,ayahnya Alina menikahi Hamidah ibunya Ira setelah satu tahun ibunya Alina menikah.
Hamidah adalah adik kandung Halimah yang kebetulan seorang janda. keluarga meminta Subandi ayah Alina turun ranjang.semua dilakukan demi anak-anak mereka.
" astaghfirullah..! sejak kapan Mas Ardi dan Ira pacaran?? kenapa begitu tega mayakiti ku."
kakinya kaku seperti tertanam ditanah tidak bisa digerakkan saat melihat papan nama itu...Wita sang sahabat menenangkan hati Alina.
" tarik nafas dan beristighfar, tenang kan hatimu." ucap Wita.
ikuti kisahnya dinovel yang berjudul.
ditikung Kaka tiri dipinang pengusaha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur silawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 bertemu lagi.
"Git !ayo kita ikuti anak perawan. sepertinya ia akan bertemu dengan pria misterius itu? penasaran aku pengen tahu seperti apa laki-laki itu."ucap Lili. Gita pun setuju dengan ajakan Lili.
" Mereka bikin janji di mana?"tanya kita Gita pada Lili.
"Aku sih dengernya di ruko village di kopi masa lalu."jawab Lili.
Lili dan gita bekerja sudah cukup lama di perusahaan elektronik tersebut dari usia 18 tahun hingga kini 43 tahun.. setengah umur mereka habiskan di perusahaan elektronik itu..
Hubungan mereka tidak hanya sekedar teman kerja. Tapi sudah seperti saudara kandung
Alina masih mengenakan seragam kerjanya. Gadis itu Meluncur menuju ruko grand village dimana Muhammad Evan menunggunya.
Sesampainya di depan ruko grand village, Alina langsung menuju kedai kopi masa lalu.. Lina mengedarkan pandangannya ke seluruh isi ruangan kedai kopi itu. Pandangannya terhenti di sudut ruangan ada sebuah meja, dan seorang pria menggunakan topi dan memakai masker. Aluna sangat yakin pria itu adalah Muhammad Evan firdaus.
Dengan wajah yang penuh kelelahan. ia menghampiri pria tersebut.
"Assalamualaikum, Mas misterius ya?"tanya Alena. Pria itu. Mempersilahkan Alina duduk.
"Waalaikumsalam, silakan duduk Lina."jawab Muhammad Evan, jantungnya berdegup dengan kencang.. melihat gadis yang telah menghantuinya selama satu minggu ini..
"Kenapa masih manggil saya dengan sebutan misterius? Bukannya Saya sudah memperkenalkan nama saya. Panggil dong nama saya dengan benar, aqiqah lho Mama saya memberi nama itu."protes Muhammad Evan firdaus.
"Ya maaf, namanya juga belum terbiasa. Mas sudah lama menunggu?"tanya Alina.. Evan melepaskan maskernya, tapi tidak dengan topi. Sementara di luar sana emak-emak. Gita dan Lili yang mengikuti si anak perawan yang sedang ngedate. Terperangah menatap ketampanan Evan.
"Masya Allah, gantengnya nggak ketulungan gitu loh??rezeki nomplok banget sih Lina.. bisa dipasti orang kaya Git. Dari segi pakaian saja kita sudah bisa menilai semua serba branded dari topi yang ia pakai saja kita tahu itu branded ternama.... lina Lina semoga rezekimu ya nduk. Gadis baik akan berjodoh dengan laki-laki baik."ucap Lili..
"Aku sudah tidak bisa berkomentar apa-apa.. artis saja lewat gantengnya, ini mah judulnya dicampakkan oleh si kere, dipungut oleh si kaya!!Eh... tunggu tunggu.laki-laki itu single apa sudah menikah ya Li?"tanya Gita, lalu ia menatap wajah sahabatnya Lili Purwati.
"Mana aku tahu Git! Nanti kita tanyakan sama Alina.. status pria itu? Semoga saja single."jawab Lili, mata Lili masih fokus menatap dua sejoli yang sangat serasi itu.
"Jadi, saya bayar berapa Mas? Waktu mas habis mengantarkan saya berdua dengan sahabat saya."tanya Lina sopan. Evan menarik nafas berat. Iya tetapi wajah gadis cantik yang terlihat sangat kelelahan itu. Terbesit di hati rasa ingin memiliki gadis itu.. ada keinginan untuk melindungi gadis cantik yang ada didepannya itu.
"Tumben bahasa kamu pakai saya! Biasanya loe gue."ledek Muhammad Evan.. Lina hanya tersenyum menatap laki-laki tampan dan rupawan tersebut.
