Dia Suamiku, Bukan Ayah Pengganti

Rizal menggendong Rosella menuju mobilnya. Pria bermata teduh itu mengeraskan rahangnya melihat kedua lutut Rosella yang membiru, dengan pakaian koyak.

Rizal tidak yakin, tapi jika sampai Istrinya juga korban pelecehan. Maka dia berjanji akan menghancurkan Rania dan Ibunya tak tersisa.

"Bawa mereka berdua ke Markas Narendra, sedangkan yang lain terserah."

Kali ini, Rizal memutuskan akan tunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya. Dia bukan hanya seorang Penghulu, tapi dia bagian dari Narendra. Meskipun secara agama tidak ada nasab Ayah Andhika Narendra padanya. Tapi secara hukum, Rizal juga pewaris sebagian harta kekayaan Narendra. Karena Arrayan tidak ingin menguasainya seorang diri, dialah yang membaginya.

Rizal membawa Rosella ke rumah, membuat Anye yang sedang duduk di ruang keluarga sambil menemani anak-anaknya bermain terkejut seketika berdiri dan menghampiri adik iparnya.

"Ada apa dengannya?" Tanya Anye.

"Ceritanya panjang, Mbak tolong panggilkan Dokter keluarga. Dan untuk sementara aku akan tinggal di sini."

"Seharusnya justru harus tinggal selamanya."

"Nanti kita bahas lagi Mbak, kamarku masih sering dibersihkan?" Tanyanya.

"Tentu, ya sudah kamu bawa istrimu ke kamar lebih dulu. Mbak akan beri tahu Masmu."

Rizal merebahkan Rosella di kasur empuk yang sudah jarang ditiduri. Rizal tidak pernah datang menginap, paling hanya sesekali main saja.

"Kasihan kamu." Ucap Rizal sendu.

Setelah meletakkan istrinya di kasur, Rizal kembali menemui Kakak Iparnya.

"Mbak boleh pinjam baju dulu, aku mau gantikan pakaian Rosella. Yang longgar ya." Ucap Rizal.

"Iya... Iya.. Mbakmu juga sedang hamil, kamu tenang saja baju Mbak sekarang longgar-longgar kok."

Tidak hanya satu, tapi Anye memberikan setumpuk pakaian untuk Rosella.

Dengan telaten dan penuh kehati-hatian, Rizal melepaskan pakaian Rosella. Gerakannya sudah lembut, tapi masih membangunkan Rosella yang kini histeris.

"Tidak... Tidak... Jangan sentuh aku."

"Mas Rizal... Tolong... Aku takut..."

Rosella tidak berani membuka mata, tapi mulutnya terus saja meracau.

"Suuttthhh... Dengar ini aku, suamimu. Jangan takut." Suara Rizal menenangkan.

Begitu matanya dibuka, Rosella langsung memeluk erat tubuh sang suami. Dia menangis meraung merasa trauma, lalu sejenak tangisnya sedikit reda. Rosella meraba-raba perut buncitnya.

"Dia masih ada, sebentar lagi Dokter akan datang memeriksa kamu. Aku bantu ganti pakaianmu ya?"

Awalnya Rosella tampak ragu menjawab, tapi dia juga sedang lemas.

Rosella mengangguk dengan pipi merona, membuat Rizal gemas lalu menciumnya.

CUP

"Pipi kamu merona, aku sangat suka melihatnya." Ucap Rizal.

Rizal kemudian melepaskan keseluruhan pakaian Rosella, tidak ada nafsu saat melihat tubuh molek istrinya itu. Tapi ada rasa kagum yang luar biasa, kekaguman seorang pria. Tapi Rizal berhasil menekan hasratnya.

"Alhamdulillah." Ucap Rizal ketika melihat tubuh istrinya bersih dari jejak yang tadi sempat dia pikirkan. Tapi tetap dia tunggu pemeriksaan dari Dokter tentang indikasi kekerasan seksual, apakah ada atau tidak.

Rizal tidak berani bertanya langsung, takutnya memicu trauma untuk Rosella.

Tidak berapa lama Dokter keluarga datang, dan langsung memeriksa Rosella.

Fokus Rizal adalah kandungan Rosella, dia sangat khawatir dengan keadaan si kembar yang sedikit lemah.

"Bagaimana kondisi kedua janin kembarnya?"

"Semua baik, tapi... sepertinya hal ini bukan pertama kali ya? Maksudnya terjadi goncangan seperti ini? Kandungannya lemah sekali, saya khawatir. Jadi sebaiknya Nona, bedrest lagi." Ucap Dokter memberikan hasil diagnosanya.

"Baiklah, istriku akan melakukan bedrest."

Dokter pun pergi, kini tinggal Rosella dan Rizal di kamar.

"Ini rumah Kakakku, besok saja aku ceritakan. Sebaiknya kanu tidur. Dan mulai sekarang kita akan tinggal di sini." Ucap Rizal.

