Aku begitu mengharapkanmu setelah kau merusakku. Kau yang lari dari tanggungjawab hanya demi reputasimu! Kau juga yang telah menyiksaku dengan meninggalkan benih ini! Dan sekarang kau kembali setelah aku begitu benci? Lalu kenapa kau kembali setelah aku ingin membuka hati untuk orang lain? Kenapa kau kembali dengan caramu yang membuatku bimbang atas semua kehidupan yang aku alami selama ini? Aku harus bagaimana? Kenapa hati ini begitu berat untuk membencimu. Apakah aku mencintaimu atau mencintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagita chn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Sedikit mengkhawatirkannya
Hening begitu tercipta diruangan itu. Aldigar terlalu sibuk mengecek data-data keluar masuk perusahaan. Hingga tanpa sadar ia penasaran dengan Zeline yang terus terdiam sejak tadi. Aldigar mulai mengajaknya berbicara, ia juga sedikit rindu dengan suaranya. Walaupun saat Zeline berbicara nanti ia pasti akan membuatnya pusing kepala karena amarahnya.
"Zeline. Informasikan ke seluruh staff kantor rapat besok diundur. Apa kamu sudah memberitahu mereka? Aku ada pertemuan darurat dengan perusahaan Sunrise group."
Krikk Krikk?
Tidak ada sahutannya darinya.
"Zeline???"
Apa segitu bencinya dia kepadaku sekarang? Sampai-sampai dia tak menyahut apa yang aku katakan!
Benar-benar hening tak ada suara. Aldigar semakin penasaran dan langsung berdiri dari duduknya untuk mehampirinya. Ia ingin memastikan Zeline sedang apa, namun ternyata Zeline ketiduran diatas meja kerjanya itu.
Aldigar yang sudah mendekat pun terpaku. Tidak mungkin ia memarahinya, Zeline juga habis mual-mual juga tadi pagi. Aldigar juga tidak mungkin tega akan itu, yang ada Zeline akan semakin membencinya nanti.
Kalau dia anteng begini sebenarnya manis juga. Ia juga terlihat makin cantik, apa karena dia sedang hamil?
Aldigar terhanyut dalam tatapannya sendiri, ia mulai menyentuh kening Zeline. Ia ingin memindahkannya ke sofa, namun badannya begitu panas, sepertinya ia demam tinggi.
"Zeline?"
Ya ampun dia panas sekali.
Aldigar memilih langsung memapah dan memindahkan Zeline ke sofa saja. Namun, belom sempat Aldigar membaringkannya ke sofa ia sudah tersadar dan membabi buta padanya sambil melotot tajam meminta turun.
"Tu-turunkan aku! Apa yang Anda lakukan?!"
"Kamu ketiduran disana, aku hanya ingin memindahkanmu ke sofa. Sudah bagus aku peduli,"
"Bohong! Dasar mesum! Tak usah berpura-pura baik padaku. Turunkan aku!"
Zeline kembali ke meja kerjanya dengan penuh kekesalan setelah Aldigar menurunkannya.
"Tapi kamu demam Zeline. Badan kamu panas sekali. Kamu istirahat saja, tak usah bekerja dan duduk saja hari ini."
"Pak Finn?"
Zeline tidak mendengarkan Aldigar, kehadiran Finn yang tiba-tiba langsung membuatnya tersenyum dan menghampirinya. Namun saat menghampirinya Zeline terlihat akan pingsan dan beneran saja, ia langsung pingsan di bekapan Finn.
"Ze-Zeline?" Untung saja Finn siap siaga dan membekapnya erat agar tak jatuh kelantai tadi.
"Apa yang terjadi Tuan Muda?" Finn pun bingung, pasalnya keduanya tampak sedang bersitatap tadi.
"Dia demam kan?"
"Iya Tuan Muda, badannya panas sekali." Setelah Finn mengecek suhu badannya pun memang terasa begitu panas. Zeline demam ia sedang tidak pura-pura.
"Baringkan dia disofa."
"Baik Tuan Muda."
Setelah dipikir-pikir jika ada karyawan lain yang masuk ke ruangannya nanti, bagaimana saat mereka melihat Zeline pingsan di sofa itu? Terlebih kekasihnya yang suka nonggol tiba-tiba, jadi Aldigar rasa Zeline harus di pindahkan saja ke kamar khusus di kantornya ini.
"Tidak-tidak! Baringkan saja dia di kamarku. Lalu panggilkan Dokter Sella kesini. Jangan berpenampilan seperti dokter kemari."
"Baik Tuan Muda."
Aku pasti akan gila jika dia terus bersikap seperti tadi padaku!
Aldigar tidak tahu lagi, ia hanya pasrah dengan keadaan sambil memegangi keningnya.
