Queen memilih memendam perasaannya pada Safir, karena tidak ingin merusak hubungan persahabatan mereka berdua. Queen pikir, selama ini Safir juga memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Perasaan itu semakin bersemi di hati Queen karena sikap Safir yang begitu perhatian terhadap dirinya. Meskipun perhatian tersebut tidak terang-terangan di tunjukkan oleh safir karena sikapnya yang pendiam dan juga dingin. Namun, siapa yang bisa menduga jika setelah mereka lulus kuliah, Safir datang ke rumah untuk melamar. Bukan Queen yang di lamar oleh Safir, tapi Divya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nia masykur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18 Informasi Yang Reina Cari
Melihat begitu yakinnya Safir menjawab segala pertanyaan Reina dan keputusan yang sudah Safir buat sendiri. Reina yakin kalau Safir pasti akan bertanggung jawab atas hidup Divya kelak. Tapi entah kenapa Reina masih menaruh keraguan pada Safir.
"Safir, pernikahan itu bukan ladang mainan untuk bahan percobaan. Banyak pertimbangan yang harus di pikirkan karena melibatkan dua keluarga. Tapi yang terpenting adalah pasangan yang akan mengarungi bahtera rumah tangga itu sendiri."
Reina menghela nafasnya pelan. Semalam, dirinya dan Hendri juga membicarakan soal kejutan yang telah Divya dan Safir berikan karena telah mengurus pernikahan mereka berdua. Kecewa, tentu Reina dan Hendri juga kecewa. Tapi siapa yang menduga, jika Divya sendiri yang mengaku kalau Divya meminta Safir untuk merahasiakan rencana mereka dan memberitahukan semuanya di hari lamaran. Safir yang sudah di landa perasaan cinta, tentu mengikuti saja apa maunya Divya.
"Tante yakin, kejutan kalian berdua membuat Ayah dan Bundanya Safir terkejut kan?" sekarang Reina ingin berpindah mencari informasi terkait kedua orang tua Safir.
Untuk sesaat, Safir terdiam. Mengingat kembali kalau semalam Zantisya memarahi dirinya. Bahkan tadi pagi wajah Zantisya juga terlihat acuh padanya.
"Tentu terkejut, Tante. Tapi Safir sudah menjelaskan semuanya. Maaf, kalau keputusan kami ini membuat Tante dan Om Hendri kecewa," tuturnya tidak enak hati. Siapa yang menduga, niat baik yang tidak ingin menyusahkan banyak orang justru membuat dirinya jadi merasa bersalah sendiri.
"Pernikahan harus di sambut dengan kebahagiaan, jangan melakukan hal baik untuk seumur hidup di saat keluarga sedang tidak baik-baik saja. Safir, doa orang tua itu sangat penting. Tante yakin Safir paham soal ini. Tolong tunda saja rencana kalian berdua jika memang orang tau Safir belum sepenuhnya merestui. Pernikahan itu menyatukan dua keluarga. Dan yang pasti keluarga yang saling menerima dengan ikhlas agar doa kami semua mengalir dalam rumah tangga kalain kelak," padahal baru tadi Reina merasa ikhlas. Tapi mengingat Arjuno dan Zantisya yang sebagai orang tua juga pasti merasakan hal yang seperti ia dan Hendri rasakan.
"Ayah dan Bunda sudah merestui kami, Tante," ucapnya sambil menatap Reina. Sejujurnya, Safir jelas tidak ingin jika rencana yang sudah ia buat dengan Divya sejak tahun-tahunan yang lalu gagal begitu saja.
"Syukurlah jika sudah seperti itu. Karena setelah kamu dan keluarga pulang, Tante juga tidak tahu apa yang terjadi dengan keluargamu, Safir. Tante dan Om sudah memberikan restu untuk Safir dan Divya. Hanya saja Tante tidak ingin jika orang tua Safir masih merasa keberatan dengan hal yang mengejutkan ini."
"Terima kasih karena Tante dan Om Hendri sudah merestui kami."
Rasanya Reina ingin sekali mengajak Arjuno dan Zantisya membicarakan hal ini lagi. Tapi mana mungkin, setelah tanggal pernikahan juga sudah mereka sepakati bersama. Maka saat ini Reina sedang mencari celah untuk mengetahui bagaimana reaksi Arjuno dan Zantisya melalui Safir.
"Oh ya. Bagaimana dengan usahamu?"
"Alhamdulillah, lancar Tante. Kantor dan gudang juga sudah hampir selesai pembangunannya."
"Jika membutuhkan sesuatu, jangan sungkan untuk bicara pada Tante. Tidak ada salahnya juga jika Safir mengajukan kerja sama dengan cafe milik kerluarga kami," tawar Reina. Berharap usaha calon menantunya itu semakin berkembang pesat.
"Terima kasih atas sarannya, Tante. Nanti akan Safir coba untuk memberikan penawaran," ucap Safir tidak enak hati. Mau menolak bagaimana, dirinya juga memang sangat menghindari untuk kerja sama dengan DS Group. Padahal Zen sendiri sudah meminta Safir untuk menghubungi manager cafe yang ada di sana.
"Saat Safir akan pergi kesini, apa Queen juga sudah pulang. Karena tadi Tante berusaha menghubungi Queen, nomornya tidak aktif."
"Queen langsung pulang begitu pekerjaan kami selesai dan mengatakan ingin berheni bekerja bersama Safir, Tante."
Kening Reina mengerut. Ia nampak bingung saat melihat Safir yang berubah sedikit murung. "Jadi Queen sudah mengatakan niatnya itu ke kamu?" tanya Reina seolah ia mengetahui semuanya. Padahal saat ini juga Reina terkejut dengan keputusan Queen.
"Sudah, Tante. Safir juga terkejut karena tadi Queen mengatakan ingin melanjutkan S2 ke Australia. Berangkat setelah kami menikah. Padahal kantor yang kami bangun kurang lebih satu bulan lagi sudah akan selesai. Safir pikir, kami harus meresmikan kantor tersebut bersama-sama. Itu hasil kerja keras kita bersama," Safir menunduk dan tersenyum samar. "Meskipun Safir terkejut dan tidak bisa menerima keputusan Queen yang tiba-tiba. Tapi Safir juga harus menghormati dan mendukung keputusan Queen."
"Harus. Sebagai sahabat yang baik, bukankah kalian harus saling mendukung?" tutur Reina yang seolah mengetahui semua keputusan Queen. 'Apa lagi sekarang?' hati Reina kembali merasa sedih. Baru semalam ia dibuat terkejut dengan keputusan anak sulungnya, yang tidak membicarakan segalanya terlebih dulu. Sekarang Reina di kejutkan dengan kabar Queen yang ingin melanjutkan study ke Australia.
Tok ... tok ... tok ...
demo rumah emak guys