NovelToon NovelToon
KAKEK PEMUAS

KAKEK PEMUAS

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Putri muda

seorang kakek yang awalnya di hina, namun mendapat kesaktian

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri muda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 7

Pagi hari, Kakek Surya sudah keluar dari gubuk Kakek Udin. Lalu ia menunggu ojek di pinggir jalan. Tak lama, sebuah ojek datang menghampiri.

“Mau ke mana, Pak?” tanya sang pengojek setelah berhenti di depan Kakek Surya.

“Tolong antar saya ke terminal,” jawab Kakek Surya.

“Baik, silakan naik,” ucap pengojek itu.

Kakek Surya pun naik ojek tersebut dan tak lama kemudian sampai di terminal. Ia lalu membayar ojek itu.

“Terima kasih,” ucap tukang ojek sambil meninggalkan Kakek Surya di keramaian orang-orang yang ada di terminal.

Setelah sampai di terminal, Kakek Surya bingung mau pergi ke mana. Ia tahu bahwa dia tidak bisa langsung pergi ke kota untuk bertemu anaknya, karena tak boleh ada interaksi dengan anggota keluarga, sesuai pantangan yang diberitahu Kakek Udin.

Kakek Surya pun memutuskan untuk duduk sebentar di sebuah warung yang ada di terminal, sambil mencari kopi.

“Satu bulan cukup lama itu. Aku harus tinggal di mana? Sedangkan aku tak punya teman di sini,” pikir Kakek Surya.

Memang, dia tidak punya teman di luar desanya, karena Kakek Surya tak pernah merantau. Dia selalu hidup di desa dan belum pernah tinggal lama di kota.

“Mau ke mana, Pak?” tanya seorang pedagang perempuan yang berumur sekitar 30 tahun itu, sambil memberikan kopi pada Kakek Surya.

“Saya tak tahu mau ke mana,” ucap Kakek Surya dengan raut wajah bingung.

“Emang Bapak dari mana?” tanya pedagang itu lagi.

“Saya dari Desa Palasari. Awalnya, saya mau ke kota menemui anak saya, namun tak jadi,” jawab Kakek Surya.

“Kalau gitu, sebaiknya Kakek pulang saja. Desa Palasari tak terlalu jauh dari sini. Daripada ke kota, jauh itu, Pak,” saran pedagang itu.

“Ya, saya masih bimbang mau ke mana,” jawab Kakek Surya. Lalu pedagang itu meninggalkan Kakek Surya.

“42 hari itu lama. Kalau aku hanya luntang-lantung seperti ini, nanti makannya di mana? Jelas uangnya tidak akan cukup untuk makan selama itu. Kalau melamar kerja, melamar kerja di mana? Karena umurku sudah tua seperti ini, tak mungkin ada orang yang mau memperkerjakan aku. Apalagi aku tidak punya keterampilan apa-apa, selain memelihara sapi atau memelihara sawah, karena cuma itu pekerjaanku selama ini,” ucap Kakek Surya dalam hati.

“Neng, boleh tanya, kalau pekerjaan untuk Kakek, pekerjaan apa kira-kira yang cocok ya?” tanya Kakek Surya pada pedagang yang lagi duduk di dalam warungnya itu.

“Wah, sulit itu Pak. Kalau bekerja sebagai buruh jelas tak cocok untuk Bapak, karena tenaga Bapak pasti tak mampu untuk bekerja berat. Saya bingung memberikan saran, mungkin Bapak bisa mencoba jadi tukang kebun, itu juga kalau diterima, karena sudah tua. Atau Bapak bisa mencari barang bekas lalu dijual, untuk menyambung hidup. Banyak toh orang yang mencari barang bekas, Pak. Lagi pula, seharusnya orang seumuran Bapak sudah tak bekerja lagi,” jawab pedagang itu sambil terlihat kasihan pada Kakek Surya.

“Ya, mungkin nanti saya pikirkan saran Neng itu. Ngomong-ngomong, di sekitar sini ada tempat tinggal yang murah nggak?” tanya Kakek Surya.

“Maksudnya kos, Pak? Di sini ada cukup banyak, tapi kalau yang paling murah ada di sana, nggak jauh kok dari sini,” jawab pedagang itu sambil menunjuk ke sebuah jalan, yang ada tempat kos-kosannya.

“Emang kalau ngekos di sana berapa bayarannya sebulan?” tanya Kakek Surya lagi. Lalu pedagang tersebut menyebutkan sebuah nominal uang.

“Segitu, Pak. Itu yang paling murah di sini,” jawab pedagang itu.

“Mahal juga ya, nggak ada yang lebih murah lagi?” tanya Kakek Surya.

“Nggak ada, Pak. Setahu saya, itu yang termurah,” jawab pedagang itu lagi.

“Kalau begitu, mungkin saya akan ngekos di sana saja, Neng. Terima kasih informasinya ya,” jawab Kakek Surya.

Lalu ia pun membuka tas dan mengambil dompet, untuk menghitung uangnya, khawatir nanti kurang. Setelah dilihat, ternyata uangnya cukup untuk bayar kos dan masih ada sisa sedikit. Lalu ia mengambil uang sesuai nominal yang diucapkan pedagang itu, kemudian dimasukkan ke saku bajunya, agar nanti tak kesulitan lagi mengambilnya.

“Berapa kopinya ini, Neng?” tanya Kakek Surya pada penjual itu.

“Tidak usah, Pak. Saya kasih gratis,” jawab pedagang itu, karena merasa kasihan pada kehidupan Kakek Surya.

“Terima kasih, Neng,” jawab Kakek Surya.

“Jadinya mau ke mana, Kek? Mau pulang apa jadi ngekos?” tanya pedagang itu lagi.

