NovelToon NovelToon
Wajah Tersembunyi

Wajah Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Identitas Tersembunyi / Pengganti / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Mafia
Popularitas:73
Nilai: 5
Nama Author: Pertiwi1208

Dara, seorang detektif yang menangani kasus pembunuhan berantai harus menelan kenyataan pahit. Pasalnya semua bukti dan saksi mengarah padanya. Padahal Dara tidak kenal sama sekali dengan korban maupun pelaku, begitu juga dengan anggota keluarga dan saksi-saksi yang lain.


Dalam keadaan yang terpojok dan tanpa bantuan dari siapapun, Dara harus berusaha membuktikan bahwa dirinya tidak terlibat dalam aksi pembunuhan keji tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pertiwi1208, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Kring....

Ponsel Dara berdering saat dia sedang sendirian di dalam ruangannya, sementara seluruh timnya sudah pulang lebih dulu, karena memang jam pulang kantor sudah berlalu sejak tadi. 

Dara hanya melirik layar ponselnya, tertera nama Amelia di sana, yaitu kakaknya. Dara pun menarik nafas dalam, karena dia tahu tujuan kakaknya menelponnya malam itu. Namun ternyata, ponselnya tidak kunjung berhenti berdering. Sehingga, mau tidak mau, Dara pun dengan terpaksa harus menerima panggilan dari kakaknya tersebut. "Iya Kak, ada apa? Maaf aku tadi dari kamar mandi," dusta Dara dengan suara malas.

"Jangan lupa, malam ini ada acara makan malam bersama dengan orang tua kita," ucap Amelia tanpa basa-basi. Sebenarnya Dara juga tidak lupa dengan acara tersebut, meskipun kakaknya tidak menelepon dan mengingatkannya, tapi dia malah sengaja lembur.

"Apa Kakak bisa menggantikan aku? Kakak tahu kan berita yang berseliweran saat ini, telah terjadi pembunuhan misterius terhadap gadis berusia 20 tahun. Jadi aku sedang sangat sibuk sekali mengerjakan kasus itu," ucap Dara panjang lebar dengan sedikit ragu.

"Lalu? Apa kamu tidak ingin menghadiri makan malam dengan Ayah dan Ibu?"

"Apa kamu pikir, hanya aku anak orang tua kita?" ucap Amelia dengan nada datar. Dara pun membolakan matanya ke atas dengan malas, sembari menghembuskan nafas dengan kasar.

"Kenapa kamu mendengus?" tanya Amelia. Dara membelalakkan mata dengan terkejut, dia tidak menyangka bahwa nafasnya terdengar oleh Amelia yang ada di seberang telepon.

"Datanglah, Kakak akan menunggumu di sana."

Tut.

Panggilan telepon terputus sepihak, tanpa menunggu respon dari Dara lagi.

Braak.

Dengan perasaan yang sangat kesal, Dara menggebrak meja. "Makan tinggal makan saja, kenapa juga harus mengajakku!" gerutu Dara.

Huft.

Dara segera mematikan laptop dan mengumpulkan seluruh berkas penyelidikan, kemudian dia menyimpannya di dalam brankas pribadi. Setelah brankas tertutup, otomatis pintunya akan terkunci, karena menggunakan sandi.

Sebelum benar-benar pergi, Dara memastikan bahwa semua berkas sudah aman. Dara pun akhirnya mengambil jaket dan segera pulang ke rumah orang tuanya untuk makan malam bersama.

***

Saat sampai di halaman rumah, Dara melihat mobil kakaknya sudah terparkir di halaman, sepertinya Amelia datang lebih dulu agar Dara tidak merasa canggung. Dara juga memang sengaja mengemudi dengan sangat pelan sekali, sembari membuang waktu. Agar tidak berlama-lama di rumah orang tuanya dan makan malam juga segera usai.

Dara masih tetap datang ke rumah tersebut meskipun dengan sangat terpaksa. Perlahan dia melangkah masuk ke rumah orang tuanya, terdengar dengan jelas di pendengaran Dara, suara orang tua dan kakaknya yang sedang bercengkrama. Seperti biasa, kedua orang tuanya selalu memuji kehebatan kakaknya, yang menjadi seorang pebisnis terkenal. Memiliki perusahaan yang sangat besar dan juga beberapa cabang. Karyawan yang dimilikinya juga sangat banyak.

Untuk beberapa saat, Dara hanya diam berdiri dibalik tembok ruang makan, sembari mendengarkan banyak pujian yang dilayangkan untuk kakaknya tersebut. Dara hanya bisa menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan perlahan untuk mencoba menguasai emosi.

Dengan enggan, Dara mencoba melangkah masuk ke ruang makan. "Dara, kamu sudah sampai?" tanya Amelia dengan antusias, dia juga segera mempersilahkan Dara untuk duduk. Berbeda dengan Ayah dan ibunya, mereka hanya diam saja sembari terus memakan makanan mereka. Bahkan mereka semua sudah mulai makan malam, tanpa menunggu dirinya.

Dara tersenyum dengan segan, lalu segera duduk di sebelah ayahnya. "Apa kamu membuat ulah lagi?" tanya Ibu Hana. Beliau adalah ibunya Dara dan Amelia. Ibu Hana bertanya tanpa basa-basi terlebih dahulu, padahal Dara baru saja bergabung di meja makan.

"Tidak," jawab Dara dengan singkat, dia bahkan sudah bisa menebak apa saja yang akan mereka bicarakan malam itu.

"Berhentilah membuat masalah dan membuat kami semua khawatir," ucap Ibu Hana. Dara hanya mengangguk tipis, sembari mulai mengambil nasi dan lauk pauk ke piringnya.

