Satu kesalahan ku yang sangat aku sekali dalam kehidupan ini. Yaitu memaafkan sebuah pengkhianatan. Pengkhianatan yang akhirnya membawa ku jatuh menjadi wanita yang hidup pada masa lalu karena sakitnya sebuah pengkhianatan.
Suami ku adalah dalang dari rasa sakit ini. Dengan alasan anak aku mencoba untuk bertahan. Namun pada akhirnya aku tak sanggup lagi hidup dalam bayang-bayang rasa sakit dikhianati,dan diam-diam aku membuat sebuah keputusan besar yang tak pernah disadari oleh suami ku.
Ingin tahu keputusan besar apa yang akan diambil ? hai readers tercinta,silahkan membaca kelengkapan alur cerita ini sampai selesai ya ? Aku yakin kalian pasti akan terhibur. Selamat membaca 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinly Secret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB BAB 20 Diusir Oleh Suami
Mas Dani akhirnya tiba di rumah. waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam. Sudah larut malam barulah ia pulang. Tak ada alasan yang ia ungkapkan kenapa terlambat pulang. Dan aku pun tak menggubris hal itu. Bagi ku percuma meminta alasan jika apapun yang ia katakan pastilah bohong. Lebih baik berhenti untuk sakit hati.
"Nih,beras buat di masak. Ingat di hemat biar sampai awal bulan saat aku gajian." Ucap Mas Dani sambil menyodorkan lima kilo gram beras yang ia beli.
'Hah ?! Sekarang tanggal dua puluh tiga. Menunggu tanggal empat ketika ia gajian sangat lama. Ia pikir beras lima kilo dengan anggota keluarga tiga orang bisa bertahan hingga seminggu lebih. Palingan juga empat hari sudah habis. Apalagi jika dirinya makan terus di rumah. Kalau aku sendiri sama Kinara masih bisa di irit." Pikir ku langsung merasa kesal.
"Mas,lebih baik kamu saja yang masak. Biar tahu berapa banyak beras yang dihabiskan untuk sekali makan. Aku nggak yakin beras lima kilo ini bisa sampai di tanggal gajian kamu." Balas ku tak mau lagi diam.
"Kamu itu kenapa sih ? Membangkang aja terus. Di suruh hemat malah nggak mau. Kamu pikir aku nggak capek kerja ? Udah enak kamu cuma di rumah jaga anak,aku yang cari uang." Kata-kata Mas Dani seketika membuat ku marah. Dan tanpa rasa takut aku langsung membalasnya.
"Mas,Kamu pikir gaji mu yang hanya dua juta itu bisa memenuhi semua kebutuhan kita ? Belum lagi harus dipotong untuk uang bensin Dan rokok mu setiap bulan. Dan satu hal yang harus kamu ingat. Aku bukan wanita malas yang hanya mau menunggu suami ku mencari uang. Dulu pun aku bekerja. Tapi sekarang karena kamu yang meminta ku untuk di rumah dan mengurus anak." Dada ku naik turun karena emosi. Mas Dani yang melihat ku sangat marah langsung terdiam. Sepertinya ia merasa bingung karena tiba-tiba aku berani membalasnya. Dirinya tak tahu saja bahwa istrinya ini telah sangat muak dengan berbagai macam hal tak mengenakkan yang aku dapatkan. Entah itu dari dirinya sendiri dan dari keluarganya.
"Hah! Emang nggak ada rasa syukurnya kamu jadi istri. Kalau terus-terus kayak gini,lebih baik kamu pergi dari sini. Aku ingin lihat,apa kamu bisa tanpa aku ?" Lagi-lagi ucapan Mas Dani yang penuh dengan kesombongan menyulut amarah ku.
"Oke,baiklah. Aku akan membawa Kinara. Silahkan kamu hidup sendiri dan kelola gajimu itu hanya untuk dirimu sendiri." Balas ku dengan lantang meskipun tergolong nekat jika dipikirkan. Namun hatiku sudah terlanjur muak dengan semuanya.
"Dasar wanita sombong. Sana pergi kalau berani." Tantang Mas Dani sambil tersenyum remeh pada ku.
"Oke!" Balasku dan langsung berkemas. Semua pakaian ku yang berada dalam lemari aku keluarkan dan kumasukkan ke dalam koper. Begitu juga dengan pakaian Kinara putri ku. Mas Dani hanya melihat ku sambil senyum-senyum. Sepertinya ia menganggap ku hanya sedang bercanda dan berharap ia membujuknya. Namun ia tak tahu saja,dalam hati ku sebenarnya aku menginginkan hal ini terjadi dan menunggu dirinya yang berulah agar tak disalahkan.
"Mau ke mana kamu ? Ke rumah orang tua mu ? Di mana ? Udah gitu nggak punya uang. Emang nggak ada rasa bersyukurnya. Dapat suami kayak aku dan mertua seperti ibu ku yang sangat menyayangi mu."
