Istri mana yang terima bila diduakan dengan orang yang ditolongnya? Apalagi alasannya karena untuk membungkam mulut orang yang mengatakannya mandul. Hingga akhirnya sang suami melakukan perbuatan yang sangat dibencinya.
"Baiklah, aku beri kau 2 pilihan, terima Ima dan anaknya, atau ..." Nafas Adnan tercekat saat hendak melanjutkan ucapannya.
"Aku pilih yang kedua, BERPISAH." potong Aileena cepat tanpa basa-basi membuat Adnan bagai tersambar petir di siang bolong.
'Hebat banget kamu, Mas. Kamu lebih memilih menjandakan istrimu sendiri demi janda lain.' lirih Aileena Nurliah.
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.18 Menjadi ibu yang kuat
Tangis yang selama ini ia tahan pun tumpah. Beginilah Aileena sebenarnya. Ia selalu berusaha tampak kuat di luar . Namun, sebenarnya ia rapuh. Sangat rapuh.
Menangis dalam kesendirian. Menangis dalam kesepian. Meratap dalam kesepian dan kesendirian. Meluapkan dalam kesepian dan kesendirian.
Tiba-tiba sepasang tangan besar nan kokoh merangkul tubuh bergetar Aileena ke dalam pelukannya. Ia sandarkan wajah pada dada bidangnya. Lalu tangan kanannya mengusap-usap punggung Aileena mencoba memberi ketenangan.
"Menangislah. Tumpahkan semua kesedihanmu. Tumpahkan saja. Jangan kau tahan! Luapkan saja! Ada aku di sini." ucap seseorang tersebut.
Tangis Aileena makin pecah. Ia tumpahkan segala kesedihan yang membuncah di dalam dadanya. Ia luapkan segala emosi jiwa melalui bulir-bulir air mata. Aileena bertekad dalam hati, ini adalah tangisnya yang terakhir. Cukup sampai di sini ia menangisi nasibnya. Cukup sampai di sini ia menangisi akhir dari rumah tangganya. Ia harus jadi wanita yang kuat. Sebab ia adalah calon ibu dari anak dalam kandungannya. Ibu yang tangguh, ibu yang kuat. Ya, ia harus jadi sosok ibu yang kuat agar anaknya kelak bisa sekuat dirinya.
Setelah dirasa puas menumpahkan segala kepedihan dan kesedihannya, Aileena pun melepaskan diri dari pelukan entah siapa itu. Ia masih belum sadar. Aileena menyeka air mata yang masih menggantung di pelupuk matanya dengan punggung tangannya. Setelah merasa lebih baik, barulah ia mendongakkan wajahnya. Awalnya ia bingung melihat dada bidang yang berada tepat di depan dadanya. Namun, saat mengangkat wajahnya, Aileena langsung tersentak dengan pupil yang membesar dan mulut menganga.
"Astagfirullah, mas Fatur." seru Aileena kaget.
Aileena benar-benar terkejut melihat sosok di depannya kini yang tengah menyunggingkan senyum lebar ke arahnya. Entah sejak kapan sosok itu ada di sana dan matanya kian membelalak saat melihat kemeja bagian depan Fatur basah dan dapat ia pastikan itu karena air matanya.
"Bagaimana? Sudah merasa lebih baik?" tanya Fatur lembut sambil menyeka sisa air mata di pelupuk mata Aileena yang tampak menggantung setelah Aileena mengerjapkan matanya.
Hati Aileena menghangat mendapat perlakuan begitu lembut dan manis dari Fatur, namun segera ia tepis rasa itu sebab ia sadar siapalah dirinya. Ia hanya seorang janda yang tengah hamil anak mantan suaminya. Ia kini tak berani berharap akan dapat menjalin hubungan dengan seorang lelaki. Ia tak berani berharap akan datang seorang lelaki yang tulus mencintainya dan menerima segala kekurangan dan apa yang ada pada dirinya. Aileena hanya ingin fokus pada kehamilannya. Ia yakin, seiring berjalannya waktu, apalagi setelah kelahiran buah hatinya nanti, segala luka hati yang menderanya akan sembuh. Walaupun tak bisa melupakan, tapi setidaknya ia akan merasa jauh lebih baik nantinya.
Aileena mengangguk seraya tersenyum manis membuat Fatur yang jaraknya begitu dekat, jadi terpesona.
'Masya Allah, cantiknya. Ya Allah, jadikanlah ia jodohku ' ucap Fatur dalam hati.
"Maaf ya mas, bajunya ... jadi basah." ucap Aileena merasa malu karena bisa-bisanya menangis di dada seorang lelaki yang bukan siapa-siapanya. Bahkan ia sampai membasahi kemeja bagian depan Fatur.
"Tidak apa-apa. Aku senang bisa membantumu yah, walaupun hanya dijadikan tempat membuang air mata dan ..." Fatur menjeda ucapannya membuat Aileena penasaran ' ... dan apa?'
Lalu Fatur menunjuk ke ujung hidungnya sendiri, membuat Aileena mengerutkan keningnya, tampak berpikir. Seketika matanya membola saat menyadari apa artinya.
"Maaf." lirih Aileena sambil tertunduk malu.
Fatur terkekeh, "No problem. Sepertinya, kemeja ini nggak akan mas cuci. " ujar Fatur sambil terkekeh.
"Dasar jorok!" ejek Aileena sambil mengulum senyum.
"Biarin. Anggap aja sebagai kenang-kenangan."
"Dasar orang aneh." ejek Aileena lagi seraya memukul pundak Fatur.
