Kamu punya pengalaman unik bersama pasangan yang dingin? Katanya, bisa mengakibatkan pilek setiap hari, loh.
Duh, kalau hidung yang pilek boleh lah minum obat, tapi, kalau hati yang terus merasa terabaikan bagaimana?
Yuk, simak kisah Jedar (Jeje dan Darren) dalam menjalani kisah cintanya yang begitu menggemaskan.
Jika suka jangan lupa untuk like dan komen di setiap bab, saranghaeyo 💙
Jangan lupa untuk rate Bintang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mala Cyphierily BHae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencoba Berdamai Dengan Hati
Darren yang berjalan cepat ke ruang tengah itu sudah tak melihat Jeje, tetapi, pria berkaos polos putih itu melihat kotak perhiasan yang tidak asing.
Dan Darren membukanya. "Kenapa kamu kembalikan ini, Je?" tanya Darren dalam hati dan Darren yang terdiam itu segera keluar dan ia tak menemukan Jeje.
Jeje yang merasa pusing itu memilih untuk pulang dan Jeje mengirim pesan pada Nafiska kalau dirinya sakit dan Nafiska memberikannya ijin.
"Kamu, Je. Baru aja mau dapat kartu kuning karena keseringan ijin, eh malah sakit," kata Nafiska seraya mengirim pesan pada Viona.
Viona yang sedang mengantar Sam sampai ke depan pintu itu tak segera mengambil ponselnya yang bergetar.
Setelah Sam pergi, Vio segera mengambil ponsel itu dan Vio mengatakan supaya Jeje untuk beristirahat dulu.
****
Di rumah Jeje, ia baru saja turun dari ojek onlinenya dan Jeje melihat Rossi sedang berbelanja sayur di gerobak keliling.
Lalu, tiba-tiba saja Rossi sudah berdiri di belakangnya dan itu membuat Jeje terkejut.
"Astaga, ngapain kamu?" tanya Jeje.
"Ayo kita berteman, aku tidak akan merebut Darren darimu," kata Rossi seraya mengulurkan tangannya dan Jeje hanya menatap tangan itu.
"Kamu bisa bicara seperti ini karena kamu tau siapa yang ada di hatinya, bukan?" tanya Jeje yang masih menatap tangan itu.
"Ayolah, aku tidak sejahat itu. Aku akan berdamai dengan hati," kata Rossi seraya mengambil paksa tangan Jeje.
Dan Rossi dapat merasakan kalau tangan gadis itu tengah hangat dan Jeje segera kembali menarik tangannya.
****
Selesai dengan mandi dan sarapan, Darren ingin menemui Jeje di toko Viona dan sesampainya di sana, Darren tak menemukannya.
"Jeje mana, Mbak?" tanya Darren pada Nafiska.
Nafiska yang sedang berdiri di balik meja kasir itu menjawab kalau Jeje sedang sakit dan Darren segera pergi dari toko.
Darren pergi ke rumah Jeje dan sesampainya di sana, Darren dapat melihat kegiatan Rossi yang berada di lapangan sebelah, ia sedang membuat video untuk dibagikan ke sosial medianya.
Untuk sesaat, Darren dan Rossi saling menatap dan Darren yang teringat dengan tujuannya datang itu mengabaikannya.
"Assalamu'alaikum, Je," seru Darren yang mengetuk pintu dan Jeje yang sedang beristirahat itu enggan untuk bangun.
"Mau ngapain kamu, Mas?" tanya Jeje pada dirinya sendiri dan Jeje yang tak ingin bertemu Darren itu mengiriminya pesan, "Aku ingin istirahat, tidak ingin bertemu dulu."
Dan Darren yang membaca pesan itu menanggapi dengan emoticon love.
Niatnya untuk menghibur Jeje, tetapi, dengan mendapatkan emoticon seperti itu hanya menambah luka Jeje.
"Maumu apa, Mas?" tanya Jeje dan kemudian Jeje memilih untuk memejamkan mata.
"Aku merasa terbang bersamamu dan setelah itu kamu jatuhkan aku sejatuh-jatuhnya di dasar laut," kata Jeje dalam hati.
****
Di kantor, Darren sudah ditunggu oleh Justin dan Darren menanyakan tujuannya, "Ada apa, apakah kamu tidak ada pekerjaan?"
"Hanya ingin bertemu denganmu, sahabatku yang sepertinya sedang main hati," jawab Justin dan Justin menjawab tanpa melihatnya, ia memainkan kunci mobil yang ada di tangannya.
"Astaga, kenapa kamu jadi menyebalkan dan siapa yang bermain hati?" tanya Darren seraya duduk di kursinya.
"Siapa lagi itu kamu, Darren. Hati Jeje yang sedang kamu permainkan," kata Justin seraya menatap Darren.
Dan Darren menatapnya, ia mengira kalau Justin memiliki hati pada Jeje.
"Kamu suka dia?" tanya Darren.
