NovelToon NovelToon
Gadis Incaran Tiga CEO Kembar

Gadis Incaran Tiga CEO Kembar

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa Fantasi / Nikah Kontrak / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Harem
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Fitria callista

Gricelin Noah Fallon ingin merayakan ulang tahun Calon Tunangannya Harley Gunawan dihotel, tak disangka Harley yang ditunggu tidak datang dan malah tiga pria lain yang masuk ke dalam kamar hotel yang dia pesan.

Dia yang sudah diberikan obat perangsang oleh ibu kandungnya tidak bisa menolak sentuhan pada kembar dan sangat hebat diatas ranjang.
Tak disangka, semua hal yang terjadi malam itu adalah konspirasi ibu kandungannya Marina Fallon, yang ingin menghancurkan hidupnya dan membuat Harley berpaling pada anak tirinya Diandra Atmaja.
Semua itu, ibunya lakukan untuk mendapatkan cinta dari suami dan anak tirinya.
Tapi takdir berkata lain, Gricelin yang hamil anak ketiga kembar itu malah dicintai secara ugal-ugalan, bahkan ketiga kembar itu membantunya balas dendam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitria callista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 35

"Rivan, kamu jahat!" Ucap Dila dengan amarah yang memuncak.

Setelah mendapatkan penolakan dari Rivan sebelumnya, Dila merasa sakit hati.

Bahkan sakit hatinya bertambah, saat melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Rivan tidak melakukan apapun setelah mengetahui jika kakaknya sekarat akibat pukulan dari Dylan.

Harusnya Rivan memarahi Rava, karena telah melakukan hal yang mengancam nyawa Deris kakaknya.

Mengingat hal buruk yang menimpa Deris terjadi karena kesalahan Rivan.

"Dila ... " ucap Rivan, dia menyadari kalau sekarang ini dia-lah yang salah.

"Kenapa kamu tega? Kenapa kamu diam saja saat orang melakukan hal buruk pada kakakku?" teriak Dila disela-sela tangisannya.

Hal itu membuat Dila menjadi pusat perhatian.

"Dila, kamu itu nggak bisa hanya melihat dari sisi korban. Kamu juga harusnya melihat alasan kenapa kakakku melakukan hal itu!"

Ucapan Rivan barusan membuat Dila semakin emosi, bahkan tubuhnya bergetar saat mendengar Rivan mengatakan hal itu.

Mengingat sekarang ini kakaknya sedang berjuang dimeja operasi.

Dila tahu, Rivan mengetahui jantung kakaknya belum pulih.

Bukanya peduli dengannya dan kakaknya, dia malah disuruh mengerti tentang alasan kenapa Rava memukul kakaknya hingga sekarat.

Sejak kapan kita harus peduli tentang alasan seorang penjahat melakukan kejahatan.

Rivan yang akhirnya sadar, kalau dirinya salah bicara.

Akhirnya memilih untuk menarik Dila ke dalam pelukannya.

Ia sendiri malah dibuat bingung, bagaimana caranya menenangkan gadis itu.

Akhirnya Rivan memilih untuk memeluk Dila, dan membawanya menjauh dari ruang operasi.

Karena teriakan Dila mengangguk pasien lain yang dioperasi di ruangan itu.

Dila meronta, ingin melepaskan dirinya dari Rivan. "Lepaskan Rivan! Lepaskan!"

"Kita sekarang berada di rumah sakit, tepatnya didepan ruang operasi. Kita sedang tidak diarena balap. Tolong jaga sikapmu."

Ucapan Rivan langsung membuat Dila tersadar, dia sebelumnya yang sangat emosi jadi melupakan posisinya.

Akhirnya dia tidak meronta lagi, dan Rivan membawanya masuk ke dalam mobil.

Takutnya, Dila yang belum tenang malah kembali berteriak dan membuat kegaduhan di rumah sakit.

"Kamu mau bawa aku kemana? Aku nggak bisa ninggalin kakakku sendirian diruang operasi!"

