Mia Maulida seorang wanita berusia 36 tahun dengan dua orang anak yang beranjak remaja menjalankan multi peran sebagai orangtua, isteri dan perempuan bekerja, entahlah lelah yang dirasa menjalankan perannya terbersit penyesalan dalam hati kenapa dirinya dulu memutuskan menikah muda yang menjadikan dunianya kini terasa begitu sempit, Astaghfirullahal'adzim..lirihnya memohon ampun kepadaNYA seraya berdoa dalam hati semoga ada kebaikan dan hikmah yang dirasakan di masa depan, kalaupun bukan untuknya mungkin untuk anak anaknya kelak.
Muhammad Harris Pratama seorang pengusaha muda sukses yang menikah dengan perempuan cantik bernama Vivi Andriani tujuh tahun lalu, nyatanya kini merasakan hampa karena belum mendapatkan keturunan. Di saat kehampaan yang dialaminya, tak disangka semesta mempertemukan kembali dengan perempuan cantik berwajah bening nan teduh yang dikaguminya di masa putih abu-abu. Terbersit tanya kenapa dipertemukan saat sudah memilki kehidupan dengan pasangan masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutiah Azzqa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Setiap hari Minggu sudah menjadi jadwalnya Mia menyetrika baju seluruh anggota keluarganya, tapi hanya tertentu tidak semuanya, hanya baju kerja, seragam sekolah anak-anak, dan baju yang dianggap penting untuk keluar rumah saja, sedangkan untuk baju rumahan seperti kaos, daster, piyama dan sejenisnya tidak disetrika karena untuk menghemat listrik dan juga tenaga.
Dengan dialasi kain sarung tiga lembar yang digelar di ruang tamu, Mia lesehan menyetrika baju sambil nonton TV acara kompetisi memasak dengan juri para chef yang terkenal itu. Zayan asyik lagi main game di kamarnya meminjam HPnya, anak-anaknya memang belum diperbolehkan mempunyai HP sendiri karena masih SMP. Sedangkan suaminya di kamar entah lagi tidur atau main HP juga.
Zayan keluar dari kamarnya, sambil membawa HP Mia
"Ma, ada WA dari mamanya kak Shafa ngirim foto-foto nih.." ucap Zayan sambil menunjukkannya.
Mia melihat semua fotonya sambil tersenyum, ada banyak foto gaya lucu Zahra, Shafa dan Lana yang terlihat konyol dan kocak, foto candid saat mereka sedang bermain di tepi pantai, dan foto banyakan bersama keluarga Shafa.
Mia memperbesar setiap foto yang dilihatnya, mengamati satu persatu wajah yang ada di foto itu sambil tersenyum. Saat melihat foto banyakan bersama keluarga Shafa, Mia mengamati wajah-wajahnya terlihat tersenyum ceria dan wajah-wajah yang sumringah bahagia.
Mia mengernyitkan dahinya ketika melihat wajah pria yang kemarin bertemu dengannya di Supermarket ada di sana, berarti dia keluarganya Shafa dan wanita yang dirangkul di sebelahnya mungkin adalah isterinya..? Mia berfikir sejenak, oh.. mungkin yang mami Shafa bilang janjian dengan tantenya Shafa tuh wanita cantik ini adalah tantenya Shafa, dan berarti pria ini adalah omnya Shafa..?? Mia mengedikkan bahunya.
.
.
.
.
Seharian di pantai waktu terasa cepat berjalan, mereka sangat menikmati hawa di pantai dari yang sejuk, berubah jadi panas dan kembali ke sejuk lagi, begitu juga suasana pantai mulai dari yang sepi berubah semakin ramai dan sekarang mulai lengang karena hari sudah semakin sore, waktunya untuk mereka bersiap pulang. Sebenarnya anak-anak masih ingin di pantai sampai matahari terbenam, papinya Shafa mengingatkan nanti pulangnya kemalaman apalagi kalau jalanan macet.
Karena Shafa memaksa ingin melihat sunset, akhirnya papi dan mami Shafa pulang duluan bersama Lana, sedangkan Shafa dan Zahra nanti pulangnya bersama Vivi dan Aris karena menunggu sunset kurang lebih 1 jam lagi. Padahal Shafa yang tadinya males waktu diajak ke pantai, sekarang malah yang paling antusias sampe belum mau pulang padahal sudah hampir seharian di sana. Tantenya yang baik dan sangat pengertian itu menuruti saja kemauan keponakannya yang beranjak remaja itu.
Mereka menikmati langit senja di pantai dengan mengobrol, bercengkerama, tertawa dan tentunya tidak melewatkan untuk mengambil foto siluet, mengabadikan pemandangan yang sangat indah saat sunset. Ketika terdengar adzan Maghrib berkumandang mereka baru berjalan menjauhi pantai untuk bersiap menuju masjid yang masih berada di kawasan pantai untuk melaksanakan kewajiban ibadah terlebih dahulu sebelum menuju ke tempat parkir mobil untuk pulang.
