Alisya, seorang gadis muda yang lulus dari SMA, memiliki impian untuk melanjutkan kuliah dan menjadi desainer. Namun, karena keterbatasan ekonomi keluarganya, ia harus bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah keluarga kaya. Di sana, ia bertemu dengan Xavier, anak majikannya yang tampan dan berkarisma. Xavier memiliki tunangan, namun ia jatuh cinta dengan Alisya karena kepribadian dan kebaikan hatinya.
Alisya berusaha menolak perasaan Xavier, namun Xavier tidak menyerah. Orang tua Xavier menyukai Alisya dan ingin agar Alisya menjadi menantu mereka. Namun, perbedaan status sosial dan reaksi orang tua Alisya menjadi tantangan bagi keduanya.
lalu bagaimana dengan tunangannya Xavier ?
apakah Alisya menerima Xavier setelah mengetahui ia mempunyai tunangan?
bagaimanakah kisah cinta mereka saksikan selanjutnya hanya disini.
setiap masukan serta kritik menjadi motivasi bagi author kedepannya.
Author ucapkan Terimakasih bagi yang suka sama ceritanya silahkan berikan like dan komen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kania zaqila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Alisya dan Xavier Berjuang
Xavier memandang Alisya dengan mata yang penuh pertanyaan, suaranya rendah dan serius. "Alisya, ada seseorang yang ingin bertemu dengan aku. Dia bilang ada sesuatu tentang kamu yang belum aku tahu."
Alisya memandang Xavier dengan mata yang sedikit bingung, tapi tidak ada rasa curiga. "Apa itu? Siapa orangnya?"
Xavier menggelakkan kepala, mencoba menyembunyikan kekhawatirannya. "Dia tidak bilang. Tapi dia ingin aku menemuinya sendirian. Aku tidak tahu apakah ini aman."
Alisya langsung menggenggam tangan Xavier, suaranya penuh kekhawatiran. "Xavier, jangan pergi. Aku tidak ingin kamu pergi sendirian. Apa kalau ini jebakan lagi?"
Xavier memelainya dengan lembut, mencoba menenangkan Alisya. "Aku akan hati-hati, Alisya. Aku tidak akan melakukan sesuatu yang bodoh. Aku hanya ingin tahu apa yang dia maksud."
Ibu Alisya, yang sejak tadi mendengarkan, akhirnya berbicara dengan suara yang lembut. "Xavier, mungkin sebaiknya kamu tidak pergi sendirian. Aku tidak suka ini."
Xavier mengangguk, kemudian memandang Alisya. "Aku akan membawa Inspektur Lee. Aku tidak akan mengambil risiko, janji."
Alisya masih terlihat khawatir, tapi dia tahu Xavier tidak akan berubah pikiran. "Baik, hati-hati. Aku akan menunggu di sini."
Xavier mencium Alisya dengan lembut, kemudian pergi bersama Inspektur Lee ke lokasi yang disebutkan—sebuah kafe tua di pinggir kota. Saat mereka tiba, seorang wanita dengan topi dan kacamata hitam berdiri dari meja sudut, memandang Xavier dengan mata yang penuh kesedih.
"Xavier," katanya dengan suara yang lembut.
Inspektur Lee langsung waspada, memantau sekeliling kafe. "Siapa kamu? Apa yang kamu ingin?"
Wanita itu melepas kacamata hitamnya, menampakkan wajah yang familiar tapi asing. "Saya adalah Lisa, adik dari ibu Alisya."
Xavier memandang Lisa dengan mata yang penuh kejutan. "Apa yang kamu maksud? Alisya tidak pernah bilang tentangmu."
Lisa memandang Xavier dengan mata yang penuh kesedih. "Karena Alisya tidak tahu. Saya telah mengawasinya sejak lama, Xavier. Ada sesuatu yang penting tentang Alisya yang harus kamu ketahui."
Inspektur Lee mendekati Lisa dengan hati-hati. "Apa itu? Bicarakan sekarang."
Lisa mengambil napas dalam-dalam, suaranya bergetar. "Alisya... dia bukan hanya sepupu kamu. Dia adalah adik kandung kamu."
