Sinopsis :
Berkisah tentang Berlian yang bucin dengan tunangannya tapi menikah dengan kakak tiri tunangannya.
Seorang wanita bucin bernama Berlian Puspa Lingga mengalami amnesia setelah mencoba bunuh diri. Ketiga kakak Berlian, Miko, Dirli dan Vito sepakat merahasiakan tentang tunangan Berlian yang toxic, Nino Atmaja. Takdir membawa Berlian bertemu kakak tiri mantan tunangannya pada satu malam yang romantis dan panas. Malam itu menjadi awal tumbuhnya benih cinta di hati seorang Saka Cakra Tama yang anti wanita.
Dengan berbagai cara, Saka mengikat Berlian dengan tali pernikahan. Lambat laun hati Berlian pun tertawan, cinta Saka bersambut. Namun, rintangan hubungan mereka datang silih berganti. Berkat itu, ikatan cinta antara mereka malah semakin kuat.
Tak ada yang dapat memisahkan mereka, selain maut. Apakah perasaan Berlian akan berubah jika seandainya ingatan Berlian tentang Nino kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 : Ketakutan
Dor
Satu tembakan Saka luncurkan. Suaranya sangat nyaring, membuat Nino terkencing di celana.
"Tenang, kepalamu masih utuh." Saka lagi-lagi tersenyum mengerikan. "Lihatlah dinding itu! Kamu mau kepalamu seperti itu?" sambung Saka.
Nino melihat ke arah tembakan Saka. Peluru pistol tenggelam dalam dinding begitu dalam.
"Saka, ampuni aku. Aku janji tidak akan mengulangi lagi perbuatanku. Ku mohon," Nino memohon dengan putus asa.
"Hari ini kamu beruntung, aku malas mengotori tanganku." Saka memasukan pistolnya ke kantong celana.
"Kalian semua, hajar dia sampai pingsan. Pastikan dia masih bernafas. Aku ingin dia mati perlahan di ruang bawah tanah ini. Tempat ini akan menjadi kuburannya!" titah Saka.
"Baik, Tuan."
Semua anak buah Saka menuruti perintah Saka. Bagi Saka, kematian singkat terlalu ringan untuk Nino. Saka ingin Nino merasakan kesakitan yang teramat sangat berulang kali, sampai Nino berpikir kematian lebih baik untuknya. Barulah Saka puas.
Nino mulai di hajar oleh mereka. Saka sangat menikmati pemandangan indah itu. Nino terus berteriak minta ampun, tapi anak buah Saka tidak akan berhenti sebelum apa yang diperintahkan Saka tadi tercapai.
"Argh ..."
Saka tiba-tiba mendengar suara seseorang, walau suaranya sangat pelan.
Saka langsung mengecek sumber suara tadi. Di anak tangga, jalan menuju ruang bawah tanah, Saka melihat ada hiasan rambut jatuh. Saka ingat, hiasan rambut itu adalah milik Berlian.
"Jangan-jangan dia sudah melihat semua? Apa dia kemari membuntutiku?" Saka seketika panik. Dia langsung menaiki anak tangga, mencari keberadaan Berlian.
"Lepaskan! Aku mau pergi! Lepaskan!" teriak Berlian.
"Berlian?" Saka datang. Dia melihat Berlian di tahan oleh anak buahnya di depan pintu keluar.
"Presdir, Nona ini mau pergi," lapor anak buah Saka.
"Ternyata benar kata orang-orang. Kamu tidak lebih dari preman kejam," kata Berlian.
"Kamu melihat apa yang ku lakukan tadi pada Nino?" tanya Saka, memastikan.
"Aku sudah lihat semuanya," jawab Berlian.
Saka terdiam. Dulu Saka sama sekali tidak peduli dengan apa yang orang lain pikirkan. Biarpun orang berpikir dirinya kejam, preman atau pun mafia, selagi tidak mengusik ketenangannya, Saka tidak peduli sama sekali. Entah kenapa, sekarang Saka sangat panik dan khawatir, karena orang yang dia cintai menilai dirinya dengan tidak baik.
"Aku melakukan itu semua untukmu. Nino sudah menghina kamu. Dia sudah membuatmu menderita," jawab Saka, mencoba menjelaskan semuanya pada Berlian, agar Berlian tidak salah paham padanya.
"Walau pun semua demi aku, tapi ... Aku takut ... suatu saat kamu pasti akan menembak ku juga kalau aku berbuat salah ..."
"Tidak mungkin aku menembak mu ..."
Saka hendak meraih tangan Berlian, namun Berlian menepis langsung tangannya. Terlihat jelas di wajah Berlian betapa dia takut pada Saka. Saka tidak berdaya melihat ketakutan di mata Berlian terhadapnya.
"Aku tidak mau hidup bersama preman seperti kamu. Kamu pasti sudah banyak membunuh orang," kata Berlian lagi.
"Berlian, yang kamu pikirkan tentang aku sangat salah."
"Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri."
"Baik, sekarang kamu maunya apa?"
"Lepaskan aku! Aku mau pulang!"
