Okky dermawan diberi waktu selama tiga puluh hari oleh sang bunda untuk mendapatkan calon istri.
Bagaimana perjalanan Okky menemukan jodohnya. Semulus kulit bayi ataukah semulus kulit durian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon phita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curhat dong!
Ammar datang berkunjung ke perusahaan, atas permintaan Okky. Okky ingin membicarakan hal penting dengan Ammar, penting menurutnya.
Kina berdiri menyambut kedatangan Ammar, "Assalamu'alaikum…Selamat pagi Pak Ammar" ia membungkukkan badannya.
"Wa'alaikum salam, sehat Kin?"
"Alhamdulillah Pak, silahkan masuk, Pak Okky ada didalam" Ammar hanya mengangguk, lalu berjalan keruang kerja Okky.
Sudah sepuluh menit Ammar duduk berhadapan dengan Okky di sofa ruang kerja kakak iparnya. Selama sepuluh menit itu, entah berapa kali dia melihat kakak iparnya gagal bicara. Setiap kali akan berbicara, dia akan memotong kata katanya sendiri. Benar benar aneh, untung saja Ammar tipe orang yang sabar.
"Mar, kamu…pernah jatuh cinta nggak?"
Ammar menatap kakak iparnya dengan heran, jelas dia sudah menikah dan akan punya anak, tapi ditanya pernah jatuh cinta atau tidak. Ingin menjitak kepala Okky, tapi dia tahu, itu perbuatan kurang ajar.
"Mas…mas Okky tahukan kalau aku sudah menikah?" pertanyaan konyol, yang dijawab dengan pertanyaan aneh. Bagaimana mungkin Okky tidak tahu, sedangkan yang menikahkan Okta dan Ammar adalah dirinya sendiri.
"Aduh, malah jadi gila semua ini" keluhnya. "Aku ingin menikahi Kina, bagaimana menurutmu?" Okky mencondongkan tubuhnya, suaranya terdengar berbisik. Padahal Kina diluar sana tak akan mendengar apapun walaupun Okky berteriak.
"Ya Alhamdulillah"
Okky menarik tubuhnya, menyandarkan punggungnya di sofa. "Tapi Kina mau nggak ya? Selama ini dia selalu menolak saat Bunda menyuruhnya menikah denganku" sedikit putus asa.
"Mas Okky sudah pernah membicarakan hal ini dengan serius bersama Kina?"
"Belum, aku takut, nggak tahu harus mulai dari mana. Kina itu nggak bisa ditebak"
"Atas dasar apa mas Okky mau menikahi Kina, mas Okky cinta sama dia, atau karena terpaksa oleh keadaan?"
"Aku nggak ngerti, seperti apa rasanya mencintai seorang perempuan. Tapi yang pasti aku tidak terpaksa, aku nyaman dan bahagia kalau bersama dengan Kina. Sejujurnya aku tidak percaya diri mengajaknya menikah, dia masih muda, manis, imut, dan sifatnya dewasa. Apa dia mau ya nikah sama aku?"
"Aku rasa, mas Okky sudah jatuh cinta sama Kina, hanya belum menyadarinya saja. Kalau mas Okky serius, lebih baik bicarakan langsung dengan Kina. Apapun keputusan dia, mas Okky harus siap"
"Gitu ya? Dia itu susah ditebak mar, beda jauh sama istri kamu yang baperan itu. Kina itu nggak pernah Baper sama pancingan pancingan aku, dia selalu menanggapi dengan santai. Justru aku yang sering dibikin Baper sama dia"
"Serius mas, emang dia ngapain aja?"
"Suka muji muji gitu, apalagi kalau aku habis sholat, katanya gantengnya nambah berlipat lipat setelah kena air wudhu. Aku kan jadi berbunga bunga mar, dipuji kaya gitu. Jadi semangat wudhu sama shalat terus" tutur Okky dengan malu malu.
Ammar tertawa, "Masya Allah, berarti bagus dong mas, Kina membawa pengaruh positif buat mas Okky. Saranku sih, perjuangkan mas" Okky mengangguk mantap.
Ammar menatap Kina yang sedang serius menatap layar komputernya, dia tersenyum mengingat cerita Okky. Ammar tak menyangka, gadis muda itu ternyata sangat luar biasa.
"Kina…"
Kina menggeser kursinya, lalu berdiri. "Iya…Sudah selesai pak?"
"Iya, titip ipar saya ya, tolong jaga dia baik baik"
Kina tertawa, "Siap Pak!" memberi tanda hormat.
