Seorang pria tampan yang tidak sengaja bertemu dengan wanita cantik namun jutek , pertemuan pertama mereka membuat si pria sangat penasaran ,sampai pada akhirnya mereka jadi sering bertemu karna sesuatu,kira kira apa yah alasan mereka sering bertemu,dan apa yang terjadi diantara mereka?
yuk ikuti ceritanya ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqueena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11, ternyata aku mencintainya
Wilona tersenyum, menggenggam tangan Kelvin yang melingkar di pinggangnya, lalu memiringkan kepala, membiarkan dagu Kelvin bersandar di bahunya. Mereka berdua menikmati hembusan angin pagi dari balkon, membiarkan suasana damai itu membungkus mereka dalam kehangatan yang sederhana
Beberapa saat kemudian, Kelvin perlahan melepaskan pelukannya dan memindahkan tangannya ke pinggang Wilona.
"Aku mandi dulu ya, sayang. Kalau kamu masih mau nikmatin pemandangannya, di sini aja dulu," ucapnya lembut.
Wilona menoleh dan menatap Kelvin sambil tersenyum kecil.
"Iya, aku masih pengen di sini... kamu mandi aja dulu."
Kelvin pun masuk ke kamar mandi, sementara Wilona masih berdiri memandangi laut. Beberapa menit berselang, Wilona memutuskan untuk masuk kembali ke kamar, berniat kembali ke kamarnya sendiri.
Namun, tepat saat ia masuk, Kelvin keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk putih melilit pinggangnya. Rambutnya masih basah, dan tetesan air masih menuruni tubuh kekarnya.
Dadanya yang bidang dan penampilannya yang mendadak itu membuat Wilona kaget, spontan membalikkan badan dan membelakangi Kelvin.
Kelvin tertawa melihat reaksi Wilona yang kikuk. Ia berjalan ke arah kasur dan membuka tasnya sambil memperbaiki lilitan handuk di pinggangnya.
"Kenapa sayang? Kamu mau ke mana?" tanya Kelvin, masih dengan nada menggoda.
Wilona menutup matanya dengan kedua tangan, suaranya terdengar malu-malu.
"Kamu kok cepet banget mandinya, aku pikir kamu masih di kamar mandi. Aku mau balik ke kamar, eh kamu tiba-tiba keluar kayak gitu".
Kelvin tertawa kecil sambil mengambil botol shampo dari dalam tasnya.
"Aku cuma mau ambil shampo... kirain kamu udah keluar dari tadi."
Wilona cepat-cepat membalikkan badan, menunduk, lalu berlari keluar dari kamar sambil menutup wajahnya, sementara Kelvin hanya bisa tertawa geli melihat tingkah gemas pacarnya itu.
Jam menunjukkan pukul 09.00.
Kelvin sudah merapikan semua barang bawaannya, begitu juga dengan Wilona.
Ia keluar dari kamar dan berjalan menuju kamar Wilona. Namun belum sempat mengetuk, pintu sudah lebih dulu terbuka. Wilona berdiri di sana, mengenakan pakaian yang sama seperti kemarin, rambutnya dibiarkan tergerai, dan wajahnya terlihat segar.
Kelvin tersenyum begitu melihat Wilona yang tiba-tiba membuka pintu kamarnya.
"Baru juga mau aku ketuk, kamu udah buka duluan," ucapnya sambil mengusap belakang lehernya pelan.
Wilona menyampirkan tali tas ke bahunya, lalu menutup pintu kamar di belakangnya.
"Oh ya? Ya udah, yuk berangkat."
Kelvin menggenggam tangan Wilona dan mereka pun berjalan beriringan menuju lift.
Di dalam lift, Kelvin melirik ke arah Wilona diam-diam memperhatikan dari ujung kepala hingga kaki. Ia baru sadar, kekasihnya itu masih mengenakan pakaian yang sama seperti kemarin.
Ia menahan senyum kecil, dan dalam hati sudah menyusun rencana untuk membawa Wilona ke mall terdekat sebelum mereka benar-benar pulang.