"Aku menghargai orang tua saja.. biasanya panggilan loe dan gua itu, untuk teman-teman seusia aku.. Mas kan sudah pasti di atas aku kan.?"jawab Alina jujur.
"Aku lebih suka kamu panggil aku Mas! Jangan ada loe gue lagi saat memanggil ku."ucap Evan..
"Ya udahlah, gimana baiknya aja. Jadinya bayar berapa ini??"tanya Alina lagi.
"Tidak usah bayar! Aku ikhlas, tapi suatu hari aku kalau mau minta bantuan mu. Kamu harus bersedia."sahut Muhammad Evan. Alina, mendengus kesal. Mendengar Ucapan Evan.
"Itu namanya nggak ikhlas, kalau masih ada pamrihnya.. ya sudahlah terserah Mas saja. Kalau memang itu maunya, yang terpenting Saya sudah punya niat untuk membayar semua pengeluaran kemarin. Kalau diikhlaskan. Alhamdulillah, rezeki gadis rumah tangga hehehe."ucap Alina, sambil menyeruput kopi Masa lalu yang ia pesan.
"Kalau urusan kita sudah selesai, dan semuanya sudah menemukan kesepakatan.. mas Evan sudah ikhlaskan uang satu juta beserta waktu Mas habis mondar-mandir nganterin aku dengan wita? Aku mau pamit pulang. Semoga rezeki Mas Evan berkah selalu. Oh iya lupa, boleh nanya nggak sih Mas? "Tanya Alina, Evan bisa menebak apa yang akan Alina tanyakan...
"Tanya saja, saya akan jawab. Kalau pertanyaan mu butuh jawaban.."jawab Evan santai.
"hem.. Mas sudah menikah?"akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari bibir Alina, awalnya Alina enggan menanyakan status Evan, berhubung Evan mengikhlaskan uang yang dia pinjam dan akan meminta bantuan di kemudian hari.. status Evan penting bagi Alina. Bukan tanpa sebab Alina menanyakan demikian!!
Dia tidak mau terjadi kesalahpahaman, dengan pasangan Evan. Jika dia punya istri mulia detik ini Alina akan menjaga sikap dan jarak. Tapi jika dia belum menikah tidak terlalu mengkhawatirkan, jika dia minta bertemu. Lina, tidak mau Berteman dengan orang yang sudah punya istri .. resikonya ngeri-ngeri sedap.
"Sudah!"jawab Evan, ada rona kecewa di wajah cantik gadis itu.. Alina menarik napas, jika seperti itu lebih baik selesaikan hari ini juga urusan utang piutang. Tidak ada pertemuan berikutnya.. dia tidak mau kedekatan mereka mereka jadi Boomerang di kemudian hari.
Sementara itu di luar kedai kopi, emak-emak kece Lili dan Gita sudah meninggalkan lokasi. Yang Terpenting mereka sudah tahu seperti apa laki-laki yang baik hati membantu Alina..
"Tapi saya sudah bercerai 3 tahun lalu! Perempuan itu selingkuh, dengan ayah sahabat saya.. persahabatan kami pun bubar, gara-gara satu perempuan."lanjut Muhammad Evan, tatapan matanya sendu menatap kopi yang ada di depannya..
Sedikit lega mendengar ucapan Muhammad Evan.. ya bagi Alina tidak apa-apa berteman dengan duda, yang terpenting single.
"Oh Mas gagal berumah tangga juga?"tanya Alina, Evan menggangguk., plong sekali rasanya hati Muhammad Evan telah berkata jujur kepada gadis itu. mengenai statusnya.. dari tadi dia ingin mengungkapkan statusnya, tapi dia bingung mau mengucapkan. Sangat kebetulan sekali Alina bertanya .. memang dia menunggu-nungggu gadis itu menanyakan perihal statusnya..
"Mas ditikung sama ayah sahabat mas sendiri? Sakit nggak Mas rasanya."tanya Alina lagi.
"Sakitnya tuh di sini! Hehehe"jawab Evan sambil menunjukkan hatinya. Alina menjebik mendengarkan candaan, laki-laki yang baru dia kenal satu minggu lalu.
Evan sangat senang sekali gadis cantik itu banyak bertanya. Suasananya tidak canggung dan hidup tidak kaku.. Evan sangat nyaman ngobrol dengan gadis itu. Entah mengapa hatinya begitu tentram dekat dengan Alina
Hampir 2 jam mereka berdua berbincang apa saja yang dibahas dan ditanyakan oleh gadis cantik itu. Akhirnya Alina undur diri karena hari sudah malam dan dia harus kembali ke kosannya.
