Trauma masa lalu mengenai seorang pria membuat gadis yang awalnya lemah lembut berubah menjadi liar dan susah diatur. Moza menjadi gadis yang hidup dengan pergaulan bebas, apalagi setelah ibunya meninggal.
Adakah pria yang bisa mengobati trauma yang dialami Moza?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17 Ulang Tahun Bella Part I
1 minggu kemudian....
Hari ini adalah hari ulang tahun Bella dan pagi ini Bella dan teman satu kelasnya sedang bersiap-siap untuk berangkat ke Bogor. Kedua orang tua Bella menyiapkan bus sedang untuk membawa Bella dan teman-temannya. Sedangkan mereka bawa mobil sendiri dengan sopir pribadi.
"Bagas, kamu mau berangkat bareng sama kita sekarang?" tanya Papa Heru.
"Bagas masih dinas setengah hari, mungkin nanti pulang dinas Bagas langsung nyusul ke Bogor sama Delon," sahut Bagas.
"Baiklah kalau begitu, jangan lupa sebelum berangkat kamu kunci rumah karena si bibi juga mau ikut untuk bantu-bantu Mama di sana," ucap Mama Reni.
"Siap!"
"Awas kalau kakak gak nyusul ya, aku bakalan ngambek," seru Bella.
"Iya, bawel," sahut Bagas.
"Jangan lupa beli hadiah juga," seru Bella.
"Idih, mana ada yang ulang tahun maksa ingin hadiah. Kakak belum gajihan, hadiahnya di undur dulu," canda Bagas.
"Gak mau, pokoknya kakak harus bawa hadiah," ketus Bella.
"Iya-iya, sudah sana masuk," seru Bagas.
Akhirnya mereka semua pun berangkat meninggalkan rumah. Tinggalah Bagas sendiri di rumah, dia sudah siap-siap mau berangkat dinas juga. Motor besarnya sudah dia panaskan, tinggal bawa helm dan tas kecilnya.
Sementara itu, Moza dan Una sedang siap-siap membereskan baju yang akan mereka bawa. "Jangan lupa bawa baju hangat, di Bogor dingin apalagi sekarang sedang musim dingin," seru Laras.
"Siap, Kak," sahut Moza.
"Acaranya itu kapan?" tanya Laras.
"Nanti malam," sahut Moza.
Setelah beberapa saat beres-beres, dia lihat bodyguardnya sudah memasukan alat DJ Moza ke dalam mobil. Kali ini dia memakai mobil Laras supaya lebih besar karena alat-alat DJ dia juga besar. Bodyguard bernama Herman itu sudah lama menjadi penjaga Moza dan Herman sudah menganggap Moza seperti anaknya sendiri.
"Sudah siap Bang?" tanya Moza.
"Sudah," sahut Herman.
"Kak Laras, Kak Rico, kita berangkat dulu ya," pamit Moza.
"Iya, kalian hati-hati dan selamat liburan," ucap Rico.
Herman membawa mobil itu, Una duduk di depan di samping Herman sedangkan Moza duduk di kursi belakang. "Moz, kita mau nginap di Villa mana? biar aku booking," ucap Una.
"Gak usah Kak, orang tua Bella sudah nyiapin Villa untuk kita katanya," sahut Moza.
"Oh gitu, syukurlah," ucap Una.
Sementara itu di kantor polisi. "Ah, berarti nanti aku bakalan ketemu lagi sama Moza," batin Bagas.
Sebenarnya niat Bagas itu dari awal ingin meminta maaf kepada Moza atas perlakuan dia di masa lalu tapi setiap setiap bertemu selalu saja ada salah paham membuat Bagas lupa akan tujuan awalnya. Kurang lebih selama tiga jam, Moza melakukan perjalanan Jakarta-Bogor hingga dia pun sampai di Villa milik keluarga Bella. Ternyata Bella dan teman-temannya sudah sampai duluan dan mereka histeris saat mobil Moza memasuki pekarangan Villa.
"Bel, Kak Moza datang!" teriak salah satu teman Bella.
Semuanya berteriak menyambut kedatangan Moza. Moza keluar dari dalam mobil dan Herman dengan sigap menghalangi Moza dari kerumunan anak-anak SMA itu. "Gak apa-apa Bang, jangan dijaga," ucap Moza.
"Tapi saya takut kenapa-napa," sahut Herman.
"Sudah, mereka cuma anak SMA gak bakalan ada yang nyakitin Moza," ucap Una.
"Baik, Bu."