Sesampainya di lobi, Kelvin terlebih dulu menyelesaikan urusan administrasi dan mengembalikan kunci kamar ke resepsionis. Wilona hanya berdiri di sampingnya, tak curiga sedikit pun.
Tanpa memberi tahu apa-apa, Kelvin menggandeng tangan Wilona lagi dan mengajaknya berjalan keluar hotel, diam-diam menyusun kejutan kecil dalam kepalanya.
Keluar dari hotel yang terletak di tepi pantai, Kelvin langsung melajukan mobilnya. Wilona duduk di sampingnya, menikmati perjalanan sambil sesekali melihat ke luar jendela.
Namun, raut wajahnya berubah heran ketika mobil mulai berbelok ke arah sebuah mall yang tak jauh dari area pantai.
"Lho? Kok kita ke sini? Ada yang mau kamu beli?" tanya Wilona sambil menatap ke arah mall.
Kelvin meliriknya sambil tersenyum,
"Iya, sayang... Tapi bantu aku pilih ya."
Wilona masih bertanya-tanya dalam hati, tapi memilih diam dan menunggu. Sesampainya di parkiran, Kelvin turun lebih dulu, lalu dengan sigap membukakan pintu untuk Wilona. Seperti biasa, sikap perhatian itu membuat Wilona tersenyum kecil.
Mereka berjalan memasuki mall, dan tak lama Kelvin menggandeng tangan Wilona menuju sebuah butik pakaian wanita. Tanpa banyak basa-basi, Kelvin membawanya masuk ke dalam.
Ia menoleh dan memandang Wilona serius tapi lembut,
"Sayang, sekarang kamu pilih baju yang menurut kamu paling bagus. Enggak usah lihat harganya. Kalau kamu suka, cobain. Aku pengen lihat kamu pakai baju pilihan kamu sendiri."
Wilona menghela napas pelan.
"Tapi... aku enggak minta dibeliin, Vin. Aku enggak mau nyusahin kamu."
Kelvin tersenyum sambil meraih tas dari tangan Wilona, lalu menatapnya dengan tatapan hangat.
"Kamu memang enggak minta. Tapi ini kemauanku. Aku yang pengen beliin buat kamu. Jadi, please ... pilih aja yang kamu suka. Enggak usah mikirin harga, aku yang tanggung semuanya."
Wilona terdiam sejenak, lalu akhirnya mengangguk pelan. Ia pun mulai menelusuri deretan dress yang terpajang, memilih beberapa yang menarik perhatian, dan membawanya masuk ke ruang ganti.
Kelvin menunggu di luar dengan sabar, sambil tak sabar membayangkan bagaimana cantiknya Wilona dengan dress pilihannya sendiri.
Looks pertama : Dress maroon, berkerah, dengan kancing, dilengkapi belt hitam di pinggangnya
Tak lama kemudian, Wilona keluar dari ruang ganti dengan dress pertama yang ia pilih. Ia berdiri di depan Kelvin yang tengah duduk menunggu sambil memainkan ponselnya.
"Menurut kamu, yang ini gimana?" tanya Wilona dengan sedikit ragu, kedua tangannya menggenggam ujung dress sambil melirik ke cermin di samping.
Kelvin langsung menoleh begitu mendengar suara Wilona. Seketika senyumnya mengembang melihat penampilan kekasihnya.
"Bagus banget, sayang… cocok banget sama kamu." ucapnya sambil menatap dari ujung kaki hingga kepala Wilona.
Namun setelah beberapa detik, Kelvin tersenyum geli dan menambahkan,
"Tapi… kayaknya dress-nya terlalu pendek. Aku khawatir nanti kamu kedinginan."
Wilona mendengus pelan, lalu tertawa kecil sambil menggeleng. Ia pun berbalik dan kembali masuk ke ruang ganti untuk mencoba dress berikutnya.
...****************...
Looks kedua : Dress navy selutut, berbahan bludru, dan bagian belakang dress nya lumayan terbuka, dilengkapi pita besar berwarna putih di belakang nya
Tak lama kemudian, Wilona kembali keluar dari ruang ganti dengan dress kedua.
