Area ehem ehem! Yang bocil harap Skip!!!
Bagi Candra, sang Casanova, tidak ada perempuan yang bisa dia ajak serius untuk menjalin suatu hubungan setelah merasa hidupnya hancur karena perceraian sang ayah dan ibunya.
Perempuan bagi Candra adalah miniatur, pajangan sekalian mainan yang hanya untuk dinikmati sampai tetes terakhir.
Namun, kehadiran Lila, seorang gadis yang kini menjadi adik tirinya, membuat dia harus memikirkan ulang tentang cinta. Cinta dan benci hadir bersamaan dalam indahnya jalinan kasih terlarang.
Lalu bagaimana jika larangan itu tetap dilanggar dan sudah melampaui batas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Magang, Bro!!!!
"Lila!"
Swing swing.
Kalila mengibaskan rambut panjang yang bergelombangnya, menoleh mencari sumber suara su dekat. Kepalanya celingukan karena ia tak menemukan si pemilik suara.
Kalila jadi bergidik, dengar-dengar dari beberapa mahasiswa abadi yang gak pake lulus, konon katanya kampus tempat dia berkuliah memang banyak penunggunya.
"Duar!"
Seorang perempuan berbadan bongsor mengagetkan Kalila yang sedang berusaha mencari suara yang ia kira adalah berasal dari penghuni kampus.
Kalila mengelus dadanya sendiri. Ia paling kesal dikejutkan begini. Tapi begitu melihat si tukang kejut, membuat Kalila akhirnya menebar tawa. Ia memukul lengan serupa sasak tinju milik gadis berperawakan over isi yang tadi mengejutkannya itu dengan gemas.
"Sekali lagi kamu kejutin aku kayak gitu, aku jodohin kamu sama Pak Broto!" Begitu ancaman Lila kepada Jessy, temannya yang blasteran Eropa Indonesia yang tubuhnya sudah kelewat mont0k karena sudah kebanyakan makan daging. Makanya badan Jessy jadi bongsor begitu, tapi Jessy mengklaim dirinya bukan kelebihan lemak. Melainkan sudah ditakdirkan menjadi makhluk Tuhan paling seksi dengan tubuh padat berisi. Walaupun dokter ahli gizi sudah menyarankan ia diet agar tubuhnya tidak kelewatan melebar seperti sekarang.
"Yeee jahat amat sih, Lila, masa gue yang seksi begini ini di jodohin sama Pak Broto yang enggak pakai kawin!" gerutu Jessy.
"Makanya, jangan suka kejutin orang. Aku tuh suka gitu, kagetan! Nanti aku sumpahin kamu baru tahu rasa, sumpah aku itu biasanya dikabulin Tuhan loh!" balas Lila tidak mau kalah.
"Iya deh maaf ya, Lila yang cantik. By the way, lo udah liat belum kebagian di perusahaan mana lo bakalan magang?" tanya Jessy antusias.
"Belum. Nih baru mau lihat papan pengumuman."
"Nggak usah nggak usah. Tadi gue udah liat dan kita tuh sama. Kita bakalan magang di perusahaan besar dan tebak perusahaan siapa!"
Lila tak mau menebak-nebak. Ia tak suka menerka-nerka. Makanya Lila juga tidak suka permainan teka teki silang.
"Kita bakalan magang di perusahaan Kumara grup! Gila! Bonafit banget perusahaan itu! Itu loh perusahaan yang cabangnya udah ada di mana-mana bahkan di luar negeri dan juga terkenal sama anak pemilik perusahaan yang gantengnya kebangetan!"
Jessy sudah berbunga-bunga sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada mengatakan itu kepada Lila sedangkan Lila berusaha mencerna apa informasi yang disampaikan oleh teman baiknya itu barusan.
Kumara group? Lila bertanya dalam hati.
Rasanya ia tak asing mendengar nama itu. Apa itu sebuah slogan di iklan TV atau sebuah produk minuman dan makanan ciki-ciki yang ia suka dari dulu? Salah! Mata Lila terbelalak. Sangking besarnya ia membulatkan mata, Jessy seolah bisa mencongkelnya dengan begitu mudah.
"Apa sih, Lila?! Kayak lagi lihat setan tahu nggak!" tegur Jessy sebal.
"Kamu bilang Kumara grup?" tanya Lila meyakinkan dan Jessy mengangguk cepat.
"Sumpah! Itu perusahaan udah gue incer dari lama! Kalau seandainya gue bisa jadi pegawai di sana suatu saat nanti, gue janji gue bakalan diet dan gue bakalan mati-matian ngebentuk badan gue kayak Britney Spears!"
Masih dengan tatapan berbinar-binar, Jessy yang gembul itu mengguncang-guncang bahu Lila yang mungil.
"Beneran kita bakalan magang di situ?!" tanya Lila lagi tak percaya.
" Iya! Lo pasti seneng kan? Lo tahu kan itu perusahaan gede banget dan juga kita beruntung tau nggak sih! Ada beberapa teman kita juga yang bakalan magang di situ. Jadi ntar kita berenam nih dan lo tahu nggak, sama anak pemilik perusahaan itu? Aduh, gue bakalan bahagia banget kalau bisa lihat itu cowok setiap hari!"