Rivan diam tidak menjawab pertanyaan Dila, tapi setelah keduanya masuk ke dalam mobil.

Rivan baru menjawab, "Aku hanya membawamu kesini!" Ucapannya terdengar sangat datar.

Dila melongo.

Rivan menatapnya dengan lekat, Dila juga membalas tatapannya.

Jantung Dila seperti berhenti berdetak seketika, saat melihat ke arah Rivan.

Setelah penolakan waktu itu, Rivan yang biasanya selalu ada saat dia membutuhkannya langsung berubah.

Rivan berubah menjauh dan menghindar.

Dila baru merasa kehilangan, dan akhirnya dia menyadari kalau selama ini benih cinta untuk Rivan juga perlahan muncul.

Setelah Rivan menjauh, barulah dia merasa kehilangan.

Suasana nampak canggung dan juga hening.

"Kenapa malah diam saja?" Celetuk Rivan.

Dila yang bingung bertanya, "Kok kamu bicara seperti itu?"

"Tadi di ruang operasi kamau marah-marah! Maksudku aku membawamu kesini agar kamu marahnya disini saja!" Jawab Rivan tanpa melihat ke arah Dila, karena tatapannya beralih ke ponsel yang ada ditangannya.

Dia mendapatkan pesan dari Rava yang menjelaskan kepadanya tentang peristiwa yang barusan terjadi.

Rivan sedikit terkejut, belum pernah kakaknya mengirimkan teks sebanyak ini hanya untuk menjelaskan sesuatu hal.

Ia bisa menebaknya, kakaknya melakukan semua ini karena tidak ingin dirinya maupun Regan berpikiran buruk terhadap Gricelin.

Akhirnya Rivan semakin yakin, kalau cinta kakaknya itu benar-benar dahsyat untuk Gricelin.

Sementara Dila yang di abaikan, amarahnya berubah menjadi sakit hati.

Dia menarik gagang pintu untuk diam-diam kelauar dari mobil.

Tapi sayang, mobil terkunci rapat dan suaranya membuat Rivan menoleh. "Apakah kamu sudah tenang?"

Sementara Dila yang mendapatkan pertanyaan dari Rivan malah kembali menangis.

"Kamu nggak peduli dengan ku dan juga kakakku?!" teriak Dila.

Rivan dengan tenang menjelaskan, "Dila, Deris ingin melecehkan Gricelin, calon istri kakakku. Bahkan sekarang ini Gricelin sedang hamil anak Rava."

Mendengar penjelasan Rivan, Dila terkejut.

Bahkan ekspresi wajahnya langsung berubah drastis. "Nggak ... Nggak mungkin kalau Kak Deris ingin melecehkan seseorang!"

Dila mencoba menyangkal, mengingat selama ini kakaknya tidak pernah dekat dengan satu wanita pun selain dirinya dan ibunya.

Rivan menunjukkan video salinan rekaman cctv diponselnya.

Bahkan ada video saat Deris menyuruh Gricelin memakai baju pelayan sexy dan meminta Gricelin untuk masuk ke dalam kamarnya.

Didalam bebarapa cuplikan video, Deris sering kali meremas pinggang Gricelin.

Dila sangat terkejut, melihat betapa menjijikkannya tingkah laku kakaknya.

Dia juga melihat, bahwa Gricelin beberapa kali terlihat tidak nyaman atas tingkah laku kakaknya.

Rivan yang melihat ekspresi wajah Dila berubah tidak enak, lantas berkata, "gimana, kakakku nggak salah-kan? Dari awal aku memang ingin menjelaskannya padamu ... "

Dila malah memotong ucapannya Rivan, "Bisa wanita itu merayu kakakku awalnya? Kakakku selama ini nggak pernah dekat dengan lawan jenis."

"Terus kenapa bisa wanita itu tinggal dirumah kakakku?"