"Kalau yang ini gimana?" tanyanya sambil berdiri memutar sedikit agar Kelvin bisa melihat dari berbagai sisi.
Kelvin menoleh, matanya menatap Wilona dari ujung kaki hingga kepala sambil mengusap dagunya.
"Hmm… boleh juga, sayang. Panjangnya pas, modelnya juga manis. Oke, kita pilih yang itu, ya," katanya sambil tersenyum puas.
Namun saat Wilona berbalik untuk masuk kembali ke ruang ganti, Kelvin spontan berdiri. Matanya langsung menangkap detail bagian belakang dress yang terbuka, memperlihatkan punggung Wilona yang terekspos.
"Ehh… tunggu dulu!" serunya sambil melangkah cepat ke arah Wilona.
Ia berhenti tepat di belakang Wilona, lalu membungkuk sedikit dan berbisik di telinganya.
"Sayang… kamu sadar nggak, bagian belakangnya kebuka banget. Kayaknya kurang cocok, deh. Ganti yang lain, ya?"
Wilona tersentak pelan dan langsung menutup bagian belakang tubuhnya dengan tangan. Dengan wajah sedikit memerah, ia mengangguk dan buru-buru masuk kembali ke ruang ganti.
Kelvin kembali ke kursinya, tersenyum geli sambil menunggu.
Beberapa menit kemudian, Wilona keluar dengan dress ketiga.
Looks ketiga : Dress berwarna biru muda pastel, lengan pendek dengan potongan puff, terbuat dari kain transparan bermotif halus, memberikan sentuhan manis dan elegan.
Wilona keluar dari kamar ganti untuk ketiga kalinya. Namun, sebelum ia sempat bertanya, mata Kelvin sudah lebih dulu menatapnya penuh kekaguman. Dengan langkah ringan, Kelvin menghampirinya dan memperhatikan setiap detail dari dress biru muda pastel yang dipakai Wilona.
Tatapannya tak lepas dari Wilona, seolah-olah tak ingin melewatkan sedikit pun pesonanya saat itu. Ia tersenyum puas, lalu mengangguk kecil.
"Perfect..." Hanya satu kata yang keluar dari mulut Kelvin, namun cukup untuk membuat hati Wilona meleleh.
Wilona tersenyum malu-malu, bahagia melihat ekspresi kekasihnya yang tampak terpukau.
Tanpa perlu diskusi panjang, mereka sepakat membeli dress tersebut. Mereka menuju kasir, dan Kelvin mengeluarkan kartu ATM platinum berwarna hitam dari dompetnya. Dengan tenang, ia menyelesaikan pembayaran.
Setelah keluar dari toko pakaian, mereka berjalan menyusuri lorong mall. Baru beberapa langkah, mata Kelvin menangkap sebuah toko sepatu yang menarik perhatiannya. Tanpa berkata-kata, ia langsung menggandeng Wilona masuk ke toko tersebut.
Wilona hanya bisa menggelengkan kepala, setengah heran, setengah gemas.
"Kamu niat banget, sih..." gumamnya pelan, namun ada senyum di bibirnya.
Begitu masuk, Kelvin menyuruh Wilona duduk di sofa kecil yang disediakan untuk pelanggan.
Tak lama, dua karyawan toko mendekat sambil membungkukkan badan sopan.
"Selamat pagi, Pak. Ada yang bisa kami bantu?" tanya salah satu dari mereka.
Kelvin menoleh ke arah mereka dan menjawab tenang,
"Saya ingin lihat beberapa flat shoes terbaik di sini... dan juga beberapa heels."
"Baik, Pak. Mohon tunggu sebentar."
Tak butuh waktu lama, dua karyawan tersebut kembali. Satu membawa tray berisi berbagai model flat shoes, dan satu lagi membawa tray dengan pilihan heels elegan. Mereka menyusunnya rapi di depan Wilona, siap untuk dicoba.
...----------------...