“Ya, saya mau ngekos aja, barang sebulan saja,” jawab Kakek Surya.

Tak lama kemudian ia pun pergi, ke arah jalan yang ditunjukkan pedagang tadi. Setelah ia bertanya pada beberapa orang yang dijumpainya di jalan, akhirnya Kakek Surya sampai di sebuah kos-kosan yang tidak terlalu bagus, namun sepertinya sesuai dengan harga yang dikatakan pedagang tadi.

“Permisi!” teriak Kakek Surya setelah dia berdiri di pintu gerbang kos-kosan itu.

“Ya, ada apa Kek? Oh, mau mengemis? Tak ada uang kecil. Pergi sana!” bentak seorang perempuan muda yang sedang menyapu di halaman kos-kosan itu.

Perempuan itu cukup menawan, kemungkinan baru berumur di bawah 25 tahun. Wajahnya terlihat cukup cantik, kulitnya mulus dan bening, sangat kontras dengan rambut hitam lebatnya. Tubuhnya terlihat seksi, dengan dada besar nan menantang. Namun terlihat dari tatapannya, ia tidak senang melihat penampilan Kakek Surya dengan pakaian dekil serta tas kusam. Hingga tadi dia langsung mengusirnya.

“Permisi, Neng, Bapak mau cari kos,” jawab Kakek Surya.

“Apa...? Kamu cari kos? Apa aku tidak salah dengar? Ini kos-kosan tak ada yang menempati seorang kakek-kakek seperti kamu. Semua yang ngekos di sini pekerja atau sekolah. Kalau pengemis kayak kamu, mana sanggup bayar kos di sini,” ucap perempuan muda itu, sambil terus memandang hina pada Kakek Surya.

“Iya, Bapak cari kos,” jawab Kakek Surya mengulangi kalimatnya.

“Apa nanti kamu bisa bayar? Kamu jangan mengada-ada. Kos di sini tidak gratis, yang ngekos biasanya kerja atau sekolah. Kalau saya biarkan kakek ngekos di sini, dengan penampilan gembel begini, akan merusak citra baik kos-kosan ini. Jangan bilang kamu hanya mau numpang saja!” seru perempuan muda itu ketus, masih dengan sapu di tangannya.

“Emang berapa harga sewanya? Tadi kata warung di terminal, kos di sini harganya cuma segini,” jawab Kakek Surya lalu mengeluarkan uang dari dalam sakunya, karena sudah ia persiapkan dari tengah jalan tadi.

“Saya akan bayar sekarang,” lanjut Kakek Surya.

“Oh, ternyata kamu punya uang juga. Iya deh, kamu boleh ngekos di sini. Tapi peraturan di kos ini, tidak boleh mengemis di sini. Nanti kalau mengemis, kamu mengemis di terminal saja. Jangan pernah mengganggu juga pada anak-anak kos lainnya,” ucap perempuan muda itu sambil terus menatap Kakek Surya dengan raut wajah kesal sekaligus jijik. Namun tetap mengambil uang dari tangan Kakek Surya, dengan sedikit memaksa.

“Di mana saya tinggal?” tanya Kakek Surya datar.

“Di sana, di ujung sana,” jawab perempuan muda tersebut, yang sepertinya memang pemilik kos-kosan itu.

Bibirnya tersenyum senang, karena ia sebenarnya hanya menunjukkan gudang yang disewakan dengan harga lumayan. Padahal itu bukan kamar kos. Dia cukup puas berhasil memperdaya Kakek Surya.

“Neng, terima kasih banyak sudah membiarkan saya ngekos sebulan di sini,” ucap Kakek Surya.

“Ya, tapi jaga sopan santunnya, juga kerapiannya. Agar tidak seperti ini, terlihat sangat kotor dan dekil. Karena orang-orang yang ngekos di sini orang-orang berkelas. Ingat pesan saya itu. Sudah, sana cepat masuk dan jangan buat ulah di kos ini,” perintah perempuan muda tersebut.

“Iya, Neng. Ngomong-ngomong, di mana saya bisa cari makan di sini?” tanya Kakek Surya lagi.

“Tuh, di sana ada yang jual makanan. Namun beli ya, jangan minta,” ucap perempuan itu sambil menunjuk sebuah warung yang tak jauh dari sana, sambil terus menghina dan merendahkan Kakek Surya.

Lalu perempuan tersebut terlihat mau pergi, namun tak lama kemudian kembali berbalik.

“Oh ya, tadi nama kamu siapa? Saya lupa. Biar bisa saya laporkan pada Pak RT,” tanya perempuan muda itu lagi.

“Saya Surya. Kalau Neng siapa?” tanya Kakek Surya dengan aksen lugunya.

“Apa...? Kamu mau tahu namaku? Tidak usah. Aku adalah pemilik kos ini. Panggil saja Non. Tidak perlu kamu tahu namaku. Tak sembarangan orang tahu namaku, terutama orang-orang seperti kamu—tua dan kotor. Ingat, jangan pernah buat ulah di sini,” jawab perempuan itu sambil sedikit membentak.

“Ya... terima kasih, Neng,” jawab Kakek Surya.

Lalu Kakek Surya pun masuk kamarnya, yang ditunjukkan pemilik kos tadi. Alangkah kagetnya Kakek Surya, karena kamar itu sudah penuh dengan barang-barang. Hanya ada tempat sedikit untuk ia tidur, dengan beralaskan koran yang ia dapat di sana, serta tas yang akan ia jadikan bantal.

Bersambung...

1
Haru Hatsune
Cerita yang bikin baper, deh!
Apaqelasyy
Bagaimana cerita selanjutnya, author? Update dulu donk! 😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!