Misi Kepenulisan Noveltoon
Rumput tetangga lebih hijau, itu sudah biasa. Bagaimana kalau tetangga sebelah lebih seksi? Uh ... la ... la ... siapa yang tak tergoda?
Rumah tangga Inggit Katharina dan Fandi Haran terlihat baik-baik saja di luar. Banyak foto-foto romantis mereka di halaman majalah bisnis. Siapa sangka semua itu hanya akting semata?
Inggit yang kesepian mulai tergoda tetangga sebelah rumahnya, Dalvin Haris, pengusaha muda yang seksi dan menggoda. Bagaimana kalau Dalvin juga menyukai Inggit? Apakah hasrat liar mereka akan bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pencarian yang Sia-sia
Inggit dan Indah memang dibesarkan di panti asuhan yang sama. Indah banyak mengajari Inggit tentang kehidupan. Siapa yang menyangka kalau Inggit akan bertemu lagi dengan Indah dalam keadaan yang tak terduga.
"Hi, Git. Loh, kok kamu bersama Dalvin?" tanya Indah.
Inggit dan Dalvin saling berpandangan. Tak ada yang menyangka kalau mereka sama-sama mengenal Indah. Inggit duluan yang mengalihkan pandangan dan kini menatap Indah.
"Mas Dalvin adalah tetangga sebelah rumahku, Kak. Kak Indah kenal Mas Dalvin?" tanya Inggit dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Dalvin ... mantan pacar aku," jawab Indah sambil tersenyum. Indah kini menatap Dalvin yang membuang pandangannya ke arah lain.
"Oh." Hanya kata singkat ini yang berhasil meluncur dari mulut Inggit. "Silahkan duduk, Kak."
Indah pun duduk di depan Dalvin yang seolah enggan untuk berbicara dengannya. "Hi, Vin, apa kabar kamu?" tanya Indah lagi.
"Baik," jawab Dalvin dingin.
"Sudah lama ya kita tidak bertemu. Kalau kalian bertetangga, berarti aku boleh dong mampir ke rumah kamu saat aku main ke rumah Inggit?" Indah tersenyum pada Inggit seakan meminta ijin.
"Boleh, Kak," jawab Inggit dengan polosnya.
"Kok kalian bisa adik kakak sih?" tanya Dalvin. Ia mengacuhkan pertanyaan Indah. "Bukankah kamu anak tunggal?" Dalvin lebih tertarik dengan fakta kalau Indah dan Inggit adik kakak.
Dalvin tak meminta jawaban dari Indah, Dalvin menatap Inggit kembali. "Kok bisa?"
"Aku dan Kak Indah tinggal di panti asuhan yang sama, Kak. Ya ... bisa dibilang kalau kami adik kakak bukan?" jawab Inggit.
"Vin, aku mau bicara serius tentang kita." Indah pun mengatakan tujuannya, tak peduli ada Inggit di antara mereka.
"Tak ada yang harus dibicarakan!" kata Dalvin dengan tegas.
"Vin, please. Aku memang salah karena sudah selingkuh namun aku sadar kalau ternyata aku sangat mencintai kamu. Aku mau kita balikan lagi seperti dulu." Indah menggenggam tangan Dalvin, membuat Inggit sangat terkejut melihat adegan yang terjadi di depannya.
Dalvin tak langsung melepaskan tangan Indah, ini yang membuat Inggit merasa tercubit hatinya. Inggit meragu, apakah Dalvin benar menyukainya ataukah dirinya hanyalah pelampiasan saja?
"Aku tak mau." Dalvin akhirnya menarik tangannya. "Kita sudah berakhir. Sesuatu yang sudah berakhir, tak bisa dimulai lagi," jawab Dalvin dengan dingin.
"Aku sudah putus, Vin. Hanya kamu yang aku cintai, please, Vin. Kita balikan ya," kata Indah mengemis cinta Dalvin.
Inggit sebenarnya sudah tak tahan melihat pemandangan di depannya. Inggit ingin pergi saja. Dalvin seakan menahan diri, menolak tidak, memberi harapan juga tidak. Inggit juga penasaran kenapa Dalvin melakukan hal itu.
"Git, sudah selesai bertemu kolektor seninya?" Secara tiba-tiba Fandi datang dan mengajak Inggit berbicara.
"Mas Fandi?" Inggit terkejut mendapati suaminya sedang berdiri di depannya. "Sejak kapan Mas ada di sini?"
"Sejak tadi. Mas menunggu kamu di parkiran mobil. Ayo, kita pergi!" ajak Fandi.