Aileena lantas berdiri. Ia hendak masuk ke dalam rumah dan membuatkan Fatur minuman. Setelah selesai, Aileena menghidangkannya dan mereka pun menghabiskan sore bersama. Aileena senang, walaupun tadi ia sempat menangis, ternyata kehadiran Fatur mampu mengalihkan kesedihannya sehingga kini ia bisa kembali tersenyum bahkan tertawa.
...***...
"Anak-anak, bagaimana, apa yang diumumkan oleh pak Hanan kemarin, sudah dibawa semua kan? Nggak ada yang lupa kan?" tanya Aileena sambil berdiri di depan kelas.
Ya, kemarin anak-anak sudah mendengar pengumuman untuk membawa gelas dari rumah masing-masing. Sebab hari ini akan ada dokter dari rumah sakit yang akan datang memberikan penyuluhan pentingnya gosok gigi di SD Mercubuana.
"Sudah, buuuu." seru anak-anak serentak.
Aileena tersenyum lebar.
"Nanti kalau dokternya datang dan masuk ke kelas kalian, kalian harus memberi hormat ya! Terus dengarkan setiap penjelasan dokter. Kalau ditanya, dijawab, dan satu lagi, nggak boleh ri ..."
" ... buuut ." sahut anak-anak kompak.
Aileena tersenyum puas. Anak-anak didiknya sangatlah pintar dan penurut.
Tak lama kemudian, seseorang tampak mengetuk pintu ruang kelas dimana Aileena mengajar. Aileena lantas menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arah sumber suara. Aileena membelalakkan matanya saat melihat siapa yang mengetuk pintu itu.
"Radika ..." ucapnya, lantas Radika tersenyum lebar.
"Selamat pagi anak-anak." sapa Radika ketika mulai menginjakkan kakinya di dalam kelas.
"Selamat pagi pak dokter ..." seru anak-anak bersamaan.
Radika melemparkan senyum ke arah anak-anak, lalu menatap Aileena dengan tersenyum lebar.
"Selamat pagi, Bu Aileena." sapa Radika .
"Selamat pagi dokter Radika." balas Aileena dengan menekankan namanya.
Radika hanya tersenyum geli, ia yakin, pasti Aileena bingung mengapa ia bisa berada di sini sedangkan ia adalah seorang dokter kandungan.
"Nah, anak-anak, perkenalkan, nama dokter, dokter Radika, kalian bisa panggil pak dokter saja atau bisa juga dokter Dika. Hari ini, pak dokter akan memberikan penyuluhan pada kalian tentang pentingnya menggosok gigi. Siapa di sini yang rajin gosok gigi?" tanya Radika mencoba berinteraksi dengan anak-anak.
"Saya pak dokter, saya pak, saya dokter, ..." seru anak-anak menggema di ruangan kelas itu.
Tampaknya Radika berhasil menarik minat anak-anak. Ia juga dapat berinteraksi dengan baik. Radika juga membagikan sikat gigi dan pasta gigi secara gratis kepada anak-anak dibantu Aileena. Setelah semua kebagian, Radika pun membimbing anak-anak untuk menyikat giginya dengan baik dan benar di luar kelas .
Setelah semuanya selesai, Radika tidak langsung pulang. Ia justru menunggu kepulangan Aileena. Ia tau, Aileena selalu menggunakan mobil saat bepergian, jadi ia sengaja ke sekolah itu dengan tidak mengendarai mobilnya.
"Hai, Ai!" sapa Radika yang tengah duduk di bangku taman sekolah.
"Eh, kamu, Ka. " sahut Aileena terkejut. "Kok kamu belum pulang?"
"Aku nggak bawa mobil. Boleh nggak aku nebeng sama kamu? Bukan minta anterin ke apartemen kok, cuma ke supermarket di depan sana, ada yang mau aku beli di sana sebelum pulang." ucap Radika santai.
"Oh, hmmm ... baiklah." ucap Aileena.
Sebelum pulang, Aileena mampir dahulu ke pos penjaga sekolah. Sisa kue untuk para dokter tadi masih cukup banyak, jadi ia hendak membagikannya pada penjaga sekolah di sana. Radika tampak mengikuti langkah Aileena dengan jalan bersisian sambil bercengkrama. Di saat yang bersamaan, tampak Delima sedang berada di dalam sebuah taksi online bersama Nanda dalam gendongannya. Jalanan nampak padat merayap, jadi mobil itu melaju dengan lambat. Delima tampak menoleh ke sebuah sekolah yang terlihat sangat megah. Baru saja beberapa detik ia menatap ke sekolah itu, matanya seketika membola saat melihat apa yang ada di sana.
"Dika ..." ucapnya dengan pandangan nanar. Tapi pandangan itu berubah jadi keterkejutan saat melihat perempuan yang berada di samping Radika. Dapat ia lihat, Radika terus tersenyum ke arah Aileena, membuatnya mengepalkan tangannya.
"Dasar perempuan mandul. Mengapa mereka ada di sana? Oh ya, dia kan seorang guru, apa ini sekolah tempatnya mengajar, tapi mengapa Radika juga ada di sana? Bukankah Radika seorang dokter. Apa Radika kesana untuk menemui mbak Ai? Apa hubungan mereka ? Atau jangan-jangan ...." Nafas Delima tiba-tiba tercekat. Ia tidak terima bila Aileena bersama Radika. "Nggak-nggak, itu nggak mungkin." lirihnya dalam hati hingga tanpa terasa, setitik air mata mengalir di pipinya.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🙏...
Janjangan Delima mantannya Radika.. dan Doni kk nya Radika.. 😱😱😱
Karena kalau di awal..... namanya pendaftaran hahaha