Pertemuan tak di sengaja, menjadi awal buruk untuk kehidupan Dea. Bagaimana tidak? Dea di minta Ibunya mengantar hadiah ulang tahun untuk atasan ayahnya di kira wanita panggilan.
Tanpa di duga pertemuan awal membuat sosok Bryan anak dari atasan Ayah Dea, tertarik padanya.
Namun tidak untuk Dea, wanita tersebut tidak menyukai Bryan. Berusaha melakukan banyak cara agar tidak di pertemukan dengan Bryan, nihil. Mereka kembali di pertemukan semua karena takdir.
Lalu bagaimana kisah selanjutnya? penasaran? yuk langsung saja baca yuk🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulia rysa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18: Tiba
Bab 18: Tiba
🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
🌹✨💞✨🌹
Dea yang mengetahui keberadaan Bryan di tempat tersebut dari penyelidikan mereka bersama, menjadi geram. Dia tidak menyukai pria yang dekat dengan nya masih berurusan dengan kekerasan, bagi nya hal itu sangatlah tidak berguna untuk sekarang maupun kedepannya.
Langkah nya tidak lagi menunggu sahabatnya di belakang. Dia kesal mengetahui kebohongan Bryan berani-beraninya membohongi nya di saat dia bertanya.
"De, tenang. Aku tau saat ini kau sangat marah karena Bryan sudah tidak jujur, tapi biar bagaimana pun dia melakukan itu agar kau tidak cemas, dia tidak mau kau penasaran maka dari itu dia berbohong," ucap Evi menenangkan Dea, wajah pria tersebut terlihat kesal.
"Aku mengerti dan sangat berterimakasih pada niat baiknya, tapi aku tidak menginginkan itu. Aku ingin Bryan jujur dalam hal apapun. Berbohong itu rasanya seperti dia tidak mempercayai ku sepenuhnya dan aku merasa sakit dari sakit yang mungkin pernah ku rasakan," ujar Dea menjelaskan semua.
Dia masih tidak terima. Mereka yang kini sedang dalam perjalanan menuju lokasi yang di tujukan. Api membara di otak siap meledak.
Evi dan Julia memperhatikan perubahan pada sahabatnya itu bingung. Mereka pusing harus mengatakan apa untuk menenangkan Dea yang terlanjur di kuasai amarah.
Di satu sisi ingin rasanya mereka menghentikan Dea ke lokasi keberadaan Dea. Tapi jika itu dilakukan Dea pasti marah besar dan tetap pada pendiriannya.
Suasana mobil bisa merasakan aura kemarahan Dea yang memuncak. Dingin nya ace mobil selama berkendara mendadak tidak terasa.
Dingin berubah panas. Api yang pernah di rasakan mungkin kalah dari panasnya amarah seorang wanita.
Tangan di genggam erat. Dea memijit kening pusing.
"De--"
"Bisakah lebih cepat lagi? aku tidak mau semua menjadi besar" cemas Dea takut. Pikiran nya sudah tidak terarah semua sudah berbelok.
Mungkin Bryan sudah di ambang tindakan yang berlebihan saat ini, hingga membuat nya tidak tenang, terus kepikiran mengenai nya.
"Iya ini juga sudah cepat De. Tapi kita juga harus hati-hati ini jalanan, bukan hanya kita yang ingin cepat tiba di tempat tujuan, tapi semua pengendara yang yang berlalu lalang, mereka pun sama ingin cepat tiba," nasehat Julia bijak melihat sahabat nya tidak bisa sabaran.
Dea terdiam tak berkata lagi, entah karena menyadari dia terlalu berlebihan atau apa. Perempuan tersebut tak lagi mendesak, wajahnya langsung di buang ke arah samping. Melihat luar jendela mobil, motor mobil melewati samping kendaraan nya.
Tak ada perdebatan, semua kembali hening. Julia mengendarai mobil sejak tadi hanya mendengar suara kedua sahabatnya saling adu mulut mendengar saja. Tapi makin di dengar semua perkataan salah satu sahabat nya malah makin menjadi. Dan itu tidak bisa di biarkan, hingga dia angkat bicara.
Diam tanpa bersuara. Mobil terus melaju, hingga tanpa terasa mereka telah tiba di lokasi yang di tuju.
