NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Wanita Bayaran

Terjerat Cinta Wanita Bayaran

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.2k
Nilai: 5
Nama Author: Evita Lin 168

Hanya demi uang, Celline rela menjual dirinya pada seorang CEO perusahaan besar yang bernama James Chandra. James hanya menginginkan seorang anak. Dia rela membayar seorang wanita untuk melahirkan seorang anak sebagai penerus untuknya.
Jika Celline dapat melahirkan seorang anak untuk James, maka Celline akan mendapatkan uang sebesar 1 milyar Rupiah dari James. Dan Celline bisa keluar dari rumah pamannya.
Semenjak orangtua Celline meninggal dunia akibat kecelakaan, Celline harus tinggal bersama dengan keluarga om-nya yang tidak pernah memperlakukan dirinya secara manusiawi. Mereka selalu saja menyiksa Celline baik secara fisik maupun psikis. Kalau Celline tidak mau menurut apa yang mereka katakan dan inginkan.
Bagaimakah kisah Celline bisa bertemu dengan James? Dan bagaimanakah cara Celline bisa keluar dari rumah om-nya itu? Apakah Celline bisa merubah sikap dingin James pria itu? Ikuti perjalanan hidup Celline yang penuh dengan lika-liku kehidupan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evita Lin 168, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Pria yang kini berwajah sendu itu pun melanjutkan kata-katanya. Sambil memejamkan matanya sebentar, seolah sedang mencari kata yang pas untuk menggambarkan bagaimana perasaannya saat ini.

Baru kali ini Celline melihat suaminya itu hampir menangis. Mungkin dia akan bahagia kalau yang jadi alasan James bersedih adalah dirinya.

Sayangnya, bertubi-tubi Celline harus menelan pil pahit. James bukan miliknya. Hati dan jiwa James sepenuhnya hanya milik Melan.

Kini hatinya yang semula sempat mengembang itu pun kembali menciut, karena mendengar ucapan James itu.

“Kalau kondisi Melan berangsur membaik, dokter akan melakukan operasi. Dan kemungkinan besar rahim Melan akan diangkat untuk menghalangi tumor dan kanker yang menyebar ke bagian organ lain.”

Meski terlihat tenang, namun dari suara yang terdengar berat, saat mengetahui bahwa rahim Melan akan diangkat dari tubuhnya, kesempatan untuk mempunyai anak sudah pupus sekarang.

Mungkin ini adalah salah satu alasan Melan tidak mau menikah dengan James. Melan tidak mau melihat James sedih seperti ini.

Mendengar semua keluh kesah James malam ini, membuat Celline bertambah sesak. Antara cemburu, namun juga merasa iba melihat Melan yang sama-sama perempuan.

“Saya hanya ingin melihatnya tersenyum bahagia, seperti awal pertama kami bertemu.”

James terlihat lain pada malam ini. Pria yang biasanya tegas dan selalu menjaga wibawanya itu, tapi malam ini memilih mengeluarkan keluh kesahnya yang dia simpan selama ini pada Celline. Mungkin James butuh tempat untuk bisa saling bicara dari hati ke hati.

Malam itu terasa sangat panjang dan melelahkan bagi Celline. Perasaan tak menentu, baik perasaan Celline maupun perasaan James pada Celline.

Lelah badan dan jiwa. Celline memilih mencoba memejamkan matanya, setelah selesai bicara dengan James.

“Tidur di sini.”

Celline langsung membuka matanya yang memang hanya terpejam, tapi dia belum tidur.

“Tidak. Celline di sini saja.” Tolak Celline.

“Saya tidak mau mendengar kata penolakan dari kamu.”

Dengan pandangan tidak suka, Celline merambat dari ujung sofa ke ujung lainnya. Ke tempat dimana James berada. Awalnya Celline sangat ragu-ragu untuk tidur di pangkuan pria itu. Akan tetapi, James langsung menariknya, sehingga membuat Celline jadi tidak bisa berkutik.

“Tidurlah. Kamu pasti sangat lelah.”

“Bagaimana aku bisa tidur, kalau posisi seperti ini?” Kata Celline dalam hati. Jantungnya sudah berdebar-debar tak menentu.

James sendiri tidak peduli. Dia malah mengusap kepala Celline yang kini berada dalam pangkuannya itu. Namun, James tidak akan tahu, kalau sekali usap bagai sengatan listrik di tubuh gadis itu.

*****

Malam yang gelap kini sudah berganti matahari bersinar dengan cerah. Sampai cahayanya masuk lewat sela jendela kamar ruang rawat Melan. Sepertinya hari ini cuaca akan cerah sampai siang hari. Terlihat dari langit yang bersih tanpa awan.

Celline masih tertidur di atas sofa, sedangkan James, pria itu sudah bangun sejak pagi buta tadi. Kini pria itu duduk di samping ranjang Melan, dengan kain basah di tangannya. Rupanya, James sedang membasuh tubuh Melan.

Tubuh yang lemah itu masih belum siuman juga. Sejak tadi, James sangat telaten mengusap kening Melan yang dipenuhi bulir keringat.

Saat dokter datang untuk mengecek kondisi Melan, James beranjak keluar. Setelah selesai diperiksa, pria itu pun menghampiri sang dokter.

“Mengapa dia belum siuman juga, dok?”

“Kita tunggu saja, Tuan James.”

“Tunggu sampai kapan, dok? Dari semalam mengapa dia masih belum sadar juga?” Protes James.

Dokter dengan balutan jas putih dan sebuah alat yang melingkar di lehernya itu pun menepuk pundak James. Seolah dia ingin supaya keluarga pasien itu lebih tabah dan kuat lagi.