Xavier merasa seperti dipukul, matanya melebar dengan kejutan. "Apa? Tidak mungkin. Ayah saya—"
Lisa memotongnya dengan lembut. "Ayah kamu memiliki rahasia, Xavier. Ibu Alisya dan ibu kamu adalah saudara kandung. Alisya adalah hasil dari hubungan rahasia ayah kamu dengan ibu Alisya sebelum dia menikah dengan ibu kamu."
Ruangan seolah berhenti berputar, Xavier merasa dunia berputar. Inspektur Lee memegang bahunya, mencoba menenangkannya.
"Xavier, kamu baik-baik?" kata Inspektur Lee dengan suara yang lembut.
Xavier menggelakkan kepala, mencoba memproses informasi itu. "Kenapa... kenapa kamu memberitahu aku ini sekarang?"
Lisa memandang Xavier dengan mata yang penuh penyesalan. "Karena aku tidak ingin kamu dan Alisya terus berjuang tanpa tahu kebenaran. Aku ingin kamu memilih, Xavier. Cinta atau kebenaran?"
Xavier memandang Lisa dengan mata yang penuh emosi, kemudian dia berbalik dan keluar dari kafe, meninggalkan Inspektur Lee dan Lisa di belakang. Dia harus menemui Alisya, harus memberitahu dia tentang ini.
Alisya, yang masih di persembunyian, merasa ada yang tidak beres. Dia memandang ibunya dengan mata yang khawatir. "Ibu, ada apa? Aku merasa aneh."
Ibu Alisya memandang Alisya dengan mata yang penuh kesedih, mencoba menyembunyikan sesuatu. "Tidak apa-apa, Alisya. Xavier akan baik-baik."
Tiba-tiba, Xavier masuk ke dalam ruangan, wajahnya pucat. Alisya langsung berdiri, merasa ada yang salah.
"Xavier, apa yang terjadi?" kata Alisya dengan suara yang bergetar.
Xavier memandang Alisya, mencoba menemukan kata-kata yang tepat. "Alisya... kita harus bicara. Tentang kita. Tentang keluarga kita."
Alisya memegang tangan Xavier, matanya penuh dengan kecemasan. "Apa itu, Xavier? Kamu menakutiku."
Xavier mengambil napas dalam-dalam, kemudian dia berbicara dengan suara yang lembut. "Alisya, kamu... kamu adalah adik kandungku."
Ruangan menjadi sunyi, Alisya memandang Xavier dengan mata yang melebar, tidak percaya. "Tidak... tidak mungkin."
Ibu Alisya berdiri, wajahnya penuh dengan air mata. "Alisya, maaf... aku tidak ingin menyakiti kamu."
Alisya merasa dunia runtuh, dia melepaskan tangan Xavier dan mundur, seperti mencoba menjauh dari kebenaran itu. "Tidak, tidak benar! Kamu berbohong!"
Xavier mencoba mendekati Alisya, tapi Alisya mengangkat tangan, menghentikannya. "Jangan sentuh aku, Xavier. Aku... aku perlu waktu."
Xavier berhenti, merasa sakit yang tak terhingga. "Alisya, aku—"
Alisya berbalik dan berlari keluar dari ruangan, meninggalkan Xavier yang berdiri sendirian, merasa hancur.
Alisya berlari keluar dari persembunyian, air matanya mengalir deras tanpa bisa dihentikan. Dia tidak bisa memproses apa yang baru saja Xavier katakan—bahwa mereka adalah adik kandung. Bagaimana bisa? Semua yang dia rasakan, semua yang mereka bangun bersama, adalah kebohongan?
Hujan mulai turun, membasahi wajah Alisya saat dia berlari tanpa tujuan di jalan yang gelap. Suara gemuruh petir di langit seolah menjadi latar untuk kekacauan di hatinya. Dia tidak tahu harus ke mana, tidak tahu harus bagaimana. Yang dia tahu adalah dia butuh menjauh dari Xavier, dari kebenaran yang menghancurkan.
Xavier, yang berdiri sendirian di dalam persembunyian, merasa seperti dia telah kehilangan bagian dari dirinya. Dia mencoba mengejar Alisya, tapi ibunya dan Inspektur Lee menghentikannya.
"Xavier, tunggu," kata ibunya dengan suara yang lembut, tapi penuh kesedihan. "Biarkan Alisya memiliki waktu. Ini adalah kejutan besar baginya."