Rivan menunjukkan ponselnya, disana ada video di club yang menunjukkan Deris menggoda para pelayan wanita, bahkan memesan wanita panggilan untuk masuk kedalam dalam bilik kamar.

Disana bukan hanya ada Deris, tapi ada Rivan juga.

"Kamu nggak perlu kaget, ini adalah isi dunia malam kami." ujarnya santai.

Sementara kedua bola mata Dila masih membelalak sempurna, lalu tatapannya beralih ke arah Rivan penuh tanda tanya.

"Ya, kakak mu tidak berbohong kalau sedang membicarakan bisnis dengan para kolega bisnis. Selain mencari hiburan diclub, kami semua juga membicarakan bisnis disana," jawab Rivan jujur seakan menjawab pertanyaan Dila barusan.

Dila terdiam untuk berpikir. Selang satu jam berlalu.

"Maafkan aku kak Rivan, karena aku telah menuduhmu yang tidak-tidak," kata Dila tulus.

Rivan tidak menjawab, dai mengelus- elus pucuk kepala Dila.

Dila merasa hangat, ia langsung menoleh.

"Kak Rivan, maaf jika dulu aku menolakmu. Aku sadar kalau aku mencintaimu, bisakah kita berpacaran?"

Tanpa basa-basi, Dila langsung mengatakan apa yang menjadi maksud dan juga tujuannya.

*****

Malam ini dikediaman Rava terlihat tenang, terutama hati Rava yang sebelumnya merasa terancam saat Gricelin menghilang.

Sekarang dia merasa hatinya damai.

Gricelin tidur disampingnya, kepala gadis itu berada di lengannya  dalam posisi saling membekap satu sama lain.

Tiba-tiba ekspresi Rava menggelap, saat ingatannya memutarkan saat Deris menyentuh tubuh Gricelin.

Gricelin yang seperti menyadari perubahan Rava. "Sayang, maafkan aku."

Rava hanya membalas dengan deheman.

"Apakah kamu marah?" tanya Gricelin dengan wajah menahan takut, mengingat ekspresi Rava setelah kejadian itu sangat berbeda dari biasanya.

Rava menjawab dengan singkat, "sedikit."

Gricelin awalnya marah dan terisak, tapi setelah mendengarkan penjelasan Rava.

Dia tidak marah lagi, tapi ekspresi Rava sangat aneh.

"Aku minta maaf, aku nggak tahu kenapa bisa satu pesawat dengan dengan Deris?"

Rava memejamkan mata sebentar, kembali mengingat Gricelin disentuh Deris.

Rasa kesal, marah dan jijik memenuhi dirinya.

"Ayo lebih baik kamu mandi lagi, biar aku mandikan."

Gricelin yang tahu, Rava adalah orang yang suka menjaga kebersihannya.

Akhirnya dia tidak ada pilihan lain, selain menyetujuinya.

Walaupun sekarang ini dia merasa badannya tidak enak. Dan dia sudah mandi 10 kali.

Gricelin memilih untuk menurut.

Rava menggosok tubuhnya beberapa kali.

Bahkan Rava juga menciumi tubuh dan wajahnya penuh cinta, tapi dengan tiba- tiba Rava juga menggigit tubuh dan bibir penuh amarah.

Sampai darah ada yang menetes karena terkoyak gigi Rava.

Gricelin mengatupkan bibirnya.

Rava sendiri tidak sadar melakukan hal itu, mengingat darah psikopat sedikit mengalir ditubuhnya.

1
Nur Adam
lnjut
Nur Adam
l njut
Nur Adam
lnjut tlong thoor jgn terlalu byk komplik..gracelin jg berhak bhgia
Isolde
Author jago banget bikin cerita gini, 😍terharu
Fitria Callista: Terimakasih banyak untuk komennya kak, bikin semangat.
total 1 replies
SGhostter
Suka banget sama karakter di cerita ini, tambah banyak lagi ya thor!
Fitria Callista: terima kasih banyak kak sudah mau komen, jadi semangat mau nulis.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!