NovelToon NovelToon
Rumah Tepi Sungai

Rumah Tepi Sungai

Status: tamat
Genre:Misteri / Tamat
Popularitas:3.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: bung Kus

Sebuah surat undangan dari seorang penulis ternama di kabupaten T yang ditujukan kepada teman teman sekelasnya di masa SMA dulu.

Mereka diundang untuk berkunjung ke rumah sang penulis. Rumah unik, dua lantai, semacam villa yang terletak di tepi sungai jauh di dalam hutan di kecamatan K.

Akses ke rumah tersebut hanyalah jalan setapak, sekitar 10 kilometer dari jalan utama. Siapapun yang memenuhi undangan akan mendapatkan imbalan sebesar 300 juta rupiah.

Banyak keanehan dan misteri dibalik surat undangan tersebut. Dan semua itu terhubung dengan cerita kelam di masa lalu.

Seri ketiga dari RTS.
Setelah seri pertama Rumah di Tengah Sawah (RTS 1), kemudian disusul seri kedua Rumah Tusuk Sate (RTS 2), kini telah hadir seri ketiga Rumah Tepi Sungai (RTS 3).

Masih tetap mencoba membawa kengerian dalam setiap kata dan kalimat yang tersusun. Semoga suka, dan selamat membaca.

Follow Instagram @bung_engkus
FB Bung Kus Nul

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bung Kus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Dipta

JDEERRRRR

Gemuruh petir memekakkan telinga. Ellie dan Iva berlari lari kecil menuju ke rumah. Hujan pun mulai turun berupa butiran butiran halus. Langit biru yang beberapa waktu lalu terlihat cantik, kini telah terganti dengan gumpalan gumpalan kehitaman.

Ellie dan Iva berhasil mencapai teras rumah, saat butir butir air yang lebih besar jatuh ke tanah. Iva tiba tiba saja tertawa cukup kencang. 

"Kesambet kamu? Tiba tiba tertawa sendiri," Ellie menepuk pundak Iva.

"He he he. . . Bukaaan. Lucu aja sih, aku tiba tiba teringat masa kecil dulu. Saat hujan datang, lari lari di halaman rumah. Masa dimana hal sepele dan sederhana bisa membuat bahagia. Masa dimana aku nggak perlu ambil pusing dengan berapa jumlah saldo rekening yang tersisa," Iva bergumam, matanya menatap pada mendung hitam di kejauhan.

"Ada benarnya juga sih. Manusia itu memang makhluk yang aneh. Saat masih kecil, pengen segera dewasa. Pengen segera bisa nyari duit sendiri. Nyatanya begitu sudah dewasa, kita akan bernostalgia dan sadar bahwa lebih mudah menjadi anak kecil," Ellie duduk di lantai teras rumah.

"Emm, ngomong ngomong, aku pernah menonton pementasan dramamu. Kupikir kamu sangat berbakat. Kenapa nggak coba ikut casting untuk film, sinetron dan semacamnya?" Ellie bertanya di tengah rintik hujan yang semakin lebat.

"Bermimpi itu mudah Ell. Mewujudkannya itu yang susah. Aku pernah memiliki mimpi itu, namun akhirnya aku menyerah untuk menggapainya," Iva menghela nafas.

"Kenapa?"

"Ya karena aku tinggal jauh dari pusat perusahaan perfilm an Ell. Kalau aku berniat mengikuti casting, aku harus pergi jauh, aku harus merantau. Untuk memulai sesuatu dari nol itu butuh kemauan dan tekad yang besar. Dan aku tidak punya itu. Bahkan aku sering insecure dengan parasku yang biasa biasa saja. Dalam pementasan drama saja aku tak pernah menjadi tokoh utama," Iva menghela nafas. Ada amarah pada dirinya sendiri yang terasa tertahan.

"Tenanglah. Setiap orang punya rasa minder dan kurang pada dirinya sendiri. Itu manusiawi. Hanya saja saat kamu merasa rendah, jadikan itu pemantik semangat bahwa kamu harus berusaha untuk bisa menjadi tinggi. Tentunya tinggi dengan kerendahan hati," Ellie tersenyum menatap Iva.

Tiba tiba dari kejauhan, di antara derasnya hujan nampak seseorang berlarian. Ellie dan Iva berdiri dari duduknya. Ellie menyipitkan matanya, berusaha melihat siapa gerangan yang sudi berlari larian di saat hujan, di tengah hutan pula.