Dalam hati Rosella bertanya-tanya, siapa sebenarnya sang suaminya ini. Melihat luasnya kamar dan perabotnya.

Rosella bisa menebak, jika rumah ini adalah sebuah mansion mewah. Hanya keluarga kaya yang memilikinya.

"Tidak usah banyak berfikir dulu, kamu istirahat ya kasihan kembar. Aku akan ke dapur dulu untuk mengambilkan makanan." Ucap Rizal.

Beberapa saat kemudian, Rizal membawakan satu mangkok nasi soto ayam. Kebetulan Anye memang masak itu.

"Duduk dulu, biar aku siapi." Ucap Rizal dengan penuh kasih sayang membantu istrinya untuk duduk.

"Aku bisa sendiri." Ucap Rosella.

"Sudah diam, aku melakukan ini karena aku cinta sama kamu. Aku baru menyadari saat hampir kehilangan kamu tadi." Ucap Rizal.

Rosella menatap suaminya penuh arti.

"Gak usah dijawab dulu." Ucapnya.

"Hak..." Rizal menyuapkan sesendok nasi.

"Aku tahu, ini terlalu cepat. Bukan salahmu jika aku mudah jatuh cinta dengan istriku sendiri. Aku juga tahu di hatimu masih ada nama pria lain. Setidaknya biarkan aku memberimu perhatian sebagai seorang suami, jangan dorong aku untuk menjauh." Pinta Rizal.

Rosella diam tapi hatinya bergemuruh.

Dia ingin mengatakan jika cinta itu sudah tumbuh untuk Rizal. Tapi sepertinya pria yang menjadi suaminya itu masih menganggap dia memiliki rasa untuk ayah bayinya.

Tidak terasa semangkok soto tandas, Rizal tersenyum mengusap perut Rosella.

"Kalian sudah kenyang, sekarang tidur. Jangan nakal ya anak-anak." Rizal juga memberi kecupan singkat.

"Tidurlah dulu, aku masih ada urusan dengan keluargaku." Ucap Rizal.

Padahal saat ini Penghulu Muda itu sedang berada di penjara bawah tanah milik keluarga Narendra. Penjara yang baru diketahui ada setelah Arrayan bersih-bersih rumah. Penjara itu kemungkinan dibangun oleh Kakek mereka, tapi tidak difungsikan saat Ayah Andhika menjadi kepalanya.

"Bangunkan mereka." Ucap Rizal dingin.

Beberapa anak buah Arrayan pun merasa heran jika adik bosnya ini bisa juga bersikap kejam.

Byuurrr...

Rania dan Kepala Preman itu gelagapan saat bodyguard menyiram kepalanya dengan seember air yang dicampur banyak es batu kristal.

"Katakan kenapa kalian menculik Istriku?" Tanya Rizal dengan wajah garang.

"Dia yang menyuruhku." Ucap Kepala Preman menoleh menatap arah Rania.

"Dibayar berapa sampai kamu berani sekali mengusik bagian keluarga NARENDRA." Ucap Rizal menekan kata Narendra.

Rania terbelalak saat tahu jika Suami Rosella bukan Penghulu biasa. Dia merupakan keturunan Keluarga Narendra.

"Lepaskan dia, biar aku membunuhnya dengan tanganku sendiri." Ucap Rizal.

Kemudian Rizal memukuli Kepala Preman yang tubuhnya sudah tidak terikat. Rizal membabi buta hingga pada akhirnya manusia pertama yang sekarat atas perbuatanya yang diselimuti amarah.

"Bawa dia ke Rumah Sakit, setelah itu kirim ke Polisi. Dan sertakan bukti pengakuannya ini. Sekarang giliran wanita sundal ini. Tapi katanya dia sedang hamil."

"Hmmm... Bagaimana cara untuk menghukumnya?" Ucap Rizal ingin bersikap kejam tapi hati nuraninya tidak tega.

"Kirim saja video persetubuhannya dengan Kepala Preman kepada suaminya saja. Biar dia mendapatkan hukuman setimpal." Ucap salah seorang bodyguard Rizal.

Sementara itu Kendra yang sedang menyesap sebotol wine mendapatkan banyak pesan berisi foto dan video.

Foto bagaimana Rania punya banyak hubungan tidak hanya dengan Rendra. Tapi juga beberapa pria dewasa. Lalu terakhir video saat Rania sedang bersama dengan Kepala Preman. Dengan isi pesan yang mengatakan jika Rania ikut terlibat penculikan Istri seorang anggota keluarga Narendra.

Sebagai Adhitama, siapa yang tidak tahu nama keluarga terkaya lainnya.

Kendra merasa dirinya telah ditipu, dianggap bodoh oleh seorang Rania.

"Kamu terlalu angkuh Rania, tunggu saja apa yang akan Kendra Adhitama lakukan untuk Jalang sepertimu." Ucap Kendra akhirnya mau membuka mata tentang wanita yang menjadi pujaan hati sejak jaman SMA.

Kini nasib Rania ada di tangan dua keturunan keluarga berkuasa.