Tak lama dokter panggilan Aldigar pun datang, ia benar-benar datang layaknya klien Aldigar saat masuk keruangan itu, jadi tidak ada yang mencurigainya bahwa ia adalah seorang dokter.
"Sella, tolong kamu periksa dia. Dia baik-baik saja kan?"
"Apa ini Zeline yang kamu ceritakan?"
"Tentu saja. Mulai sekarang mungkin aku sangat membutuhkanmu untuk merawat dan mengawasi keadaannya."
"Dengan senang hati Al. Aku akan coba periksa dia dulu."
Sella langsung memeriksanya dengan beberapa tahap alat medis yang ia bawa dari tas laptopnya itu. Aldigar hanya bisa terdiam dan mengamati, di dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia juga sedikit mengkhawatirkannya.
"Kandungannya sangat lemah. Sepertinya ia juga sangat stress akan hal ini. Ia tidak boleh kecapean Aldigar. Ia butuh banyak istirahat. Tensi darahnya pun rendah, akhir-akhir ini mungkin dia kurang tidur. Ia juga harus makan makanan yang bergizi dan berprotein tinggi, agar kandungannya sehat dan mempercepat pertumbuhan janinnya."
"Lalu apa yang harus aku lakukan???" Tanya Aldigar penuh keseriusan dan ketegangan.
Sella mulai tersenyum melihat raut wajah pucat Aldigar. Pasalnya Aldigar terlihat sangat khawatir padanya, terlihat sekali dari raut wajahnya. Ia tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya.
"Kamu sedang bercanda? Bagaimana keadaannya Sella? Kenapa malah tersenyum menetapku?"
Semakin brisik Aldigar semakin membuat Sella tersenyum tentunya.
"Keadaannya sesuai yang aku bicarakan tadi Al. Aku juga akan memberikannya vitamin. Jujur aku sedang heran denganmu. Aku tak pernah melihat wajahmu sekhawatir ini sebelumnya?"
"Aku hanya merasa bersalah. Apa salah? Kenapa kamu malah tersenyum-senyum begitu? Apa kau sedang menertawakanku? Aku juga bingung dengan keadaan ini,"
"Hehe. Bagaimana aku tidak tertawa Aldigar? Aku sudah mengenalmu sejak kecil, kau sudah lama tidak pernah mempedulikan orang-orang sebelumnya, apalagi mengkhawatirkannya seperti ini."
Aldigar juga tidak tahu, ia tidak bisa mengontrol rasa dan raut wajah kekhawatirannya itu.
"Baiklah baiklah, Aku juga tahu Aldigar. Dia terlihat jauh berbeda dari Jenymu. Sungguh bukan tipemu,tapi hati-hati dengan rasa bersalahmu itu, karena cinta akan tumbuh kapan saja."
"Maksudmu??"
"Jagalah dia dengan baik selagi dia bersamamu Aldigar. Kasian dia sedang hamil. Terlebih dia sedang mengandung anakmu kan? Pikirkan dia Aldigar, bagaimana perasaannya sekarang untuk menanggung semua beban benih ini darimu? Kamu mau pilih dia atau tetap bersama Jeny? Jikapun kau ingin tetap bersama Jeny kamu harus tetap bertanggungjawab. Aku mengatakan semua ini karena aku memperdulikanmu. Jangan sampai kamu menelantarkan anakmu sendiri dan menyesal nanti. Banyak orang diluaran sana yang ingin memiliki anak."
Benar juga yang dikatakan Sella. Yaa..aku akan bertanggungjawab, tapi semampuku. Tidak mungkin aku menikahinya juga kan?
"Aku memang sedang berusaha bertanggungjawab Sella. Tapi aku tidak mungkin mengakhiri hubunganku dengan Jeny. Kamu tahu sendiri bagaimana hubungan keluargaku dan keluarga Jeny kan sekarang? Bahkan aku dengannya akan segera menikah. Aku juga ingin menikah dengan orang yang aku cintai Sella"
"Iya Al, aku tahu ini juga sulit untukmu. Semoga saja ada jalan yang terbaik nantinya. Aku juga harus segera pergi, aku harus segera mengurus operasi pasienku. Aku tinggal dulu ya Al. Aku buru-buru."
"Baiklah, hati-hati Sella."
Sella pun langsung pergi meninggalkan ruangan itu. Ia memang terlihat terburu-buru sekali. Sementara Aldigar kembali menemui Zeline yang terbaring pucat setelah mengantar Sella kedepan ruangan. Bahkan setiap kali melihat lekuk tubuh Zeline, Aldigar kembali mengingat kejadian itu. Bukan karena dia mesum. Tapi rasa bersalahnya mulai menghantui pikirannya sekarang, Ia ingat betul telah membuatnya menangis waktu itu karena memaksakan diri untuk menekankan sesuatu miliknya ke mahkota berharga milik Zeline.
lanjut thor gak sabar nih.. /Chuckle/