Akhirnya anak-anak itu bisa bersalaman dengan Moza, DJ yang saat ini sedang digandrungi berbagai kalangan. Ada yang minta foto dan ada juga yang ingin memeluk Moza. "Sudah-sudah, biarkan Mozanya istirahat dulu," seru Mama Reni.
Moza tersenyum lalu menghampiri Reni dan Heru. Moza dan Una bergantian mencium punggung tangan Reni dan Heru membuat keduanya kagum akan sopan santun yang dimiliki Moza dan Una. "Moza, itu adalah villa untuk kalian tinggali," tunjuk Mama Reni.
"Ah iya, terima kasih, Tante," sahut Moza dengan senyumannya.
Villa itu memiliki dua bangunan, yang utama sangat besar bahkan dua lantai dan yang satunya lagi ada disamping bangunan utama dan itu hanya ada satu kamar. Di belakang Villa ada halaman yang asri dan sangat luas, yang nanti malam akan dijadikan tempat acara ulang tahun Bella. "Ya, sudah kalau begitu lebih baik kalian istirahat dulu," seru Papa Heru.
"Baik, Om. Terima kasih," sahut Una.
Kedua gadis cantik itu pun segera masuk ke dalam villa yang akan mereka tempati. "Kamarnya cuma satu lagi, terus Bang Herman nanti tidur di mana?" seru Moza.
"Sudah jangan mikirin Abang, Abang bisa tidur di sofa saja yang penting kamu nyaman tidur dan tidak ada yang mengganggu," sahut Herman.
Moza memeluk Herman sebentar. "Terima kasih ya, Bang, selama ini Abang selalu jagain aku," ucap Moza dengan senyumannya.
"Itu memang sudah tugas Abang, jadi kamu gak usah berterima kasih," sahut Herman.
Usia Herman kira-kira 46 tahun. Dia mempunyai istri dan belum dikaruniai seorang anak pun. Herman ditugaskan menjaga Moza sejak awal, lama-kelamaan Herman merasa sayang kepada Moza dan memperlakukan Moza layaknya anak sendiri.
Herman bahkan selalu jadi garda terdepan untuk melindungi Moza. Entah kenapa Herman begitu sayang kepada Moza, apalagi setelah tahu bagaimana kehidupan Moza selama ini. Selain Una, Herman memang kerap dijadikan tempat curhat oleh Moza.
***
Setelah selesai dinas, Bagas pun segera bersiap-siap untuk menyusul adik dan kedua orang tuanya ke Bogor. Bagas dan Delon memutuskan untuk memakai motor karena supaya lebih efektif dan bisa salip menyalip. "Kamu sudah siap, Lon?" tanya Bagas.
"Sudah."
"Let's go, kita berangkat!"
Kedua pria tampan itu pun langsung melesat dengan motor sport masing-masing. Dikarenakan mereka berangkat di siang hari pas terik-teriknya, jalanan lumayan lengang. Tepat pukul 16.00 sore, keduanya sampai di Villa kedua orang tua Bagas.
"Akhirnya sampai juga, pegal banget badan aku," seru Delon.
"Ya, sudah kita masuk dan istirahat," ajak Bagas.
"Apa kabar Tante, Om," sapa Delon.
"Alhamdulillah baik. Delon, kemana saja kamu sudah lama tidak main ke rumah," seru Mama Reni.
"Biasalah Tan, sibuk kerja," sahut Delon.
"Ke mana anak-anak? kok sepi?" tanya Bagas.
"Mereka sedang istirahat, tapi kalau Bella lagi berkuda sama Moza," sahut Mama Reni.
"Berkuda?" seru Bagas.
"Iya, tidak jauh dari Villa kita ini 'kan ada peternakan kuda jadi mereka lagi naik kuda di sana," sahut Mama Reni.
"Oh, ya sudah kita istirahat dulu," ucap Bagas.
"Kamar kalian sudah Mama siapkan di lantai dua yang di ujung, jadi kalian bisa lihat pemandangan dari kamar itu," seru Mama Reni.
"Ok."
Keduanya pun menaiki anak tangga menuju kamar mereka. Di dalam kamar itu ada dua ranjang dan jendela kamar itu langsung menghadap perkebunan dan peternakan warga di sana. Delon pun langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Ah, nyaman sekali rasanya," ucap Delon.
Sedangkan Bagas, dia membuka jendela dan melihat pemandangan di sekitar Villa itu. Dari kejauhan, Bagas bisa melihat Moza dan Bella sedang menunggangi kuda. Keduanya tertawa bersama, Bagas sampai melongo karena selama sekolah Moza tidak pernah terlihat tersenyum sedikit pun lebih tepatnya Bagas tidak peduli kepada Moza.
"Cantik," gumam Bagas.