"Aku nitip brosur dong Mas.. boleh ya? Siapa tahu Mas berminat memakai wedding organizer teman saya buat nikah nanti.. hubungi telepon ini dan cantumkan nomor aku ya biar aku dapat feenya.."ucap Lena, Evan tertegun menatap gadis itu. Segitu beratnya kah beban hidupnya, dia sudah bekerja.Dan masih menjadi marketing juga.
Evan meraih brosur itu..
"Baiklah, nanti aku pakai wedding ini kalau menikah nanti. Kamu kapan siap menikah?"pertanyaan frontal Evan lontarkan kepada gadis cantik itu.. seketika Alina kaget, mendapat pertanyaan seperti itu.
"Saya tidak tahu Mas. Kapan saya siap menikah pacar saja saya tidak punya, kemarin baru diambil sama kakak saya.. Saya mau fokus dulu dengan karir dan kuliah saya."jawab Alina jujur.
"Bagaimana aku mau pakai wedding teman kamu ini, kamu sendiri belum siap jadi pengantin perempuannya."Evan terkekeh, melihat wajah Alina yang sangat syok..
"Ah bikin kaget aja Mas! Bisa juga bercandanya."walaupun Alina hanya bekerja pabrik, dia tahu Evan bukan orang sembarangan.. dari pakaian yang dikenakan semuanya branded, apalagi jam tangannya yang nilainya ratusan juta. Lina tahu itu..
"Lho siapa yang bercanda! Aku serius, kalau kamu siap menikah dengan saya.. kita booking wedding teman kamu ini. Kalau kamu tidak siap menikah dengan saya, Saya tidak akan booking wedding-nya dan kamu tidak dapat fee."lanjut Evan dengan wajah serius, Alina yang melihat wajah serius Muhammad Evan jadi deg-degan..
"Bercandanya nggak lucu Mas, masa iya, Mas mau menikah dengan kuli pabrik. saya ditinggal menikah karena pekerjaan saya seorang kuli."jawab Alina.
"saat ini saya kuli, Saya bekerja di perusahaan teman saya. Sebenarnya saya punya perusahaan tapi itu punya papa.. selagi kita digaji berarti kita kuli."jawab Evan.
"Ya sudahlah, nanti kita lanjutkan lagi bercandanya.. Aku mau pulang dulu mas sudah cukup malam.
"Emangnya kamu sudah baikan dengan bapak Mu? Kemarin waktu di gedung pernikahan.Aku lihat Bapakmu sepertinya pro sekali dengan Kaka sepupu mu."tanya Evan,Lina tersentak kaget. Evan mengetahui insiden kemarin. Dia pikir Evan tidak masuk ke dalam gedung pernikahan itu
"aku pulang ke kosan, bukan ke rumah ibuku. Sudah lama aku kos yang tidak jauh dari pabrik."jawaban Lina sopan.
"Terus kakak sepupu kamu dan calon suami gagal itu ,tinggalnya di mana?"tanya Evan. Alina menarik napas..
"Entahlah tinggal di mana mereka, semalam sudah diusir sama bapakku.. Tapi tidak tahu kelanjutannya, semoga saja sudah tidak di rumahku lagi.. rasa-rasanya tidak nyaman ada laki-laki asing di rumah."jawab Alina
"Iya memang mereka harus pergi dari rumah mu. Kamu harus tegas dan jangan biarkan orang lain menginjak harga diri mu. Baik boleh tapi jangan bodoh!"lanjut Muhammad Evan, Alina seperti mendapatkan kekuatan dan perlindungan dari seorang kakak..
"Ya sudah ayo kita pulang, disimpan nomor handphone-ku jangan panggil misterius lagi. Kapan-kapan aku ngajak bertemu bisa ya."ucap Muhammad Evan, tanpa disadari Alina menggangguk setuju..
"Yang terpenting hari libur. dari hari Senin sampai Jumat saya bekerja."jawab Alina..
"Sombong banget yang punya pekerjaan! Hehehe."setelah bersalaman dan berpamitan dan sehilo goodbye. Alina meninggalkan kedai kopi masa lalu itu! Ia meluncur bebas di jalan raya yang sedikit lenggang dari kemacetan..
"Gadis cantik yang unik."gumam Muhammad Evan, barista yang mendengar gumaman Evan tersenyum.