"Kamu, lepaskan dia! Biarkan dia pergi dari sini!" titah Saka pada anak buahnya.
"Baik, Presdir," jawab orang itu. Dia pun melepas Berlian. Berlian tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia langsung kabur tanpa menoleh ke belakang.
"Presdir, apa itu artinya pernikahan anda batal?" tanya anak buahnya.
Saka tidak ingin menjawab pertanyaan anak buahnya. Mata Saka terus melihat Berlian, yang semakin jauh dari pandangan matanya.
"Anda yakin mau melepasnya?" tanya anak buahnya lagi.
Saka diam, sedang berpikir.
.
.
.
Berlian sudah keluar dari gerbang rumah Saka. Dia masih panik dan takut. Berlian berjalan, hingga sedikit jauh dari gerbang. Berlian kemudian memberhentikan taksi. Namun, malah sebuah mobil asing yang berhenti.
Pintu mobil langsung terbuka.
Hap
Mulut Berlian langsung dibekap. Berlian pingsan seketika. Dia pun dimasukan ke mobil. Mobil itu melaju dengan sangat kencang.
.
.
.
Byur
Berlian terbangun setelah di guyur air dingin satu ember. Dia terkejut melihat sekeliling.
"Sudah bangun nona?" ucap Ray.
"Kamu? Di mana aku? Kamu menculikku?" Berlian terkejut melihat Ray ada di depannya. Terlebih Ray membawanya ke sebuah kamar asing.
"Selamat datang di kamarku, nona Berlian Puspa Lingga. Kamu sudah membatalkan pertunanganku dengan si gendut itu. Jadi kamu yang harus menjadi gantinya."
Cuih
Berlian meludahi wajah Ray, membuat Ray semakin tertantang.
"Lebih baik aku mati dari pada tidur sama kamu," jawab Berlian dengan tegas.
"Oh, begitu? Kita buktikan saja ucapanmu."
Ray mendekat pada Berlian yang sedang duduk terikat di atas ranjang. Tatapan Ray begitu mesum. "Aku tidak rugi, nona sangat cantik, putih dan langsing. Apa dada nona besar?" Ray berkata tidak senonoh, membuat Berlian menyesali perkataannya tadi.
"Jangan lakukan itu! Ku mohon. Akan ku berikan berapapun padamu asalkan kamu mau melepasku."
"Tubuh nona tidak bisa di tukar dengan uang. Aku ingin merasakannya." Ray memaksa mencium Berlian. Namun Berlian sekuat tenaga menghindari bibir Ray.
Kesabaran Ray mulai di uji. Ray marah, dia langsung menekan kuat kepala Berlian agar kepala Berlian tidak ke sana kemari. Ray mencium bibir Berlian paksa. Berlian langsung menggigit bibir Ray dengan kuat. Ray mengerang kesakitan. Bibirnya berdarah.
"Kurang ajar kau!"
Plak
Tampar Ray di wajah Berlian. Tamparan itu begitu keras. Wajah Berlian sampai biru.
"Pantas Nino menyebutmu wanita sok suci. Asal kamu tau, sebagai teman Nino, dia pernah bilang padaku kalau kamu itu perempuan sok suci. Di cium saja tidak mau. Pantas saja Nino selingkuh. Dasar perempuan hina!"
Plak
Ray kembali menampar wajah Berlian dengan keras.
"Hari ini kamu harus jadi milikku," kata Ray lagi. Ray kembali memaksa Berlian. Berlian terus melawan.
"Tuhan, selamatkan aku!" batin Berlian.
Brak
Pintu kamar Ray di dobrak.
"Siapa yang berani masuk ke kamarku?" kata Ray dengan marah.
Betapa terkejut Ray, melihat Saka datang membawa banyak anak buah.
"Kalian semua! Hajar dia tanpa ampun!" titah Saka.
Semua anak buah Saka langsung melaksanakan perintah. Mereka menyeret Ray keluar untuk menghajarnya.
Saka berjalan mendekati Berlian, dia melepas ikatan Berlian. Hatinya sakit melihat wanita yang dia cintai diperlakukan kejam oleh orang lain.
"Tidak akan ku ampuni si brengsek itu meskipun dia sujud di kakiku. Berani sekali dia menampar wajahmu," kata Saka. Wajahnya terlihat sedih.
Setelah ikatan Berlian lepas, Saka menggendong Berlian di tangannya, membawa Berlian keluar dari tempat itu.
Berlian sangat bersyukur Saka datang tepat waktu. Melihat Saka menolongnya, mata Berlian berkaca-kaca. Namun, sekeras mungkin Berlian menahan air matanya agar tidak jatuh. Berlian jatuh hati untuk pertama kalinya pada Saka, yang datang bagai dewa penyelamat di hidupnya.
Miko aja la kk Thor,kan dia yang berjumpa di awal
jadi ingat kata suamiku waktu aku op SC darurat,dia bilang istri saya yang utama dok,tanpa dia saya gak akan punya anak ☺️
biar ketahuan biang kerok mu