"Apa mungkin Yodi?" Ucap Iva. Ellie diam saja tak menyahut.

Saat jarak semakin dekat barulah terlihat sosok yang berlari di tengah hujan tadi adalah Bayu. Petugas kepolisian itu tampak basah kuyup. Dia berhenti di hadapan Ellie dan Iva dengan nafas tersengal.

"Sialan. Kupikir Yodi," Iva mendengus kesal.

"Ngapain sih Bay, jogging di tengah hujan?" Ellie memicingkan matanya, heran melihat kelakuan Bayu.

Bayu masih saja diam. Dia berusaha mengatur nafasnya. Dengan sekujur badan yang basah, dia bersandar pada tembok di teras rumah. Detik berikutnya dia duduk bersila di lantai, menimbulkan genangan air dari tubuhnya.

"Kalian sudah lama disini?" Bayu bertanya.

"Maksudmu?" Ellie mengernyitkan dahi.

"Berapa lama kalian berada di teras rumah ini?" Bayu mengulangi pertanyaannya.

"Ya lumayan Bay. Sebelum hujan deras datang," jawab Ellie.

"Kalian lihat Pak Mardoyo atau Galang kembali ke rumah ini? Soalnya kita bertiga tadi ke bukit di atas sana dan terpisah gara gara hujan turun," Bayu kembali bertanya.

"Tidak ada siapapun yang berlari dari hutan, kecuali kamu Bay," sambung Ellie.

Bayu menggaruk garuk kepalanya yang tak gatal. Padahal dia berencana untuk mengawasi Pak Mardoyo, namun malah kehilangan jejak. Bayu ingat dengan jelas, tadi Pak Mardoyo berada di depannya, namun nyatanya penjaga rumah itu belum sampai juga. Apalagi Galang juga tidak ada di belakangnya.

"Gawat!" Bayu bergumam sendiri.

"Hei, ayo segera masuk ke dalam. Kamu kedinginan, nanti bisa masuk angin," Iva menarik lengan Bayu, mengajaknya masuk ke dalam rumah.

Bayu menurut saja. Tak ada yang bisa dilakukan sekarang. Mencari Galang di hutan dalam kondisi dan cuaca sekarang sama saja dengan bunuh diri. Hujan deras dengan gemuruh petir yang bersahut sahutan. Kabut tebal pekat juga sangat menganggu penglihatan.

Bayu, Ellie, dan Iva masuk ke dalam rumah menemukan Norita tengah asyik menonton TV. 

"Hei, TV nya mbok ya di matiin," seloroh Iva.

"Lha kenapa?" Tanya Norita dengan ekspresi tak berdosa.

"Hujan Noriii. . .kamu nggak dengar apa, itu petir bersahut sahutan," Iva melotot jengkel.

Norita tak menjawab. Dengan wajah masam dia mematikan televisi. Kemudian dia beralih menatap Bayu yang basah kuyup. Norita hendak membuka mulutnya untuk bertanya, saat Denis berlari menuruni tangga dari lantai atas.

"Gawaatt!" Teriakk Denis. Wajahnya tampak pucat dan ketakutan.

"Ada apa lagi?" Iva bertanya setengah berteriak.

"Dipta. . .Dipta di kamarnya," Denis tergagap.

"Ngomong yang jelas semprul," Norita menimpali.

Bayu tidak menunggu penjelasan dari Denis. Melihat wajah Denis yang begitu ketakutan, Bayu yakin ada yang tidak beres. Masih dalam keadaan basah kuyup, dia berlari ke lantai atas. Dan pada akhirnya, semua orang mengekor mengikuti Bayu.

Sampai di lantai atas, terlihat pintu kamar Dipta terbukaa lebar. Bayu berlari menghambur ke dalam kamar. Dan akhirnya dia tahu, pantas saja tadi Denis nampak begitu ketakutan. Sosok Dipta ada di sudut ruangan tampak menakutkan.

Dipta terlihat terduduk di lantai dengan mulut menganga. Matanya memutih sementara tubuhnya tampak sangat kaku.

Bayu mendekati sosok Dipta. Dia menyentuh pergelangan tangan, memeriksa denyut nadi Dipta, dan tidak menemukan apapun disana. Dipta telah tiada.

" Tolong semuanya tetap di luar," Bayu memberi perintah saat gerombolan teman temannya itu sampai di ambang pintu kamar.