"Lihatlah kakakmu, dia sebentar lagi akan meluncurkan produk baru. Hebat kan dia," ucap Ayah Roy dengan bangga, tanpa ada rasa sungkan sedikit pun. Lagi-lagi, Dara hanya mengangguk saja, tanpa banyak berbicara.

"Apa kamu tidak ingin berhenti menjadi detektif? Kamu bisa membuka perusahaan seperti kakakmu. Lihatlah, dia sangat sukses," ucap Ibu Hana.

"Atau... kamu juga bisa bekerja di perusahaan cabang milik kakakmu dahulu," sahut Ayah Roy.

"Benar, dengan begitu... " 

"Tidak perlu Ayah, Ibu," sahut Dara dengan sedikit ragu. Belum sampai selesai Ibu Hana berbicara, Dara segera memotong ucapan beliau. Sehingga membuat Ibu Hana hanya bisa memicingkan matanya dengan enggan.

Dara pun segera mulai makan, meskipun sebenarnya dia sangat enggan. Terdengar jelas sekali di hadapannya, bahwa saat ini Ayah dan ibunya sedang melontarkan banyak pujian kepada kakaknya, seakan Dara tidak terlihat di sana. Amelia pun nampak juga sangat menikmati pujian-pujian tersebut. Namun itu semua sebenarnya juga sudah bisa ditebak olehnya, karena memang sedari dulu, orang tuanya lebih menyayangi kakaknya.

"Aku tahu bahwa aku hanya anak adopsi, tapi apa harus kalian melakukan ini setiap kita bertemu? Sebenarnya untuk apa kalian mengundangku makan malam? Apa hanya untuk memamerkan kesuksesan anak kalian? Tidak perlu pamer, mataku pun juga tidak buta, aku juga tahu bahwa Kakak lebih sukses dariku." Dara terus menggerutu dalam hati di antara pujian-pujian yang terus terdengar dengan jelas untuk kakaknya tersebut.

***

Setelah selesai makan malam, Amelia dan Dara segera pulang. Karena mereka berdua memang tinggal terpisah dari orang tua mereka. Mereka berdua tinggal di sebuah apartemen yang sama, untuk bisa lebih dekat menuju tempat kerja mereka. 

"Makan malam yang sungguh membuatku mual!" ucap Dara sembari tetap fokus mengemudi.

Huft.

"Seharusnya tadi aku muntahkan saja di sana semuanya," gerutu Dara yang sudah benar-benar sangat lelah dengan perlakuan yang berbeda dari orang tuanya itu.

***

Sesampainya di apartemen.

"Apa semua berjalan dengan lancar?" tanya Amelia, saat baru saja Dara masuk ke apartemen. Amelia rupanya tiba lebih dulu.

"Tidak," jawab Dara.

"Kenapa?" tanya Amelia yang nampak perhatian.

"Banyak kejanggalan yang belum terpecahkan, tapi aku belum bisa menceritakan detail apapun pada Kakak, karena ini masih menjadi rahasia," jelas Dara.

"Sering-seringlah pulang ke rumah dan menjalin komunikasi dengan orang tua kita, agar kamu tidak merasa kaku seperti tadi," ucap Amelia yang juga tidak memikirkan perasaan Dara sama sekali.

"Iya," jawab Dara singkat. Amelia pun segera masuk ke dalam kamar.

Dara mengerutkan kening sembari melihat pintu kamar kakaknya. "Apa tadi dia menungguku hanya untuk mengatakan itu?" gerutu Dara yang juga segera masuk ke dalam kamarnya. 

Dara sebenarnya  juga tidak bisa mengeluh dengan sikap kakaknya tersebut yang nampak kaku. Karena dia sadar, bahwa dia dari dulu memang anak pembuat onar.

***

Keesokan harinya.

"Bagaimana? Apa ada perkembangan?" tanya Pak Tedi, selaku ketua di timnya Dara. Dara dan Dani segera menggeleng tipis.

"Bagaimana dengan hasil pengecekan CCTV jalan?" tanya Pak Tedi.

"Memang benar dia berjalan di jalan tersebut pada malam itu, tapi semua rekaman menunjukkan sebelum jam kejadian, tidak ada orang mencurigakan juga yang melintas di sekitar Ana malam itu," jelas Dani.

"Kami juga bertemu seorang kurir yang memasang kamera di helmnya, yang juga melintasi jalan tersebut di malam kejadian," sahut Dara.

"Lalu?" tanya Pak Tedi dengan antusias.

"Sayang sekali, pada saat malam itu. Kurir tidak tahu kalau ternyata memori kameranya penuh. Hingga akhirnya, sepanjang malam itu dia tidak merekam apapun," jawab Dara.

"Kami juga sudah memeriksanya sendiri, bahwa memang tidak ada file apapun saat malam itu," sahut Dani.

"Tapi kami menemukan satu petunjuk,” ucap Dara. Semua orang segera mendengarkan Dara dengan seksama.

"Pengendara motor mengatakan, bahwa dia memang sempat melihat seorang lelaki memakai mantel hitam, yang tengah mengikuti seorang perempuan yang berjalan sendirian menggunakan payung. Saat itu dia tidak bisa berhenti, karena terburu-buru untuk mengantarkan pesanan dari sebuah restoran," jelas Dara.

"Informasi sekecil itu pun, juga sangat membantu untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut," ucap rekan yang lain.

"Kalau begitu kalian fokus lagi pada jalanan tersebut, pasti masih ada kamera tersembunyi di sana, cari dengan teliti, jangan hanya kamera jalan saja, lihat juga kamera dasboard dan lain-lain," ucap Pak Tedi.

"Baik Pak," jawab semua tim yang langsung pergi dari ruangan untuk mencari petunjuk baru.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!