Demi menghindari kekasihnya yang overprotective, kasar, dan pemarah, Cathleen terpaksa menjebak seorang pria di sebuah club malam. Dia bermaksud untuk mendesak dan meminta pertanggung jawaban orang itu untuk menikahinya setelah kejadian tersebut.
Pria yang dijebak oleh Cathleen adalah Gerald Gabriel Giorgio. Seorang pria berhati dingin yang masih mencintai sang kekasih yang sudah lama menghilang akibat sebuah insiden.
Namun, tak disangka, rencana Cathleen tidak sesuai dengan harapannya.
.....
“Berapa harga yang harus ku bayar untuk tubuhmu?”
“Aku bukan wanita malam yang bisa dibayar menggunakan uang!”
“Lalu, apa yang kau inginkan?”
“Kau harus menikahiku!”
“Tidak!”
Gerald menolak permintaan Cathleen dengan tegas. Mampukah Cathleen memperjuangkan agar rencana awalnya bisa tercapai? Ataukah dia harus melanjutkan hidup dengan sang kekasih yang overprotective, kasar, dan pemarah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NuKha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 18
“Aku, Gerald Gabriel Giorgio, dengan sadar dan tanpa paksaan, membuat sebuah perjanjian dengan Evanthe Cathleen Pattinson untuk menghargainya sebagai istriku dan menjaganya.” Dia mengucapkan dua keinginan wanita di sampingnya. Setidaknya, permintaan Cathleen tidak terlalu berlebihan, sehingga dia mau saja berjanji.
Cathleen pun bergantian mengucapkan sesuai permintaan Gerald. “Aku, Evanthe Cathleen Pattinson, secara sadar tanpa paksaan, membuat janji pada Gerald Gabriel Giorgio bahwa akan bersedia diceraikan ketika Anastasha Chloe Eleanor telah ditemukan dalam kondisi masih bernyawa, serta tak akan menyusahkan maupun banyak menuntut selama menjadi istrinya.”
Gerald pun langsung memencet tombol untuk menghentikan rekaman. Mengambil kamera dan melihat terlebih dahulu hasilnya. Ternyata oke semua, tak perlu diulangi lagi.
Telunjuk kanan Gerald menekan tombol power untuk mematikan alat perekam tersebut. Ia mengeluarkan memori card untuk dibawa pulang ke apartemen dan disimpan supaya tidak ada yang bisa merusak atau menghilangkan perjanjian itu.
“Minggu depan aku akan menikahimu. Kau daftarkan saja ke Badan Kependudukan. Aku hanya mau terima beres,” ucap Gerald seraya memasukkan memori card ke saku boxer.
Cathleen terdiam sejenak, merasa kurang suka dengan waktu yang ditentukan. Mulut tiba-tiba terbuka kala teringat kalau minggu depan, sang kekasih yang memiliki nama sepanjang rel kereta api akan datang dan mengajaknya menikah juga.
“Apa tak bisa dimajukan lagi? Besok atau lusa mungkin?” Cathleen mencoba bernegosiasi supaya saat Edbert datang, ia sudah resmi menjadi istri Gerald.
“Tidak, jika kau mau menikah denganku, maka ikuti aturanku. Kalau kau terus membantah, maka menikahlah sendiri,” balas Gerald. Dia berdiri dan ingin segera kembali ke apartemennya yang nyaman untuk menyendiri.
Cathleen meniup udara ke atas hingga anak rambut yang mulai panjang bisa berhamburan. “Baiklah, minggu depan, aku akan mengurus dokumen keperluan pernikahan kita.” Daripada tak jadi menikah, lebih baik mengalah saja. Mencapai di titik ini hingga Gerald bersedia pun membutuhkan perjuangan, jadi tak bisa disia-siakan begitu saja.
“Ingat, tertutup, artinya tak ada pesta maupun orang lain yang mengetahui.” Gerald menambahkan ketentuan yang harus dipenuhi oleh Cathleen. Kakinya sembari mengayun menuju sofa.
“Keluarga? Bagaimana aku membawa saksi jika tak boleh ada yang tahu?” protes Cathleen. Mata indah itu hanya bisa melihat punggung Gerald yang enggan berbalik.
“Ck! Kalau bodoh jangan dipupuk! Keluarga adalah pengecualian.” Gerald meluruskan walaupun dengan sedikit mengeluarkan sebuah hinaan. Tangannya mengambil ponsel dan debit card yang tergeletak di atas meja.
Tapi, untung Cathleen sadar diri kalau dia memang sedikit bodoh, jadi tak terlalu sakit hati dengan kalimat yang dilontarkan oleh Gerald. “Baiklah, aku minta nomor teleponmu agar kita mudah berkomunikasi,” pintanya seraya mendekati Gerald dan menyodorkan ponsel pada pria itu.
Gerald hanya melirik ke arah benda yang berada di depan dadanya. Tidak berminat untuk mengambil. “Jika ingin berkomunikasi untuk memberitahukan jam pernikahan, kau hubungi saja orang tua atau saudaraku.” Dia memasukkan ponsel dan debit card miliknya ke dalam saku boxer.
Gerald keluar dari kamar terlebih dahulu. Tanpa mengajak Cathleen untuk turun. Terserah wanita itu mau mengikutinya atau berdiam diri di sana. Ia tak terlalu peduli.
Sedangkan Cathleen, ia menghela napas pelan saat punggung Gerald tak bisa dijangkau oleh pandangan mata. “Kenapa pria dingin seperti Gerald justru terasa misterius? Dan anehnya, aku justru tertarik dengan orang seperti itu? Dia juga sangat setia, buktinya masih berharap dan menunggu Chloe. Padahal belum tentu juga masih hidup.”
...*****...
...Cath, kalo mau rebut Gerald dari cewenya, kamu kudu kursus dulu ke akademi perpelakoran biar ga gagal kaya aku yang tak bisa merebut Ayang Dar...
😆😆😆😆😆😆
jgn semua lu embat