Xavier menggulung tinjunya, mencoba menahan amarah dan kesedihan. "Aku tidak bisa membiarkan dia pergi seperti ini, Ibu. Aku harus menjelaskannya."
Inspektur Lee meletakkan tangan di bahu Xavier. "Xavier, kita harus pastikan Alisya aman dulu. Hujan ini tidak baik untuknya, apalagi dengan kondisinya. Biarkan kami mencarinya."
Xavier mengangguk dengan berat, tahu bahwa mereka benar. Dia meminta tim keamanannya untuk melacak Alisya, sementara dia tetap di persembunyian, mencoba menghubungi Alisya yang tidak menjawab panggilannya.
Di jalan, Alisya terus berlari, tidak peduli dengan hujan yang membasahi pakaian dan rambutnya. Dia merasa seperti dia sedang tenggelam, tidak ada yang bisa menolongnya. Tiba-tiba, dia mendengar suara mobil yang berhenti di sebelahnya.
"Alisya, masuk!" kata seorang wanita dengan suara yang lembut, membuka pintu mobil.
Alisya memandang wanita itu, yang ternyata adalah Lisa, adik ibu Alisya. "Bagaimana kamu...?" katanya dengan suara yang bergetar.
Lisa memandang Alisya dengan mata yang penuh kesedih. "Aku tahu kamu pasti akan seperti ini. Aku ingin membantu kamu, Alisya. Aku tidak ingin kamu menyakiti diri sendiri."
Alisya ragu sejenak, tapi rasa sakit dan kebingungan membuatnya masuk ke dalam mobil. Lisa mengantar Alisya ke sebuah apartemen kecil yang tenang, jauh dari hiruk pikuk kota.
Saat mereka duduk di sofa, Lisa memegang tangan Alisya dengan lembut. "Alisya, aku tahu ini berat. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa kamu tidak sendirian. Aku ada di sini untuk kamu."
Alisya memandang Lisa, air matanya masih mengalir. "Kenapa? Kenapa ibu tidak memberitahu aku? Kenapa Xavier..."
Lisa menggelakkan kepala. "Aku tidak tahu, Alisya. Tapi yang pasti, mereka tidak ingin menyakiti kamu. Mereka mungkin salah, tapi cinta mereka untuk kamu tidak pernah berubah."
Alisya menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Dia tahu dia harus berbicara dengan Xavier, tapi rasa sakit itu masih terlalu besar.
Sementara itu, Xavier terus mencari Alisya, meminta bantuan Inspektur Lee dan tim keamanannya. Dia tidak bisa menghilangkan bayangan Alisya yang berlari sendirian di tengah hujan.
Tiba-tiba, ponsel Xavier berbunyi. Dia melihat nomor yang tidak dikenal, tapi ada satu pesan yang membuatnya berhenti bernapas: "Alisya aman. Temui aku di alamat ini. - Lisa."
Xavier memandang ibunya dengan mata yang penuh tekad. "Ibu, aku tahu di mana Alisya. Aku akan pergi menemuinya."
Ibu Xavier memandang anaknya dengan kesedihan. "Xavier, hati-hati. Aku percaya kamu."
Dengan Inspektur Lee yang mengantarnya, Xavier pergi ke alamat yang dikirim Lisa. Saat dia tiba, dia melihat Alisya duduk di sofa, memandang keluar jendela dengan mata yang kosong.
"Alisya," kata Xavier dengan suara yang lembut, mendekati Alisya.
Alisya tidak menoleh, suaranya hampir tidak terdengar. "Bagaimana kamu bisa, Xavier? Bagaimana kamu bisa menyembunyikan ini dari aku?"
Xavier berjongkok di sebelah Alisya, mencoba memegang tangannya, tapi Alisya menariknya. "Alisya, aku sorry. Aku tidak tahu. Aku baru tahu sekarang, sama sepertimu."
Alisya memandang Xavier, air matanya mengalir lagi. "Apa yang kita lakukan, Xavier? Kita saudara kandung..."
Xavier memandang Alisya dengan mata yang penuh kesedihan, tidak tahu apa yang harus dikatakan. Dia tahu cinta mereka tidak bisa diubah, tapi bagaimana mereka bisa melalui ini?
boleh mampir juga baca novel baru akuuu yaa🤭😄