Bayu memperhatikan dengan seksama kondisi kamar Dipta. Kamar yang sama persis dengan yang Bayu tempati. Dari segi ukuran, warna cat dan perlengkapan tidur, semua sama tak ada beda.

Bayu menemukan sebuah asbak tergeletak di lantai kamar. Ada putung rokok di dalam asbak. Dan Bayu menemukan ada dua jenis rokok yang berbeda. Putung rokok di asbak menjelaskan bahwa selain Dipta, ada orang lain yang mungkin sempat ngerokok bareng di kamar ini.

Bayu mengamati mayat Dipta kali ini. Apa gerangan yang telah membunuhnya? Bayu akhirnya menemukan, dalam pangkal tenggorokan Dipta nampak sebuah benda berjubel berwarna hijau. Benda itu adalah kue kukus pandan buatan Mak Ijah.

Setelah beberapa saat lamanya, Bayu berdiri dan menghadap teman temannya yang masih berdiam di depan pintu kamar.

"Dipta sudah nggak ada. Menurut prediksiku sementara, Dipta tewas karena kehabisan nafas. Entah apa yang terjadi sebenarnya. Tapi yang jelas semua orang harap lebih hati hati dan waspada," Bayu menatap satu persatu orang yang berjejer di depan pintu.

"Denis? ikut denganku!" Ucap Bayu tiba tiba.

Bersambung___

1
Reksa Nanta
terima kasih banyak atas karyanya.

semoga karya ini hanya akan dipandang sebagai cerita semata. jujur saja saya pribadi agak khawatir karena mungkin bagi sebagian orang yang terganggu mentalnya dan membaca novel ini, akan ada kecenderungan untuk mengidolakan tokoh Bayu lalu membenarkan segala tindakannya.
Reksa Nanta
seharusnya Bayu bisa saja dicurigai karena dia tidak melapor mengenai kerusuhan di rumah itu. dan lagi dia bergerak sendiri tanpa surat perintah. sengaja menyimpan mayat korban dan tidak segera mengevakuasi orang yang ada di rumah itu setelah jatuh korban pertama.
Reksa Nanta
kalau sudah sampai desa sebaiknya telepon ke kantor dan minta bantuan.
Reksa Nanta
sebenarnya tidak ada rumah pembawa sial atau rumah terkutuk, yang bermasalah adalah penghuninya.
Reksa Nanta
akhirnya dikembalikan.
Reksa Nanta
Mella diselamatkan Mak Ijah dari kebakaran di rumah Zainul.
Reksa Nanta
terlalu gegabah kalau langsung menyimpulkan begitu.
Reksa Nanta
dua kali ditusuk Erwin, Inge masih hidup lalu ditemukan Ferry dan dieksekusi.
Reksa Nanta
kebenaran bahwa pembunuhnya adalah Ferry Lawanto ?
Reksa Nanta
bukan seperti keponakan. Erwin memang keponakan Bu Rofida.
Reksa Nanta
berarti Erwin adalah adik sepupu Ferry, bukan keponakan. Anaknya Erwin nanti yang jadi keponakannya Ferry.
Reksa Nanta
kurang tepat menggunakan kata menyingsing karena arti kata menyingsing adalah muncul ke permukaan.

lebih tepat menggunakan kata terbenam atau turun atau menghilang.

Matahari mulai terbenam ke arah barat daya.
Matahari mulai turun ke arah barat daya.
Matahari mulai menghilang ke arah barat daya.
Reksa Nanta
jadi dari ketiga temen perempuan Anggun, Andewilah yang suaminya baru naik pangkat ?
Reksa Nanta
secara prosedur seharusnya memang begini. karena perlu juga dilakukan autopsi terhadap korban dan keluarga korban harus diberi kabar.
Reksa Nanta
tidak berambisi bukan berarti tidak punya tujuan hidup. hanya saja orang seperti Adi mungkin lebih memilih hidup tenang .
Reksa Nanta
kenapa langsung bisa menyimpulkan kalau Ali tewas bunuh diri ?
Reksa Nanta
benang kawat itu seperti apa bentuknya ? 🤔
Reksa Nanta
apakah selama ini Anggun jarang dibelai oleh suaminya ?
Reksa Nanta
tampaknya kali ini Bayu yang membuat skenarionya.
Reksa Nanta
Mella. dia selamat dari kebakaran tapi cacat ?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!