Salahkah apabila seorang ayah—walaupun tidak sedarah—mencintai anak yang diasuhnya, dan cinta itu adalah cinta penuh hasrat untuk seorang pria pada kekasihnya.
"Akhiri hubungan kita! setelah itu Daddy bebas bersama Tante Nanda dan Hana juga akan bersama dengan pria lai ..."
Plakkkkkkkkk...! suara tamparan terdengar. Wajah Hana terhempas kesamping dengan rambut yang menutupi pipinya, karena tamparan yang diberikan Adam begitu kuat.
Hana merasa sangat sakit terlebih pipinya yang
sudah ditampar oleh Adam. Serasa panas di pipi itu,
apalagi dihatinya.
"Jangan pernah katakan hal itu lagi, sampai kapanpun kamu tetap milik Daddy, siapa pun tidak berhak memiliki kamu Hana." teriak Adam dengan amarah yang memuncak menatap tajam wanitanya. Ia menarik Hana dalam pelukannya.
"Daddy egois, hiks hiks." Hana menangis sembari memukul dada bidang Adam.
Apakah mereka akan tetap bersatu disaat mereka tak direstui? Bagaimana Adam mempertahankan hubungan mereka?
Nantikan kisah mereka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kaylakay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
perdebatan Leo dan alex
Pukul satu siang. Hana tampaknya sudah terlihat akan meninggalkan kampusnya, yang tadinya akan bersama Tika tetapi gagal karena sahabatnya masih mempunyai satu urusan penting di kampus. Jadi mau tak mau Hana pun keluar sendiri menuju depan kampus.
Disela langka terakhirnya akan keluar dari gerbang kampus itu, secara kebetulan Hana berpapasan dengan Leo dan juga Alex.
Leo tersenyum senang melihat Hana yang baru saja melangkah Keluar. Leo dan Alex memang mempunyai mata kuliah siang ini, dan baru saja datang ke kampus itu. Hari ini memang jadwalnya berbeda dengan kemarin.
Hana membalas senyuman Leo dengan ramah. Sementara Alex yang berada di belakang Leo berdiri dengan tatapan terpesona melihat kecantikan wanita didepan mereka.
"Astaga cantik banget nhi, cewek." batin Alex berdecak kagum melihat kecantikan Hana.
"Hai!." sapa Leo dengan senyum manisnya.
"yeah hi, Leo." jawab Hana tersenyum memperlihatkan giginya yang tersusun rapi.
"Kalian baru masuk?" tanya Hana dengan ramah.
"Iyah, soalnya jam aku hari ini diganti lagi." Leo tersenyum kikuk.
"Hahah .... suka suka kamu ya, ternyata." Hana tertawa.
"Iyah, nhi. Terus kamu mau kemana?" Leo dengan wajah penasaran.
"Mau pulang, soalnya jam aku udah selesai. Jadi mau langsung pulang aja." ucap Hana.
"Ya .... berarti aku ngga ketemu kamu lagi dong, sebentar siang." ucap Leo dengan wajah dibuat sedih.
"Ish .... kamu lebay banget. Besok juga ketemu kali. Oh Iyah masih ada Tika kok, di dalam." Hana memberitahu.
"Yang gue mau bukan Tika, tapi kamu." sahut Leo.
"Hahaha, mulai lagi deh." Hana tertawa.
Leo yang melihat tawa Hana yang begitu manisnya, membuat ia menjadi semakin terpesona.
"Bibir seksinya, ya ampun. Gimana ya rasanya berada di tempat itu." gumam Leo dengan mata yang terus terpaku pada bibir seksi Hana.
Hana yang diperhatikan sebegitu nya oleh Leo, sedikit merasa risih. "Ehem .... kamu kenapa Leo?" Hana berdehem pelan sambil melambaikan satu tangannya ke depan mata Leo.
Leo yang tersadar pun menjadi malu. "Ah .... sorry gue terlalu terpesona sama kamu , soalnya." ucap Leo dengan jujurnya sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.
Hana hanya tersenyum kaku mendengar jawaban Leo. Hingga pandangannya menangkap satu sosok pria di belakang Leo, yang berdiri terpaku sedari tadi dengan pandanganya terus kearah Hana.
Hana dengan wajah herannya kemudian memutuskan bertanya kepada Leo. "By the way, itu siapa dibelakang kamu?" tanya Hana dengan keningnya terangkat.
"Oh, ini sahabat gue. Namanya Alex." kata Leo sambil menarik bahu Alex ke-depan.
"Ha .... hai, gue Alex." ucap Alex dengan nada gugup karena baru tersadar dari lamunannya, Leo malah menariknya ke depan.
"Ya, hai. Aku Hana." balas Hana dengan tersenyum.
"Kita belum kenalan secara resmi, gue Alex." ucap Alex lagi sambil menyodorkan satu tangannya untuk berjabat tangan dengan Hana.
"Ha .... maksudnya secara resmi gimana ya?" Hana sudah terlihat bingung menatap Alex.