Di dalam mobil saat perjalanan pulang, mereka masih saling bercerita tentang banyak hal. Obrolan khas anak remaja dan kerandoman tingkah Shafa dan Zahra yang cekikikan membicarakan apa saja tentang hal-hal receh menjadi hiburan tersendiri bagi Vivi dan Aris, keduanya sesekali ikut menimpali obrolan kedua remaja itu hingga suasana di dalam mobil terasa hangat dan sangat menyenangkan.
Benar saja yang papinya Shafa bilang, jalanan sore ternyata sedikit padat, mobil terasa berjalan lambat seperti keong tidak bisa sat set untuk cepet sampai rumah. Zahra ingin menginfokan ke mamanya kalau pulangnya malam, tapi HP Shafa tadi terbawa maminya sedangkan HP Tante Vivi mati, lowbat. Akhirnya Zahra dikasih pinjam HP om Aris untuk menelpon Mia.
"Assalamu'alaikum ma.. ini kakak, pake Hp omnya Shafa dikasih pinjam"
"Iya..ini masih di mobil, jalanan macet ma.. pulangnya malam"
"Ya dianterin sampe ke rumah kok, ooh..bentar kakak tanya dulu..ehmm..om kata mama kalau macet turunin aja Zahranya didepan minimarket terdekat gimana? nanti mama jemput naik motor aja supaya cepet, lagian kasian kalau nganter Zahra dulu nanti Shafa tambah malam lagi pulangnya.."
Tapi Aris menggeleng tanda tidak setuju, "diantar aja sampe rumah nggak apa-apa, lebih aman"
"Ma..nggak apa-apa kata omnya diantar sampe rumah aja, lebih aman"
"Iya ma, iya.. Assalamu'alaikum.." Zahra mengakhiri teleponnya
"Makasih banyak Om, Tan.." ucap Zahra sambil mengulurkan HP Aris kepada Vivi.
"Sama-sama cantik, santai aja sayang..Tante mulai hari ini udah jadi bestie kalian kan..?" ucap Vivi sambil menoleh ke jok belakang.
"Maap maap nih Tan..kalau mau jadi bestie kita tuh nggak gampang ya, harus daftar member dulu dan bayar administrasinya tuh mahhal.." jawab asal Shafa,
"Ha..ha.." Aris dan semua yang ada di mobil tertawa.
Dengan candaan dan obrolan yang ngalor ngidul nggak jelas, membuat suasana macet tidak jadi persoalan, mereka sangat menikmati perjalanan.
Kepadatan kendaraan perlahan mulai terurai hingga mobil bisa melaju kencang, dan tidak lama sudah memasuki komplek perumahan Zahra.
Mobil Aris berjalan pelan mengikuti arahan Shafa yang menunjukkan jalan ke rumah bestienya.
Akhirnya sampailah mobil Aris di depan halaman rumah Zahra, di kursi teras sudah menunggu sepasang suami isteri dengan harap-harap cemas.
Mia dan Andi langsung berdiri dan berjalan mendekat ke mobil mewah yang berhenti pelan di depan rumah mereka.
Pintu mobil bagian belakang dibuka, Zahrapun turun sambil mengemasi barang bawaannya setelah berpamitan sama bestienya.
Kaca pintu penumpang bagian depan terbuka menampilkan seraut wajah cantik seorang wanita yang tersenyum menyapa Mia, lalu pintunya dibuka sedikit dan wanita itupun turun menyalami Mia dan suaminya "maaf pulangnya sampai malam ya Bu, pak.. pasti sudah nungguin lama?" Ucap Vivi
Andi mengangguk tersenyum "nggak apa-apa yang penting sudah sampe rumah dengan selamat"
"Terimakasih banyak mbak, Zahranya sudah dianterin sampe rumah. Silahkan masuk mampir dulu untuk minum..?" Ucap Mia menawarkan kepada Vivi.
"Terimakasih Bu, tapi mungkin lain kali sekarang sudah malam kami langsung pamit" Vivi menolak dengan halus
Mia mengangguk, "Sekali lagi Terimakasih banyak ya mbak, hati-hati.."
Ternyata Aris saat tadi berhenti memarkirkan pelan mobilnya sudah melihat sepasang suami isteri itu yang berjalan mendekati mobilnya, wajahnya langsung kaget saat wajah wanita itu tampak semakin jelas. Aris mendengarkan obrolan isterinya dengan Mia dan suaminya, sampai tertegun melihat ke arah keluarga itu. Mia, suaminya, dan Zahra ternyata adalah anak Mia.
Vivi naik lagi ke mobil, menutup pintu nya dan menoleh heran ke arah suaminya yang masih bengong, dengan menepuk pelan lengannya, "Ayo mas jalan, kok ngelamun sih.."
Aris terkejut dan mengerjapkan matanya, dia berpamitan dengan keluarga itu dengan membunyikan klakson dan menganggukkan kepalanya, Shafa dan Vivi melambaikan tangan ke arah keluarga Mia saat mobil perlahan menjauh.
*******
Terimakasih banyak atas waktunya yang sudah bersedia membaca cerita ini 🙏🙏, insya Allah di Bab berikutnya akan dijelaskan tentang masa putih abu-abu Mia dan Aris.
Kok bisa Aris mengenal Mia Maulida, tapi Mia merasa tidak kenal ya...coba tebak kira-kira kenapa? 🤔🤔