Tidak mendapat jawaban yang memuaskan, James mendekati Melan. Dia mengelus pipi yang sudah tirus itu.

“Bangun, Melan. Aku sangat sedih melihatmu seperti ini. Aku akan selalu menunggu sampai kamu sehat.”

James tidak tahu, kalau Celline yang ada di dalam ruangan itu juga mendengar ucapannya itu. Celline mendengar ucapan James, seolah menikah dengannya tidak ada artinya kalau Melan jadi seperti sekarang.

Hati Celline pun menciut. Berkali-kali dia mengingatkan dirinya sendiri. Kehadirannya dalam kehidupan James hanya sebagai alat saja, yang mana bila tujuan sudah tercapai dan alat itu sudah menghasilkan, maka setelah itu dia akan dibuang, karena sudah tidak dibutuhkan lagi.

Tugas Celline hanya satu, yaitu melahirkan anak untuk James. Bisa-bisanya hatinya malah tumbuh benih-benih cinta untuk pria itu. Tidak mampu memendam rasa kecewanya, Celline hanya menangis dalam diam.

Celline menggigit bibirnya dengan erat, supaya suara tangisannya tidak sampai didengar oleh James. Pria dingin itu sangat benci melihat dirinya menangis.

Akan tetapi, saat Celline mendengar ucapan James barusan, mau tak mau bulir bening itu memaksa menyeberang di kedua pipinya.

Barulah saat mendengar suara derap langkah James mengarah ke arahnya, Celline berusaha menelan kembali pil pahit nasib asmaranya yang rumit itu.

Celline mengatur napas yang semula memburu karena sesak menahan tangisan diam-diam. Begitu tangan James menyelimuti kain di atas tubuhnya, Celline lantas berbalik. Dia tidak mau James melihat matanya berair.

Tanpa rasa curiga, James memutar badannya kembali. Dilihatnya secara bergantian, dua wanita yang sama-sama terlelap. Yang satu benar-benar tidur panjang, seangkan yang satunya lagi hanya berpura-pura tertidur karena hatinya sedang terluka.

*****

Dua jam kemudian……

“Celline….. Celline…..!” James membangunkan gadis yang ternyata sudah tidur benaran.

Gara-gara pura-pura tidur, Celline malah ketiduran.

Dipegangnya pundak Celline dengan lembut. “Ayo, kamu sarapan dulu. Nanti kamu sakit.”

Namun, Celline yang sudah terlanjur kecewa, dia hanya menampakkan senyuman palsu pada suaminya itu. Rupanya Celline masih terluka mendengar ucapan James tadi pagi, saat dia tidur.

“Saya tidak tahu kamu suka atau tidak, ini saya belikan untuk kamu. Ada bubur ayam, nasi uduk dan nasi kuning. Kamu pilih saja, mana yang kamu suka.”

“Celline belum lapar, tuan.” Gadis itu langsung menyibak kain yang semula menyelimuti sebagian tubuhnya itu. Kemudian dia melipat kain itu dan meletakkannya di sebelahnya.

“Saya tidak mau kamu sakit juga.” Tegas James sambil menaruh makanan itu di atas pangkuan Celline.

Celline tidak mau membantah lagi, karena sorot mata James sudah mulai menajam. Akhirnya, Celline ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.

Saat kembali dari kamar mandi, Celline sempat melirik ke arah ranjang. Dilihatnya selang mengelilingi Melan. Belum lagi monitor yang ada di sebelah wanita itu.

Celline pun berjalan ke arah James, dimana pria itu duduk dengan makanan yang sudah dibelinya tadi.

“Makanlah.” James menyodorkan semangkuk bubur ayam ke arah Celline.

Tanpa menatap Celline langsung mengambil mangkuk itu dan memakannya tanpa bersuara. Seolah dia memakan bubur itu tanpa dikunyah terlebih dulu.

“Mengapa wajahnya ditekuk begitu?”

“Uhuk….. Uhuk…..” Celline langsung terbatuk.

Gadis itu meraih segelas air yang sudah ada di atas meja.

“Makannya pelan-pelan.” Kata James sambil makan.

Setelah selesai sarapan, Celline membereskan semua sisa makanan, kemudian memberanikan diri untuk berpamitan pada James.

Celline mau pulang saja. Melihat kedua pasangan itu, hatinya jadi teriris. Meski dia tidak patut merasa sakit, namun kenyataannya hatinya tak mampu dia bendung. Daripada berlama-lama di sana buat dia sakit hati sendiri, lebih baik dia sendirian di rumah saja.

“Tuan, saya mau pamit pulang.”

“Iya, tunggu sebentar. Saya antar kamu pulang.”

“Tidak usah, tuan. Saya mau naik taksi saja.”

“Saya bilang tunggu sebentar!”

Mendengar ucapan James itu, Celline langsung terdiam. Suaminya itu memang suka sekali marah-marah. Walaupun menjauh dari sana, James mencoba menghubungi seseorang untuk menjaga Melan.

Bersambung…….

1
ovi eliani
james manusia dan suami yg paling bodoh , meninggalkan istri syah yg jelas mengandung anak darah daging sendiri, klo aku celine kesempatan kamu tinggalkan james dan keluarganya jauh 2biar tahu rasa , sekarang giliran mereka mencari mu terus biar mereka merada bersalah terutama ibunya james, pergi jauh2 celine klonperlu ke luar negeri. buat mereka menyesali apa yv mereka buat. semangat tbor
Rohana Omar
tergantung lg
Rohana Omar
bodoh amat x tau 2 2 nya cemburu.....1 isteri dan 1 lg mantan kekasih .....ko utamakan perasaan mantan kekasih ko sedang isteri ko biarkan.....
luvita luvita
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!