.
.
.
"Kekuatan mu masih sama seperti dulu. Tidak ada peningkatan sama sekali. Apa semua karena wanita mu?" ejek pria tersebut mengatai Bryan.
"Bukan urusan kau. Dan jangan pernah kau bawah namanya atau menganggu nya. Atau kau akan ku buat menyesal dan tidak bisa melihat dunia lagi," tegas Bryan marah tidak suka nama wanita tercinta nya di bawah.
"Hahahhaha... sepertinya seorang Bryan ketua geng motor sangat mencintai seorang wanita. Apa kau benar-benar atau hanya mempermainkan nya? setau ku kau orang yang suka gonta-ganti mainan seperti pakaian. Apa wanita itu memiliki sesuatu yang istimewa?"
Bruk...
Satu tinjuan mendarat di wajah pria tersebut.
Dia geram dan tidak kuasa menahan tangan nya untuk tidak meninju. Perkataan pria tersebut sudah berada di luar batas.
Ujung bibirnya mengeluarkan darah. Dan itu belum terasa puas untuk Bryan. Dia ingin menghancurkan seluruh organ tubuh pria tersebut biar tak ada sepatah kata keluar dari mulut nya.
"Jangan kau mengatakan apapun lagi mengenainya atau hari ini akan menjadi hari terakhir kau melihat dunia!"
"Cih.... kau pikir saya takut sama ancaman mu? tidak. Saya tidak takut," tantang Nya tidak takut malah tersenyum mengejek.
"Seperti nya kau memang sudah tak menginginkan kehidupan. Baiklah kalau seperti itu akan langsung ku kirim kau ke alam sesungguhnya."
"Lakukan saja jika kau bisa. Hahaha... "
Pria tersebut begitu pandai berbicara. Berusaha memancing emosi Bryan.
"Tentu, akan saya lakukan," senyum misterius Bryan. Dan itu berhasil membuat nya bergidik ngeri.
***
"Dea tunggu, jangan buru-buru. Kau bisa terjatuh nanti," teriak Julia khawatir melihat sahabat satunya itu buru-buru.
"Maaf," satu kata terucap dari Dea. Langkah tetap cepat tidak di ubah.
"Astagfirullah, nih anak kalau di bilang gak pernah ikut. Semua yang berkaitan dengan Bryan pasti membuat nya tak pernah berpikir panjang," ucap Evi bingung geleng-geleng kepala.
"Sudah tidak usah banyak bicara, kita kejar Dea. Kau tau seperti apa wanita diam tidak banyak marah, sekali marah akan meledak mengalahkan amarah parah wanita yang biasa marah-marah," kata Julia mengingatkan Evi agar berhenti protes.
"Ya kau benar, ayo."
Evi dan Julia segera menyusul Dea. Mereka masuk ke sebuah gedung besar dan terlihat buruk, seperti tidak pernah di gunakan. Tanpa rasa takut, masuk. Halaman luas tapi sayang tidak ada penjaga. Hingga mereka bebas masuk.
Langkah kaki nya bergerak tanpa henti, masuk mencari apa yang di cari. Dan terhenti melihat sosok yang di cari bersama teman-teman lainnya melakukan sesuatu yang tidak di suka.
Kekecewaan terlihat di wajah melihat semua secara jelas di depan mata. Mulut entah kenapa terasa berat mengatakan sepatah kata.
Pandangan lekat tertuju ke depan.
Beberapa orang melihat kedatangan nya terhenti tidak melanjutkan lagi. Mereka ikut mengarahkan pandangan pada sosok yang di tatap Dea.
Menelan kasar saliva. Mereka tau apa yang akan terjadi.
"Bagaimana ini? bagaimana Dea bisa tau keberadaan kita? habislah kita semua," bisik Jery takut.
"Terutama Bryan," seru Egin, karena mereka mengetahui seberapa cinta Bryan pada Dea.
"Apa perlu kita hentikan Bryan?" tanya Fredo.
"Bukan perlu lagi, tapi memang itu harus," timpal Safri.
Namun Dea menyadari cepat kelakuan keempat sahabat Bryan, langsung melempar tatapan tajam, menghentikan niat mereka.
Glek!
Glek!
Glek!
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
bget