Annette seorang bangsawan miskin yang tinggal jauh dari kekaisaran. Hidupnya terbilang sederhana akan tetapi penuh kebahagiaan. Hingga suatu hari masalah muncul di hidupnya.
Utusan kekaisaran tiba-tiba datang kerumahnya dan mengatakan jika dirinya telah menikah dengan kaisar dengan cara yang tidak diduga.
"Aku tidak mau! Aku mau cerai!"
Bagaimanakah kelanjutannya? Apakah Annette bisa bercerai atau tidak? Ayo pantengin terus ceritanya di "KAISAR AYO BERCERAI!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aif04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sia-sia?
Suara-suara aneh tersebut terasa semakin dekat dengan Annete.
"Wanita yang malang...dimana keluargamu? kenapa kau ada di tempat ini? Apa mereka membuang mu?" tanya suara tersebut.
"Aku tidak di buang! Aku datang kesini atas dasar keinginanku sendiri!"
"Keinginan sendiri? Terlihat menyedihkan, tidak akan ada yang akan menolong mu. Kau akan terus terjebak dalam tempat ini. Jiwamu tidak akan pernah bisa tenang."
"Kau!" geram Annete.
"Mati seorang diri, kesepian, tidak ada yang perduli. Benar-benar sangat menyedihkan."
"Diam! Ku bilang diam!" teriak Annete. Bayangan akan kematian di kehidupan sebelumnya berputar di kepala Annete.
"Tidak ada gunanya berusaha Annete...kematian sudah ada di depan mata..."
'Tidak...tidak...aku tahu bahwa aku hanya pemeran tambahan yang akan mati di dunia ini. Tapi...tapi aku sudah berusaha sejauh ini, aku sudah melakukan yang terbaik yang aku bisa untuk tetap hidup...namun, apa aku akan tetap mati sama seperti cerita aslinya?' batinnya.
"Ya bagus, putus asalah dan terima kematianmu dengan tenang..."
Kabut hitam mulai menyelimuti tubuh Annete yang terasa begitu kaku dan dingin.
'Apa ini sudah saatnya aku istirahat?' batinnya saat pandangannya mulai terasa gelap.
"BRAK!" pintu terbuka dengan paksa menampilkan sosok pria yang tidak begitu jelas bagi Annete.
"Annete!" panggilnya lalu dengan cekat mengeluarkan Annete dari sihir yang hampir membunuhnya.
"Hei Annete!" panggil Aldrich yang saat ini memeluk wanita tersebut.
Namun, Annete sama sekali tidak merespon, matanya kehilangan cahayanya. Wanita itu tampak seperti raga yang kosong.
"Annete!" panggil Aldrich namun wanita tersebut hanya menatap kosong padanya.
"Ha..sial!" geramnya.
"Romus, keluar sekarang atau aku akan membakar seluruh tempat ini. Bahkan bukan hanya tempat ini, aku juga akan membakar seluruh desa yang ada!" geram Aldrich.
Tepat setelahnya tiba-tiba saja seluruh lilin yang ada di tempat tersebut kembali hidup. Kini, Aldrich bisa melihat dengan jelas seluruh ruangan ini.
"Huh, yang mulia. Serahkan saja wanita itu pada saya, lagipula untuk apa Anda perduli pada manusia biasa sepertinya."
Aldrich mengangkat tubuh Annete lalu membawanya pada kasur yang ada di ruangan tersebut. Ia membaringkan Annete perlahan, layaknya membawa sesuatu yang begitu rapuh di tangannya.
'Sebenarnya siapa wanita itu?'
"Yang mulia, dia akan segera mati. Jadi, biarkan saya menikmati hidangan saya hari ini."
"Romus, buat dia kembali sadar!" pinta Adeline.
"Tidak bisa, dia adalah makanan saya," tolaknya.
Aldrich menaikkan sudut bibirnya, lalu tanpa aba-aba menyerang Romus.
"BRAK!" bunyi beberapa benda yang hancur akibat ulah Aldrich.
"Menyebalkan! Kau terlalu meremehkan ku," ujar Romus yang akhirnya berubah menjadi wujud aslinya. Sosok besar dengan kedua tanduk di atas kepalanya.
"Kau mungkin saja hebat, tapi aku adalah iblis ribuan tahun. Pergi dari sini dan tinggalkan wanita itu maka, aku akan mengampunimu mengingat kerjasama selama ini."
"Berisik," gumam Aldrich yang dengan cepat menyerang makhluk itu lagi.
Pertempuran terjadi dengan begitu hebat, kedua orang tersebut sama-sama memiliki sihir yang kuat. Namun, Romus bukanlah tandingan yang setara bagi Aldrich.
