Rudi seorang anak muda berumur 23 tahun, dari kota Medan.
Berbekal ijazah Diploma bertitel Ahli Madya, Dia berhasrat menantang kerasnya kota Batam.
Di kota ini, akankah dia menggapai cita, cinta dan masa depannya?
Karya ini terinspirasi dari kisah nyata seorang teman. Ditambah bumbu-bumbu imajinasi penulis.
Cerita tanpa basa-basi dan tanpa ditutup-tutupi. Hitam putihnya kehidupan anak manusia menjadi Abu-abu.
Ini bukan kisah seorang pahlawan tanpa cela dan juga bukan sholeh tanpa dosa.
Inilah realita kesalahan manusia yang diiringi sedikit kebaikan.
Selamat Membaca..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Manik Hasnan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.17 Titik Terendah
Cukup waktu seminggu bagi mereka untuk mengikat hati walau tanpa tali. Dengan kata lain mereka berdua telah menyatakan sebagai sepasang kekasih walau hanya dalam ikatan pacaran.
Orang-orang yang melihat mereka pada umumnya risih dan kurang suka.
Konon sewaktu masih di Malaysia sebagai TKW ternyata Erlin sudah mengikat tali pertunangan dengan seorang pria.
Yang mana pria tersebut sampai waktu ini masih di Malaysia. Menurut penuturan Erlin kepada Rudi, Erlin tidak mencintai pria tersebut. Semua yang dia lakukan adalah demi balas budi disebabkan pria tersebut banyak memberikan pertolongan kepada Erlin pada saat di Malaysia.
Dan karena hal ini jugalah orang tua Rudi yaitu Pak Abdul tidak setuju jika Rudi ingin menjadikan Erlin istrinya. Menjalin hubungan dengan orang yang sudah ada ikatan pertunangan adalah hal yang tabu atau bisa disebut cinta terlarang.
Namun seperti itulah cinta, di mana air tak dapat mengalir di sana cinta dapat merayap.
Di daerah Rudi mengambil alih tunangan seseorang bisa saja terjadi dan sah. Dengan syarat membayar uang atau mahar pertunangan sebanyak lima kali lipat kepada pihak yang telah mengikat tali tunangan tersebut. Dalam hal ini pria yang telah mengikat tali pinangan terhadap Erlin.
Banyak saudara yang telah menasehati Rudi, tapi keteguhan hatinya tak tergoyahkan. Hingga pada saat dia meminta orang tuanya melamar Erlin pada saat itulah Pak Abdul mendapat satu ide tanpa menolak hubungan mereka.
"Kamu boleh saja menikahi Dia, tapi kamu cari sendiri uang untuk mengganti mahar tunangan gadis tersebut." ucap Pak Abdul kala itu.
Dan kini hal yang ditakutkan Rudi akhirnya terjadi. Cita-citanya mempersunting Erlin telah gagal. Bunga mekar di taman, telah disunting orang lain. Penyesalan, kesedihan, perasaan kalah yang kini datang menjelma.
Dengan langkah gontai Rudi keluar dari wartel. Dunia terasa berputar dengan cepat, sendi-sendinya terasa goyang.
Semangatnya yang menggebu telah hilang diterpa badai semusim.
Untuk melampiaskan kesedihannya dia menuju warung tempat menjual minuman beralkohol. Lalu membeli sebotol minuman arak buatan china.
Flash Back Off
Hingga matahari menampakkan wajahnya di ufuk timur, dengan sinarnya yang hangat namun malu-malu.
Membelai wajah Rudi dengan lembutnya.
Rudi pun membuka matanya.
"Hmm.. Ternyata telah pagi." ucapnya dalam hati.
Dalam hatinya berharap semua ini hanyalah mimpi, nyatanya sinar mentari semakin panas di kulit.
Uang di kantong telah habis untuk ongkos wartel dan juga membeli minuman keras. Sementara semangat untuk bekerja di titik terbawah.
Untuk menambah semangat, Rudi kemudian membuat secangkir kopi. Di bawah pohon nangka kembali dia merenungi nasibnya.
Semua tidak lagi sama, banyak hal telah berubah.
"Aku harus kuat demi diriku sendiri." gumamnya.
Visinya tentang hidup ini bergeser dan juga tentang misinya telah berganti. Dulu demi dapat meminang anak gadis orang dia berusaha dengan keras. Tapi hari ini telah runtuh semua. Ke depannya dia akan hidup untuk kesenangan sendiri.
Waktu berjalan dengan cepat, setiap hari Rudi hanya bekerja dengan tujuan untuk makan dan selebihnya untuk bersenang-senang dengan diri sendiri seperti dengan mabuk-mabukan.
Namun dunia tak selamanya sama, karena waktu selalu dapat merubah segalanya. Sudah tiga hari ini, Rudi tidak berhasil menjual pasir. Ini disebabkan selama satu minggu tersebut tidak pernah hujan.
Perlu diketahui bahwa jika hujan turun, entah bagaimana tiba-tiba selalu banyak pasir di parit. Mungkin terbawa arus dari hulu.
Bang Sardi juga sudah jarang pulang, mungkin banyak kerjaan yang mengharuskan dia tidak pulang ke rumah. Persediaan makanan di dapur asli telah habis. Burung hasil tangkapan dari jerat juga sudah habis terjual. Rudi mulai panik dengan keadaan ini.
Di saat dia bingung dengan keadaannya tiba-tiba dua orang laki-laki dengan mengendarai sepeda motor berhenti di depannya. Sejenak Rudi melihat ternyata Doni datang dibonceng seseorang.
Di dalam hatinya Rudi menjerit bahagia, walau belum tahu apakah mereka akan membawa sesuatu atau tidak minimal ada teman berbagi kesusahan fikir nya.
Dan benar saja sesuai dugaan Rudi, setelah mereka berbincang-bincang. Doni menawarkan suatu pekerjaan.
Walaupun pekerjaan tersebut hanyalah pekerjaan kasar, hitung-hitung cari pengalaman dan menambah pergaulan. Rudi akhirnya setuju ikut bergabung.
Bersambung...
###
Beginilah Penulis Pinggiran, upnya ngga tentu.
Maklum Saya juga manusia biasa yang punya kehidupan nyata.
😊😊😊
🙏🙏🙏
###