Kerap kali persahabatkan akan menumbuhkan ras cinta, terlebih jika persahabatan antara laki - laki dan perempuan.
Seperti yang aku alami, aku dan Arjuna sudah bersahabat sejak lama tepatnya sejak SMP. Usiaku memang lebih muda dua tahun darinya. Tapi karena keenceran otakku aku bisa tinggat dengannya.
Dan ini kisahku dengan sahabatku Arjuna, yang terpaksa menikah karena suatu alasan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putri sulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
Pagi itu aku merasakan perutku sangat sakit. Selepas sholat subuh aku kembali berbaring ditempat tidur. Keningku dipenuhi bulir keringat. Padahal udara sangat sejuk, pendingin ruangan juga masih menyala. Aku meringkuk sambil memegangi perut. Rasanya gak sanggup untuk bangun.
Bunyi pintu kamar mandi terbuka, suara langkah kaki terdengar mendekat. Wangi sabun aroma mint menguar memanjakan indra penciuman.
" Masih belum bangun?" tanya Arjuna.
" Perutku sakit." Aku meringis menahan sakit sambil memejamkan mata.
" Astaga, tunggu yaa!"
Lalu terakhir ku dengar suara langkah menjauh, seketika hening tak ingat apa - apa lagi.
Usapan tangan lembut menyapu keringat didahi. Ku cium aroma minyak angin menusuk hidung. Lalu terdengar suara mama terdengar meracau.
" Makanya kalau pergi itu kasih kabar, jadi Farhana nggak nungguin.!" omel mama.
Perlahan ku buka mata, saat tangan mama menyapu minyak yang terasa hangat diperut.
" Ada apa sih, pagi - pagi udah ribut?" suara Gina terdengar.
" Farhana sakit perut!" kata mama memberitahu.
" Isi kali mas?"
" Ngaco kamu,"
" Lho wajarkan, orang punya suami ini? Emang sengaja dibikin!"
" Gimana bisa hamil orang baru seminggu yang lalu ngelakuinnya masa_" sahut Arjuna yang tak sadar keceplosan, lalu buru - buru menutup mulutnya setelah menyadarinya.
Aku yang memejamkan mata, merasa malu. Dasar Arjuna.! Kulirik sekilas mama dan Gina terkekeh.
" Nikah udah hampir sebulan baru sekali nglakuin itu. Mas Juna sehatkan, masih doyan perempuan kan?" celetuk Gina.
Allah. Gina, lemes banget emang mulut tuu anak gadis. Lalu mbak Asih datang membawakan bubur untukku.
" Udah sana kalian berdua sarapan biar mama yang nemenin dan suapin Hana.!" titah mama.
Arjuna dan Gina pun keluar dari kamar, mama menyuapiku dengan penuh kasih sayang. Dirumah ini aku diperlakukan layaknya putri kandungnya oleh mama dan papa mertuaku, sangat baik. Apalagi Gina dan Bayu, sangat senang adanya aku disini. Tapi, entah dengan Arjuna.? Sudahlah.
***
Setelah makan bubur disuapi mama, aku berusaha sekuat tenaga untuk kekamar mandi membersihkan diri.
" Gimana sekarang perutnya, udah baikan?" tanya Arjuna, yang baru saja masuk kamar saat aku hendak kembali membaringkan diri ditempat tidur.
Dia seakan peduli padaku, tapi aku yakin hanya sekedar basa - basi.
" Alhamdulilah, udah mendingan!" jawabku, malas. Sambil merebahkan diri.
" Kenapa nggak makan?"
" Aku nungguin seseorang pulang, terus makan bareng. Sayangnya dia udah makan diluar berdua sama wanita lain.!" jawabku ketus.
Ia menarik nafas panjang, " lain kali gak usah nungguin aku pulang! Kalau udah waktunya makan yaa harus makan!" ucapnya tegas.
Dengan mudahnya dia menjawab seperti itu. Setidaknya minta maaf, kek! Ahh, lupa. Memang siapa aku, kenapa dia harus minta maaf.? Dia nggak berkewajiban untuk itu. Gak seharusnya juga aku marah saat tahu dia pergi dengan wanita lain. Nasib istri pengganti, dinikahi karena terpaksa.
Ku lirik jam didinding, sudah hampir jam delapan. Lalu kutarik selimut hingga leher.
" Buruan siap - siap kekantor, udah jam segini juga! Pasti udah ditunggin."
Arjuna mengerutkan keningnya, " yakin nggak apa - apa kalau aku tinggal.?"
" Udah biasa, gak ada kamu juga." ketusku, lalu berbalik memunggunginya. Nggak peka banget jadi orang, dasar nyebelin!
" Kenapa? Dari tadi malam kamu uring - uringan?" tanyanya.
Aku diam.
" Masalah aku jujur semalam?"
" ......... "
" Makanya gak pernah mau bahas."