Bak mendapat pertolongan di saat yang tepat, Inggit pun mengiyakan ajakan Fandi. Inggit tak mau berada di situasi yang canggung seperti ini. Inggit berdiri dan pamit pada Dalvin.
"Mas, aku pulang duluan ya," pamit Inggit.
Sebenarnya Dalvin tak mau melepaskan Inggit namun urusannya dengan Indah belum selesai. "Iya. Hati-hati di jalan. Maaf aku tak bisa mengantarmu."
Inggit kecewa dengan jawaban Dalvin. Semakin yakin saja Inggit kalau Dalvin memang tidak sungguh-sungguh mencintainya. "Ayo, Mas, kita pergi!"
Fandi tersenyum penuh kemenangan. "Sekali playboy akan tetap jadi playboy. Akhirnya terbongkar juga 'kan tanpa susah-susah aku ungkap."
Dalvin menahan amarahnya mendengar perkataan Fandi. Ia menahan diri. Dibiarkannya Fandi membawa Inggit.
Dalvin kini menatap Indah dengan tatapan tajam. "Kamu tahu alasan aku putus denganmu bukan karena kamu selingkuh. Kenapa kamu mengatakan hal seperti itu pada Inggit?"
"Aku tak mau kamu terlalu dekat dengan Inggit, ingat, Inggit itu istri orang. Vin, aku masih mencintaimu. Aku mau kita seperti dulu lagi." Indah kembali memegang tangan Dalvin namun kini Dalvin hempaskan dengan cepat.
"Aku tak pernah mencintaimu. Jangan pernah memanfaatkan Inggit demi obsesimu. Aku peringatkan sekali lagi! Berhenti menggangguku atau aku akan melakukan sesuatu yang tak pernah kamu duga sebelumnya." Dalvin berdiri dan meninggalkan Indah.
Dalvin menatap mobil Fandi yang membawa Inggit pergi. "Maaf, Git. Ada sesuatu yang harus aku cari dan aku tak mau kamu tahu. Terlalu berbahaya untukmu kalau kamu tahu sekarang."
****
Dalvin pergi ke alamat yang diberikan oleh anak buahnya. Sebuah rumah sederhana yang terletak di dalam gang.
"Bos, itu rumah pemilik mobil dengan plat nomor yang disebutkan oleh penculik Angel. Mobil tersebut langsung dijual setelah menabrak Angel namun kami berhasil mendapatkan jejaknya. Tak mudah mendapatkan informasi karena dia selalu menutup diri, sepertinya bukan bos saja yang mencarinya. Ada yang lain juga," lapor anak buah Dalvin.
Dalvin turun dari mobil dan mengetuk pintu rumah. Sudah Dalvin duga kalau ia tak diterima dengan mudah. Penolakan seperti ini sudah sering Dalvin dapatkan karena semua yang berhubungan dengan keluarga Angel seakan menutup mulut karena tak mau terlibat.
"Saya tidak tahu. Saya sudah mengantarnya ke rumah sakit namun ia meninggal. Jangan mencari saya lagi. Tolong biarkan saya hidup tenang. Bukan saya menabraknya dengan sengaja. Anak itu yang berlari tanpa melihat kiri kanan." Wajah penabrak Angel terlihat sangat tertekan padahal Dalvin bertanya baik-baik.
"Kalau memang Angel sudah meninggal, apa Bapak tahu dimana makamnya? Saya ... temannya Angel. Saya benar-benar kehilangan Angel. Tolong, Pak. Hanya Bapak harapan terakhir saya. Susah payah saya menelusuri jejak Angel, semua usaha saya buntu. Jika memang ... Angel sudah meninggal, saya ingin melihat makamnya," pinta Dalvin dengan sungguh-sungguh.
Dalvin sudah pasrah. Jika pencariannya mengalami jalan buntu, ia akan berusaha ikhlas menerimanya.
"Datanglah besok, akan saya antar ke makam Angel!"
****
tapi ini bisa jadi recomended tuk nunggu up nya si seruni😍😍😍
makasih k'mizzly tahan banting dengan komentar2 mak ini🙏🙏🙏
selama 3 tahun ,fandi begitu kan karna dia trauma juga dengan wanita,bukan selingkuh😔.
harusnya inggit eh angel mengerti itu sebagai istri🙏🙏🙏
seandainya fandi berterus terang dr awal mungkin ...
hilang ingatan....
trus ditolong siapa sampe bisa kerja jadi cs di kantor fandi....
untung baca udah the end ,bisa pelan2 baca nya ngga nunggu up😆