Tamat (Cerita belum di revisi, masih banyak kesalahan dan typo, mohon di maklumi yes)
Satya Satyawan, pria tampan, mapan dan kaya raya...
Risa Diandra, bocah SMA , cantik dan tomboy...
Satya dan Risa di jodohkan oleh orangtua mereka dan menyembunyikan status pernikahannya dari semua orang, kecuali mereka yang sudah tahu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Relaxaaa_id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18. Risa Koma
BAB 18.
*** Istriku Bocah SMA ***
Satya Setiawan.
"Yang sabar ya Sat, istrimu pasti akan bangun."
Aku mendengus kesal mendengar dokter Fero mengatakan hal demikian. Bukannya aku tidak suka, tapi semua orang mengatakan hal yang sama seperti yang dokter Fero katakan tapi sampai sekarang Risa belum juga sadar. Padahal ini sudah enam bulan pasca kecelakaan itu. Kecelakaan yang sepenuhnya salahku, jika saja hari itu aku tidak membawa paksa Risa pulang. Risa tidak akan terbaring di ranjang sialan ini.
"Jangan mendengus kesal begitu... Aku punya kabar baik untuk kamu." ucap Dokter Fero yang sela enam bulan ini merawat Risa.
"Apa?!" tanyaku tidak sabaran.
Dokter Fero tersenyum sok misterius. "Nanti saja tunggu Risa bangun."
Aku menatapnya Kesal.
"Jangan kesal dulu karena aku yakin sebentar lagi Risa akan bangun. Karena semalam Risa udah sempat sadar saat kamu keluar membeli makan malam." ucap Dokter Fero menjelaskan padaku.
"Benarkah?" tanyaku tidak yakin.
Aku menatap Risa dengan senyuman bahagia, akhirnya setelah enam bulan tidur, Risa mau membuka matanya juga.
"Tapi---
"Apa?!"
Dokter Fero menggelengkan kepalanya. "Kita tunggu Risa sadar dulu baru aku bisa memastikan bahwa semuanya baik baik saja."
"Apa maksudmu dokter?" tanyaku bingung.
"Sudahlah, lebih baik aku pergi. Panggil aku jika Risa sudah bangun." ucap Dokter Fero lalu keluar dari ruangan Risa.
Kini hanya aku yang ada di ruangan Risa. Aku menggenggam tangan Risa erat dan berharap Risa cepat membuka matanya, karena aku benar benar tidak sabar ingin melihat matanya terbuka dan kembali seperti sedia kala.
"Selamat pagi kak Satya."
Aku melihat asal suara dan mendapati Rama berjalan kearahku a.k.a Risa. Dengan senyuman lebar dan juga tangan yang menenteng keranjang buah.
Aku mengerutkan dahiku saat tidak mendapati orang lain masuk dan hanya Rama saja. Dan seperti tahu dengan kebingunganku, Rama pun bersuara.
"Yang lain tidak bisa ikut, ada kelas pagi." ucap Rama dan meletakan keranjang buah di meja bundar sebelah ranjang Risa.
"Bagaimana keadaan Risa, apa ada kemajuan?" tanya Rama yang kini sudah duduk manis di sofa dengan mata yang menatap lurus kearah Risa.
Aku mendengus tidak suka melihat itu. "Baik, masih sama seperti biasa."
Ya aku memutuskan untuk tidak memberi tahu Rama jika Risa sudah sempat siuman tadi malam.
"Aku harap Risa segera sadar." gumam Rama dengan nada penuh kerinduan.
"Sebenarnya untuk apa kamu hampir setiap hari datang kemari dengan ketanjang buah yang kamu tahu Risa tidak mungkin memakan buah darimu...."
Aku menghela nafas untuk menjeda ucapanku.
"Kamu sudah tahu kan kalau Risa itu istriku ." lanjutku dengan menekan kata istri agar dia paham jika Risa itu milik orang lain. Milikku, bukan dia.
Rama mengangguk. "Aku berharap Risa bangun saat aku datang dan memakan buah yang aku bawa dan aku juga tidak akan percaya jika kamu adalah suami Risa jika bukan Risa yang mengatakan itu sendiri..."
"Apa perlu aku memperlihatkan buku nikah kami agar kamu percaya!" ucapku kesal.
Rama menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, aku hanya ingin Risa yang bilang padaku."
"Dasar keras kepala."
Dari sekian banyak teman Risa yang datang menjenguk Risa, hanya Rama yang rutin dan hampir tiap hari datang membuatku muak. Aku tidak suka Rama menatap Risa terlalu lama. Pokoknya aku tidak suka semua yang Rama lakukan untun Risa!
Reno saja yang awalnya tidak percaya kalau Risa itu istriku saja lama lama percaya dengan penjelasan Alya dan yang lainnya. Walau aku sempat kaget waktu Reno bilang bahwa dia pernah ngelamar Risa dan belum diberikan jawaban.
Gila! Istri orang kok di lamar. Untung waktu itu dia belum tahu kalau Risa itu istriku kalau sudah tahu, aku hajar sampe ****** tuh orang. Tidak peduli juga kalau dia sahabatku.
Beda dengan Rama yang keras kepala! Sudah ahh ngapain juga ngomongin anak itu, nanti juga kalau Risa sadar pasti Rama akan kecewa karena ternyata Risa memang benar istriku.
Setelah cukup lama Rama dan aku diam dan hanya menatap Risa, akhirnya Rama pulang juga ya dengan sedikit usiran dariku sih. Bukannya aku jahat, tapi siapa yang rela melihat istrinya di sukai lelaki lain? Kurasa tidak ada. Jika ada berarti orang itu gila!
Sekarang sudah sore, pukul lima lebih dua menit tiga detik. Aku mendelik senang melihat tangan Risa mulai bergerak dan dengan cepat aku pun memanggil dokter Fero.
Aku kembali keruangan Risa dengan dokter Fero. Dan dengan segera dokter Fero memeriksa keadaan Risa yang sudah siuman dari tidur panjangnya. Dan aku sangat bahagia saat dokter Fero mengatakan bahwa Risa tidak apa-apa, semua baik baik saja. Kecuali ingatan-nya, hal itu kembali membuatku cemas bukan main.
Bagaimana jika Risa melupakan aku, bagaimana jika Risa tidak ingat tentang kami?
Aku semakin panik saat Risa hanya menggelengkan kepalanya pelan saat dokter Fero bertanya apakah Risa kenal kami berdua.
bahasanya kek umur 35an
25 sih masih abg 😷