Aku bungkam. Lebih baik dengar kejujuran kan? Jadi gak salah faham, tiap kali Arjuna panggil sayang. Dikira cinta ehh... nyatanya enggak, rasanya itu kaya diangkat tinggi terus dibanting, remuk bahkan mungkin hancur.
" Farhana, sayang!" paggilnya.
" Aku lagi gak mau ngomong, Jun."
Arjuna terkekeh,
" lha itu ngomong." tandas Arjuna cepat.
" ........ "
Kalau gak ngomong, gimana aku tahu salahku dimana?"
" Percuma juga buat diomongin Jun, kamu tuu emang gak bisa hargain aku."
" Mau dihargain berapa sih? Sini, aku kasih harga!" godanya.
Aku terkekeh sambil terisak. Antara ketawa dan nangis bersamaan. Konyol memang.
" Sini peluk!"
" Nggak mau."
" Yaa, udah geser!"
Aku sedikit menggeser tubuh, masih dengan posisi memunggunginya.
" Lagi.!" perintahnya.
Aku bergeser hingga ketengah kasur, lalu tempat tidur serasa bergelombang. Sepertinya Arjuna berbaring dibelakangku. Ia kembali membuatku tersentak, saat tangannya melingkari pinggangku.
Aku terpaku sesaat, jantung rasanya berhenti berdetak sedetik, lalu kembali berdebuk kencang. Kemudian bibirku tak bisa ku tahan agar tak tersenyum. Ahh... Arjuna. Selalu saja bikin membeku lalu meleleh lagi.
Terdengar suara helaan nafas Arjuna, dalam. Seperti sedang menghirup aroma rambut ku.
" Wangi, aku suka!"
Kalau begini, marah pun gak bisa lama. Sial!
" Sekarang cerita ada apa?"
" Tadi malam kemana?" tanyaku akhirnya melunak.
" Nyariin kamu cincin, sayang!"
" Sama Lisa?"
" Iya, aku mana bisa pilih sendiri."
" Kenapa gak ngajak aku? Kenapa harus Lisa? Mama kan bisa atau Gina!"
" Lisa sendiri yang mau nemenin." jawabnya.
" Alesan, bilang aja mau makan berdua. Istri sendiri gak dipeduliin."
" Hufttt, " Arjuna membuang nafas kasar.
" Jadi cemburu, masalahnya?"
Apa - apaan ini?
" Lisa itu sudah punya satu anak," jelasnya.
" Liat sini dulu!" titahnya.
Aku berbalik menghadap padanya, " yaa mana aku tahu." Mendengar kenyataan itu aku mengulum senyum.
" Makanya kalau ada apa - apa tuu diomongin!"
What, gak salah dia ngomong gitu? Bukanya dia yang gak mau berbagi masalah sama aku?
" Udah gak makan, kasihan banget. Sini cium biar kenyang!" godanya melihat pipiku merona menahan malu.
" Iss, Arjuna." rajukku.
Arjuna hanya terkekeh, " hem.... Cemburu? Ceritanya udah cinta?"
Ku tarik selimut menutupi kepala, lalu menggeleng pelan. Allah, ketahuan kan?
Arjuna menarik selimut yang menutupi wajahku. Membuat jantung berdebar tak beraturan. Lalu ku balas tatapan matanya. Kilat matanya menatapku dalam, seperti berkata kalau saat ini dia menginginkanku. Hening beberapa saat.
" Jun!" panggilku memecah keheningan.
" Aku lagi datang bulan!"
"Pantes!" Arjuna memutar bola matanya malas.
Melihat raut wajahnya yang lesu, membuatku ingin tertawa. Tapi, takut dosa... Ehh!
" Berapa lama?" tanyanya.
" Huuh? "
" Berapa lama tamunya?" tanyanya malas.
" Enam sampai tujuh hari. Dua hari lagi mungkin dah selesai." jawabku jujur, sambil menahan malu.
Ku lihat Ia kembali mendesah malas. Lucu rasanya, jadi gitu ekspresi laki - laki ketika hasratnya tak tersalurkan. Ehh, otak ini aku rasa udah mulai bermasalah, mikir mesum gini.
Suratan nasibku, punya sahabat satu yang nyebelin, terus jadi suami. Nggak heran sih sama sikapnya. Dari dulu emang kerjanya godain dan nyusahin aku.
Dan sekarang ditambah lagi, kerjanya bikin nangis. Satu lagi kemajuan, kayak yang dibilang Gina tadi bikin anak. Dasar tuu anak gadis, pikirannya udah mesum aja. Kayaknya memang bener ngebet pingin kawin. Ehh, nikah dulu baru itu.
Terima kasih sudah mampir, semoga suka.
Maaf baru bisa up, sekarang ini saya beneran fokus pada cerita ini. Doakan bisa up tiap hati yaa.
Sehat selalu semua.