"Aku kasihan, kalau kamu tidak sepenuh hati lebih baik lepaskan," kata Justin dan Darren yang seolah disudutkan itu mengingatkan bagaimana dirinya.
"Bagaimana dengan teman wanita mu itu, lebih baik urus saja urusanmu sendiri."
Justin sedikit tertawa.
"Jelas aku dan dia tidak ada hubungan apapun, kami hanya teman minum," jawab Justin dan setelah menyampaikan apa yang menganggu pikirannya itu, Justin memilih untuk pergi.
"Ingat, jangan main hati!" pesan Justin dan Darren hanya menatap kepergiannya.
****
Rossi yang ingin ke salon Sarah itu melihat Jeje sedang berdiri di tepi jalan, Rossi pun menghampiri, "Mau kemana?" tanya Rossi dan Jeje masih diam.
"Biar ku antar," kata Rossi lagi dan Jeje pun melihat jam ditangannya dan Jeje yang tak mau terlambat itu menerima tumpangan tersebut.
"Sekalian aku ingin tau, apa yang akan dia katakan kali ini," batin Jeje dan karena niatnya itu tulus, Rossi pun tak mengatakan apapun tentang Darren.
Keduanya saling diam dan Jeje mengatakan alamat kampusnya.
"Benarkah? Aku juga dulu kuliah di sana, bersama Darren dan yang lain," kata Rossi dengan bersemangat.
Dan Jeje yang mendengar nama Darren itu memilih diam, lebih banyak mendengarkan selagi Rossi tidak berbicara yang menyakiti hatinya.
Dan sesampainya di kampus, Rossi seolah mengalami flashback, di mana dirinya selalu bersama Darren, ia pun menarik nafas dan Jeje keluar dari mobil Rossi tanpa mengucapkan apapun.
Rossi pun mengangguk. "Mungkin dia merasa bersaing dengan ku," ucap Rossi.
****
Di kantor, Darren tengah duduk dengan terus menatap kotak perhiasannya dan ia ingin segera menemui pemiliknya.
Lalu, Darren mencoba menghubunginya dan Jeje sama sekali tidak mau menerima panggilan tersebut.
"Astaga, kenapa dia bersikap dingin?" tanya Darren pada dirinya sendiri dan Darren yang merasa terganggu dengan pikirannya yang selalu tertuju pada Jeje itu bangun dari duduk.
****
Selesai dengan kuliah, Jeje memilih untuk pulang, ia harus istirahat karena kepalanya masih sedikit pusing dan sekarang, Jeje bersama Arum sudah berdiri di halte, menunggu angkutan umum.
Lalu, Arum melihat sebuah mini bus yang terlihat hilang kendali sedang kearahnya dan Arum pun berteriak.
"Aaaaaa!"
Karena teriakan Arum, semua orang yang ada di sana segera melihat dan mulai berusaha menyelamatkan diri dari serudukan mini bus tersebut.
Beruntung semua orang yang ada di halte itu berhasil menyelamatkan dirinya, tetapi, pengemudi itu yang seorang ibu-ibu harus mengalami luka parah dan darah mengalir dari kepalanya.
Melihat itu, Jeje pun segera jatuh pingsan dan seseorang membantu Arum untuk menolong Jeje.
****
Di rumah Jeje, Darren sudah menunggu dan karena sudah terlalu lama menunggu Darren pun mencoba menghubunginya dan Jeje tak juga menjawab.
Pak Somat yang baru kembali dari bekerja itu memperhatikan Darren yang terlihat gelisah.
Lalu, Pak Somat yang tengah duduk di kursi teras itu bertanya, "Ada apa, apa kalian bertengkar?"
"Tidak," jawab Darren.
Pak Somat pun menganggukkan kepalanya dan pria berambut cepak itu berpesan pada Darren untuk tidak menyakiti putrinya.
"Kamu tau, dia itu kurang kasih sayang, Ibunya meninggal karena kecelakaan saat mencoba menyelamatkannya dan itu juga yang membuatnya takut darah," kata Pak Somat seraya menatap ke depan.
Terlihat raut sedih dari sorot matanya.
Dan Darren mengerti kesedihan dari seorang Pak Somat.
Darren pun menunduk, bersambung..
Dukung authornya, ya. Dengan like dan komen, jangan lupa difavoritkan juga, ya.
Yang baik hati boleh kasih bintang lima dan vote/giftnya. Terima kasih yang sudah mendukung.
Mohon maaf untuk typonya. 🙏
Ilihhh aki" menganggu aja .. orang yg mau merasakan gejolak yg selama setahun lebih ngk dirasakan....
sabar. derren tuh Jeje udah kasih kode bt nanti malamm pasti di servis dg Baik dahh😂😂😂😂
lahhh udah tamat .... blm puas sihh episode derren Jeje tp ... ok lahhh..semangat berkarya Othorrrr....❤️❤️❤️❤️