Setelah Ammar pergi, Okky memanggil Kina keruangannya. Tekatnya sudah bulat, sebulat tahu bulat lima ratusan. Dia akan memperjuangkan Kina, sebelum Ibunya mencarikan wanita yang tidak jelas lagi. Sebenarnya, entah sadar atau tidak, Okky selalu membandingkan wanita wanita pilihan Bundanya dengan Kina. Menurutnya, semua yang ada di diri kina adalah tolak ukurnya untuk memilih pendamping.
Kina menatap wajah Bosnya yang terlihat aneh tapi lucu itu. Ingin rasanya dia tertawa, tapi sebentar lagi akhir bulan, dia tak mau gajinya ditunda karena bosnya ngambek.
"Ehem…" Okky berdehem, berusaha menetralkan debaran jantungnya. "Kamu sudah tidak marah dengan Bunda kan, Kina?" tanyanya basa basi.
"Tidak pak…kenapa ya pak? Apa ibu masih marah sama saya?" dia merasa cemas.
"Enggak…nggak…" jawab Okky cepat, sepertinya salah memilih obrolan basa basi, sekarang raut wajah Kina jadi tegang.
"Apa saya minta maaf lagi aja ya pak, saya jadi tidak enak dengan Ibu Suri"
"Nggak perlu Kina, orang Bunda yang salah kok"
Ponsel di saku celana Kina bergetar, tertera nama 'Bang Ali' disana. Kina menunjukkan layar ponselnya, meminta ijin mengangkat panggilan. Okky dengan berat hati mengijinkannya, walaupun dadanya bergemuruh.
"Assalamu'alaikum"
"………"
"Astagfirullah haladzim, iya bang"
"………"
"Iya saya kesana sekarang, bang Ali selesaikan saja tugas meeting safarinya, biar saya yang urus"
"………"
"Nggak ngrepotin kok bang, nanti saya kabarin lagi"
"………"
"Sama sama, wa'alaikum salam"
Panggilan berakhir, Okky menatap Kina dengan penuh tanda tanya "Ada masalah apa?"
"Uminya bang Ali tadi ngabarin, katanya nggak enak badan. Dirumah nggak ada orang, cuma ada adiknya bang Ali yang…autis. Bang Ali minta tolong saya, cek keadaan uminya dirumah, dia khawatir karena uminya ini kondisi kesehatannya sering drop"
"Waduh, sebentar lagi ada meeting dengan orang periklanan. Kamu kesana sendiri bagaimana? Nanti biar saya meeting sendiri saja, lagipula meetingnya juga di sini"
"Baik pak, kalau begitu, boleh saya pergi sekarang, saya takut terjadi apa apa sama uminya bang Ali"
"Iya…boleh, kamu hati hati dijalan, jangan ngebut. Kalau ada apa apa, hubungi saya" Kina mengangguk, lalu bersiap kerumah Ali, titik lokasi sudah dikirim Ali untuk memudahkan Kina mencari rumahnya.
Gagal sudah rencana Okky, untuk menyampaikan niatnya mengajak Kina menikah. Bukan marah, lebih tepatnya kecewa. Mempersiapkan diri untuk berbicara dari hati kehati denga Kina bukanlah hal yang mudah untuk seorang Okky. Dia harus melawan rasa malu, grogi, khawatir dan deg degan dalam waktu yang bersamaan.
Saat semua sudah dia lawan dengan susah payah, situasi genting menggagalkannya. Tak apa, masih ada nanti, fikirnya. Kina pasti akan kembali kekantor setelah menjenguk ibunya Ali yang sakit.
Bagai peribahasa, Indah kabar dari pada rupa, ternayata semua tak sesuai dengan harapan. Kina tak kembali lagi kekantor, karena Ibu Siti, uminya Ali, harus dilarikan kerumah sakit. Kondisinya begitu lemah.
Kina harus merawat dan menemani ibu Siti sampai Ali pulang. Sabtu sore, Ali dan dinda baru akan bertolak dari kalimantan. Artinya Kina harus menemani ibunya Ali selama dua hari ini, Jumat dan Sabtu besok.
Lagi lagi Okky harus bersabar menunggu waktu yang tepat untuk menyampaikan niatnya pada Kina. Sembari menanti hari demi hari, tak lupa siang malam dia berdoa, agar Allah memudahkan jalannya untuk menikahi Kina. Bayangan pernikahan yang bahagia, bersama Kina dan anak anak mereka kelak, membuat Okky semakin yakin dan bersemangat. Bundanya pasti bahagia, dia tak perlu mendengar omongan omongan negatif tentang Okky lagi. Okky akan buktikan bahwa dia laki laki normal, dengan menghamili Kina, setelah menikah nanti.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
komunikasi itu penting..
adoiii...yg bukan2 je