Kalila menggeleng. Tentu saja ia sangat tahu Kumara yang dimaksud oleh Jessy sahabatnya itu tak lain Kumaragrup milik papa Mahesa Kumara dan yang sekarang aktif di perusahaan itu adalah anaknya, kakak tirinya yang sangat menyebalkan, lelaki berambut gondrong yang bernama Candra Kumara.
Menggeleng lagi Kalila, ia harus segera pergi ke ruangan dosen. Ia ingin mengganti tempat magangnya. Ia tidak ingin satu perusahaan dengan kakak tirinya yang menyebalkan itu.
"Gak bisa! Aku nggak mau magang di sana!" sentak Lila dengan langkah cepat membuat Jessy kesusahan mengimbangin langkah cepat Lila dengan membawa tubuhnya yang kelewat mont0k itu.
"Kenapa??? Udah, di situ aja. Lagian lo nggak bakalan bisa merubah keputusan dosen, Lila sayang!" sergah Jessy dengan gemasnya ia mencubit pipi Lila.
"Pokoknya nggak bisa! Aku nggak mau satu perusahaan sama lelaki brengsek itu!"
Jessy mengerutkan kening, kenapa makhluk Tuhan paling tamvan di mata semua makhluk lain malah terlihat menjengkelkan di mata Lila? Sudah rabun jauh kah sahabatnya itu?
Langkah Lila tergesa-gesa menuju ruang dosen. Namun, seperti yang sudah diduga oleh Jessy bahwa ia tidak akan bisa merubah keputusan yang sudah diambil oleh dosen.
Kalila menarik nafas panjang. Entah apa yang akan ia kerjakan di sana nanti sementara ia sangat menghindari kakak tirinya yang sudah kurang ajar kepadanya kemarin itu.
Memang, tidak banyak yang tahu bahwa Mahesa Kumara, sang pemilik perusahaan besar itu sudah menikah dengan mama Lila. Karena memang acara itu tidak diliput media dan tertutup juga sederhana atas permintaan mama Lila.
Dan tentu saja, tidak ada yang tahu pula bahwa Kalila dan Candra Kumara kini sudah menjadi saudara tiri.
Saat ia kembali ke rumah, ia menemukan mama Belina dan papa Mahesa sedang duduk di ruang tengah. Tampak tertawa mereka, Kalila yang melihat kebahagiaan itu hanya tersenyum dari belakang. Namun, papa Mahesa menyadari kedatangannya, ia segera menyapa anak tirinya dengan ramah.
"Kalila, kamu sudah pulang?"
"Iya, Pa. Lila baru pulang. Aku pulang terlambat tadi soalnya masih nungguin pengumuman karena besok kita mulai magang."
"Wah, kalau tidak salah dugaan Papa, ada beberapa mahasiswa-mahasiswi yang juga akan magang di perusahaan Papa."
"Lila juga, Pa, dapatnya di perusahaan Papa."
"Bagus dong, nanti Papa akan bicara sama Candra supaya dia mengajari kamu banyak hal di sana, bila perlu, Papa akan meletakkan meja kamu di dalam ruangan Candra."
Mendengar usul menyesatkan itu, spontan saja Lila segera menggeleng keras dan mendekat ke arah kedua orang tuanya.
"Nggak usah, Pa. Biarin aja meja Lila di luar, biar nanti kak Candra bisa fokus kerjanya!" sergah Lila cepat dengan begitu berapi-api yang tentu saja sebagai upaya melindungi dirinya kelak.
Tapi papa dan mama hanya tersenyum melihat Lila. Mereka malah salah kira dan menangkapnya sebagai suatu hal yang yang positif yaitu Lila semangat sekali akan magang di perusahaan bersama Candra besok.
"Gak papa, kamu tenang aja. Pokoknya, Papa pastikan kamu akan betah berada di perusahaan. Kamu kan juga sekarang adalah anak Papa. Kamu harus belajar juga mengelola perusahaan bersama Candra."
Oh Tuhan! Demi Sweety yang sudah empat hari tidak BAB, Kalila sekarang menjadi panas dingin. Ia benar-benar takut dengan kakak tirinya yang dipandang para mahasiswi itu sebagai lelaki tampan dan berkharisma sedangkan di matanya adalah pria brengsek dan juga menyebalkan tiada tara.
Sementara itu di perusahaan, Candra saat ini sedang melihat sebuah kertas yang berisi list nama-nama para mahasiswa dan mahasiswi magang yang akan ada di perusahaannya besok.
Matanya pun membulat melihat satu nama yang ia sudah tahu itu siapa. Kalila Jenar jovanka.
"Ya ampun! Itu anak di mana-mana ada dan sekarang dia bakalan magang di kantor gue!"
Candra menggebrak meja dengan kesal. Tapi kemudian sorot mata liciknya mulai mengambil alih.
"Gue kerjain lo mulai besok!" Ia tertawa sambil mengisap rokoknya dan akhirnya membuat dia terbatuk-batuk kena azab.