"Mertua penyayang seperti ibu mu ? Kamu nggak tahu ya ? segala perlakuan tak adil dari ibu mu tak pernah aku ceritakan. Sepertinya aku sebagai menantu lebih mengenal ibu mu dari pada kamu sebagai anak kandung." Sindir ku tajam. Biarkan saja ia merasa terkejut dengan apa yang aku katakan. Selama ini tak pernah aku ceritakan bagaiman ibunya mempermalukan di depan orang banyak serta menyuruh ku menjadi pembantu di dapur dan membiarkan ART nya beristirahat. Katanya,kasian mbak inem dan mbak Tantri capek bekerja seharian. Padahal mereka digaji.
"Mulai fitnah kamu ya ? Ibu ku tak pernah sejahat itu." Bela Mas Dani yang membuat ku tertawa lucu dengan kepolosannya. Lebih tepatnya kebodohannya. Sungguh pria yang malang,terlalu percaya pada ibunya yang jahat. Dikiranya masa tuanya akan terus didampingi oleh ibunya.
"Terserah kamu Mas. Aku nggak nuntut kamu harus percaya. Lagian itu kan ibu kamu. Aku cuma kasihan saja jika suatu saat kamu mengetahui kebenarannya dan tiba-tiba menyesal ketika semuanya tak bisa lagi diperbaiki."
"Halah. Omong kosong. Cepat kemas barang-barang mu dan pergi dari rumah ku. Sepertinya aku lebih sejahtera jika hidup sendiri tanpa memikirkan wanita gila seperti mu. Ah,gila seperti ibu mu."
"Serrr...." kalimat terakhir dari suami ku itu sontak membuat ku benar-benar marah. Darah ku seolah-olah mendidih dan ingin menampar mulut lemasnya itu. Menyinggung serta menghina orang tua ku. Wanita yang telah melahirkan ku. Aku tak terima.
"Apa kamu bilang Mas ?!" Ucap ku,menghentikan kegiatan ku yang memasukkan pakaian ke dalam koper. Aku berjalan pelan menghampirinya hingga ia sedikit merasa takut dengan perubahan yang aku tunjukkan secara tiba-tiba.
"Kamu menghina ibu ku ? Kenapa membawa-bawa ibu ku ? Masalah antara kita berdua tapi kamu membahas hal lain. Kamu ini pria atau wanita hah ?! Mulut mu lemas sekali. Bisanya menghina."
"Tapikan kenyataannya seperti itu." jawabnya lagi tanpa merasa bersalah. Hal ini membuat ku tersadar,jika terus berdebat dengannya hanya akan membuat ku sakit hati. Baiklah,akan aku hentikan perdebatan ini dan suatu saat nanti aku akan membalasnya. Hati ku menjerit sakit dan berdoa dalam hati,semoga yang kuasa membalas rasa sakit ku ini.
Akhirnya aku pun diam dan tak lagi meladeni suami ku itu. Kembali lagi ku kemas segala keperluan putri ku dan bergegas menyeret dua koper besar keluar rumah. Setelah itu aku menemui bibi Zahra dan berbicara dengan wanita itu.
"Kemarilah. Bawa semua barang-barang mu dan juga Kinara. Tinggallah bersama ku . Aku sudah mendengar pertengkaran kalian. Tinggalkan pria gila itu." Tiba-tiba saja Bibi Zahra menyambut ku di pintu dan ikut menarik koper yang sudah ku bawa.
"Terima kasih Bi." Ucap ku penuh rasa haru hingga menitikkan air mata. Di tengah rasa sakit yang aku rasakan masih ada orang baik sepertinya yang sangat mengerti dengan diri ku.
"Jangan menangis. Cepat ambil Kinara. Putri mu itu harus bersama kamu." Bibi Zahra langsung mendorong ku agar segera bertindak. Aku pun mulai tersadar. Dan bergegas mengikuti perkataannya sebelum Mas Dani berubah pikiran dan merebut Kinara.
Sangat bersyukur,Mas Dani terlihat biasa saja saat aku menggendong Kinara dan keluar rumah. Mungkin dirinya berpikir aku akan kembali dan tak berani ke mana-mana. Apalagi ia tahu bahwa aku tak memiliki keluarga yang bisa diandalkan untuk menampung diri ku.
Setelah ini,aku ingin lihat,apa dia akan tetap sejahtera setelah mengusir anak dan istrinya keluar dari rumah. Jangan kan yang kuasa,alam pun menentang hal ini.
Sambil menggendong putri ku yang tertidur pulas aku bergegas ke rumah bibi Zahra. Di sana wanita itu sudah menyediakan kamar yang bagus bagi ku dan Kinara.
"Tinggallah bersama ku di sini. Aku senang kalian di sini." Ucap Bibi Zahra sambil mengelus lembut kepala Kinara yang tertidur pulas.
"Maksih Bi."
"Tidurlah,dan jangan pikirkan pria gila itu. Aku yakin suatu saat ia akan terkena karmanya. jangan merasa sungkan. Anggap aku seperti orang tuamu sendiri. Mulai saat ini key." Ucapan terakhir dari bibi Zahra sebelum benar-benar menghilang masuk ke dalam kamarnya,semakin membuat ku merasa terharu. Di tengah rasa sakit yang aku rasakan,Tuhan menyelipkan sebuah kebaikan yang tak terkira.