"Enak aja, nggak nggak .... nggak ada sentuh sentuhan tangan." sela Leo sambil menarik tangan Alex kembali.
"Apa sih, kenapa jadi lo yang nggak suka." sahut Alex dengan nada kesal.
"Cukup tahu aja namanya, ngga usah oake jabat tangan segala." sahut Leo tidak suka sambil terus menahan tangan Alex yang ingin kembali menyodorkan tangannya di depan Hana.
"Nggak .... gue tetap mau Jabat tangan." Alex masih dengan kemauannya.
"Nggak, lo ngga bisa." Leo masih terus mencegah tangan Alex.
Hana yang sedari tadi melihat perdebatan kedua pria di-depannya ini, menjadi bingung. Hana lalu menghentikan perdebatan mereka.
"Udah, udah .... kalian kenapa kayak anak kecil gini sih. Aku jadi bingung kan lihatin kalian." ucap Hana.
Leo dan Alex pun menghentikan perdebatan mereka dengan pandangan yang sama sama kearah wanita itu.
"Udah, nggak apa ap kalau Alex mau berjabat tangan. Aku Hana." ucap Hana sambil menyodorkan telapak tangannya kearah Alex.
Alex tersenyum senang melihat Hana dengan baiknya mengiyakan hal itu. Alex mengusap tangannya diujung bajunya, bermaksud membersihkan tangannya agar tidak kotor. Dan dengan gerakan cepat ia lalu membalas jabat tangan Hana.
"Gue Alex." Alex tersenyum begitu lebarnya kearah Hana. Dan dibalas juga oleh Hana dengan senyum ramah.
Leo yang melihat Alex tidak juga melepaskan tangannya itu, menatap kesal lalu dengan cepat Leo menarik tangan Alex dengan kasar.
"Udah lo, jangan lama lama tangannya." ucap Leo kesal.
"Sewot banget sih lo." sahut Alex dengan tak kalah sengitnya.
"Kalian mau sampai kapan berantem kayak gitu?" Hana menggeleng melihat kelakuan kedua pria itu.
"Tahu nhi, Alex modus sama lo." sahut Leo menatap Hana, lalu kemudian berpindah menatap Alex dengan tatapan tidak suka.
"Enak aja, lo yang modus. Dimana mana semua pada tahu lo tu Playboy." sahut Alex tak mau kalah.
"Gue udah nggak kayak gitu lagi ya. Enak aja." sahut Leo menatap kesal dengan tangan yang sudah tidak bisa diam.
Hana Menepuk jidatnya melihat kedua pria itu masih saja berdebat seperti anak kecil. Ia pun diam diam berjalan perlahan meninggalkan keduanya, yang masih terus sibuk berdebat.
"Astaga, bisa gila gue lama lama lihatin mereka berdua." sahut Hana sambil berjalan cepat sesekali menengok kearah belakang, takut jika keduanya menyadari ia sudah pergi dari situ.
"Terus aja debat, biar sukses." Hana terkekeh lalu berjalan ke depan.
Leo dan Adam yang baru tersadar jika Hana sudah tidak ada lagi di depan mereka, membuat keduanya saling menyalahkan satu sama lain.
"Kamu sih! .... tadi kalau lo ngga ajak debat tuh cewek nggak akan pergi kan." ucap Alex kesal.
"Setan lu! justru gue yang bilang lu kayak gitu. Tadi Kalau lu ngga mulai juga gak bakal gue tanggapi." sahut Leo menatap kesal sahabatnya.
Perdebatan mereka menjadi pusat perhatian para mahasiswa yang sedang berlalu lalang di halaman kampus itu.
Sementara Hana yang sudah didepan, sedang menelepon daddy-nya untuk menjemputnya pulang.
Adam dan bara
"Hmm, kenapa sayang?" tanya Adam setelah mengangkat telpon Hana. Ia tersenyum di seberang sana.
"Hana udah selesai jam kuliah, Dad. jemput Hana sekarang." ucap Hana.
"Ya udah tungguin Daddy ya! Beberapa menit lagi Daddy ke sana." ucap Adam lembut.
"Iyah, Daddy. Cepetan ya Dad, Soalnya Hana mau cepat cepat pulang buat makan sup iga buatan bi Surti." ucap Hana dengan sudah menelan ludahnya.
"Jadi kamu mau pulang hanya mau makan sup iga? Bukan karena Daddy?" tanya Adam dengan nada yang sudah dibuat merajuk.
"Iyah, karena Daddy juga tentunya." sahut Hana mengikuti saja ucapan Adam, dari pada pria dewasa itu menjadi marah.
"Ya, udah Daddy ke sana. Umaach." Adam tersenyum senang di sana sambil memberikan ciuman jauh untuk Hana.
Adam lalu meraih kunci mobilnya di-atas meja dan berlalu keluar meninggalkan ruangannya. Ia dengan senyum lebarnya disela langkah lebarnya.
Hana tersenyum mendengar ciuman jauh dari daddy-nya, sambil menggelengkan kepalanya. Hana lalu memutuskan duduk didepan menunggu Adam menjemputnya.