"BUGH!" Romus terjatuh di lantai dengan tubuh yang penuh luka.
"UGH, ter-ternyata kaisar saat ini benar-benar mengerikan, si-siapa kau sebenarnya..." gumamnya sebelum akhirnya berubah menjadi debu.
Ruangan yang awalnya gelap dan menakutkan terlihat menjadi sedikit terang dari pada sebelumnya.
"HNGH," leguh Annete membuat Aldrich berjalan mendekatinya.
"Apa kau mimpi indah?" tanyanya.
"Hmm tidak tahu tapi kepalaku sangat sakit," jawab Annete tanpa mengetahui siapa yang bertanya padanya.
"Itu pantas kau dapatkan," perkataan yang cukup kasar dari mulut Aldrich membuat Annete menatap sumber suara.
"DEG."
'Bagaimana dia ada disini? Apa aku melewatkan sesuatu?'
"Kenapa yang mulia ada disini?" tanya Annete.
Pria tersebut mendekat perlahan, setelah berdiri di hadapan Annete ia menarik dagu wanita tersebut.
"Kenapa aku disini? Bukankah ada seseorang yang sedang kabur sebelumnya?"
"Kabur? Saya tidak..."
Annete benar-benar merasa bahwa dirinya sama sekali tidak kabur ataupun melarikan diri.
"Kau ingin mengelak? Jelas-jelas saat ini kau berada di tempat ini. Bukankah aku sudah berulang kali mengatakan untuk tidak ke tempat ini!"
Jelas sekali, Aldrich tampaknya sedang marah besar pada Annete.
"Sa-saya...saya benar-benar minta maaf tapi...tapi bukankah tempat ini memang sangat aneh. Maksud saya seperti ada makhluk jahat yang mencelakai warga yang ada di sini dan...."
"Kau terlalu banyak ikut campur Annete," ujar Aldrich.
Pria tersebut sebenarnya hanya ingin wanita itu tetap aman, tapi mengatakan hal tersebut dengan kalimat yang baik cukup sulit baginya.
'Apa maksudnya dengan terlalu banyak ikut campur?' batin Annete tidak terima.
"Jadi Anda berpikir saya terlalu banyak ikut campur?"
"Hmm, tetaplah diam dan jangan lakukan apapun!"
"Jangan ikut campur? Setelah Anda meminta saya untuk menyelesaikan banyak kasus yang ada di buku itu. Sekarang Anda meminta saya untuk tidak ikut campur? Saya benar-benar tidak bisa mengerti jalan pikiran Anda."
Annete benar-benar bingung dengan sikap Aldrich.
"Mulai sekarang kau cukup diam di istana, untuk kasus yang ada di buku itu, kau tidak usah melanjutkannya lagi."
"Apa yang Anda maksud! Saya sudah berusaha keras untuk menyelesaikan beberapa kasus, bagaimana dengan perjanjian kita?"
Annete benar-benar tidak terima, dia sudah berusaha sangat keras dengan kasus-kasus yang ada di buku itu.
"Lupakan perjanjian itu."
Mata Annete menatap Aldrich tidak percaya.
"Ba-bagaimana dengan perceraian? An-anda sudah berjanji pada saya."
Wanita tersebut benar-benar tidak ingin mati sama halnya dengan apa yang tertulis di novel itu. Ia hanya ingin hidup tenang, tapi kenapa begitu sulit.
"Perceraian? Lupakan saja, lagipula 2 hari lagi adalah pengangkatan permaisuri. Kau tidak punya pilihan lain untuk mengikutinya."
Mendengar hal tersebut Annete terdiam sejenak dengan kedua tangan mengepal begitu kuat.
"Hahaha, ternyata selama ini saya begitu bodoh. Anda dari awal memang tidak setuju dengan perceraian itu. Tampaknya Anda cukup menikmati bagaimana saya berusaha namun tidak akan berhasil. Apakah itu tontonan yang menyenangkan?"
"Ya, itu menyenangkan."
Sebenarnya bukan begitu maksud Aldrich, diawal ia memang tidak terlalu perduli dengan perceraian dan perjanjian itu. Tapi, setelah kejadian hari ini Aldrich menyadari bahwa masih banyak kasus yang berbahaya di buku tersebut. Melihat sifat Annete maka pria itu yakin bahwa wanita ini akan tetap melakukan misi berbahaya sekalipun ia melarangnya. Jadi yang terbaik adalah menghapus perjanjian itu. Lagipula sekarang Aldrich mulai merasa nyaman dengan wanita ini.
"Ah, ternyata memang saya yang terlalu bodoh," gumam Annete dengan menggenggam erat kedua tangannya.
cari bahagia sendiri daripada sakit hati
di tunggu double up ny😍😍
semangat thor