Penderitaan yang dialami Hana selama ini kini terbalas melalui Seorang perempuan yang dibawah oleh Suaminya untuk dijadikan Madu untuknya.
Dia tidak pernah menyangka Hidupnya akan berbeda dan Terlindungi oleh Madu yang dianggap sebagai saingan dan juga penderitaan.
Madunya Tidak hanya menjadi pelindung Tapi juga Bisa mengembalikan segala Yang dia miliki yang selama ini gdi kuasai suami dan juga keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Kaya menatap tajam keduanya dengan tangan mengepal walau dia tersenyum paksa, matanya tidka berbohong jika dia menyimpan bara api untuk mertua dan juga adik iparnya itu.
"Aku masuk dulu, aku akan membawa masuk Hana ke kamarnya, aku tidak mau dia mengamuk disini, tadi saja dia mengamuk disana setelah dikejutkan listrik".
Kayya melepaskan pegangan Arman dengan pelan, berusaha mengontrol emosinya yang akhir-akhir ini sering meledak, mungkin dia bisa melihat sendiri bagaimana perlakuan mereka karena selama ini dia hanya bisa dia lihat dari laporan orang suruhannya.
Tanpa sepatah kata pun Kayya mendorong kursi roda itu meninggalkan ketiganya yang menatap kepergian nya dengan banyak pandangan.
Anita yang sejak tadi memperhatikan sikap Kayya merasa janggal, entah mengapa dia meragukan perempuan itu tapi dia tidak bisa berbuat banyak karena anaknya sangat mencintainya dan tidak segan mengusir mereka jika mengusiknya.
"Aku harus cari tahu, aku tidak yakin dengan perempuan itu, entah mengapa dia selalu menatap sinis kepada kami tapi ditutup dengan senyuman, atau itu hanya perasaan ku saja".
Anita menghela nafasnya, dia harus berpikir cepat untuk bisa menyingkirkan dia perempuan itu dari hidup anaknya setelah mereka menguasai harta Hana, anaknya ini terlalu mempercayai Kayya dalam segala hal bahkan bertindak kasar pada adiknya karena ulah Kayya.
"Ibu dengar sendiri, walau Kayya itu bermulut tajam pada kalian, dia sangat peduli pada kalian, jadi jangan ganggu dia biarkan dia berbuat seenaknya seusai keinginannya, dan turuti apa yang dia katakan terutama jika berkaitan dengan Hana".
Arman sengaja memperingatkan ibu dan adiknya ini agar tidak membuat masalah dengan istrinya.
"Nak jangan seperti itu, kamu tidak boleh percaya 100 persen pada istrimu itu, kami ini keluargamu, jangan sampai kamu kehilangan kami karena terlalu percaya padanya".
Anita menatap sendu sang anak, dia tidka mau anaknya mendapatkan kesalahan dalam memilih.
"Sudahkah bu, aku tahu apa yang terbaik untuk aku, aku hanya minta pengertian ibu untuk tidak mengusik istriku, jangan buat aku jadi anak durhaka karena ibu tidak mau mendengar perkataanku". Ucap Arman dengan kesal.
Aini yang berada di sebelah sang ibu mendengus kasar, kakaknya sudah berubah semenjak menikahi wanita iblis itu, bahkan dia berani menamparnya padahal selama ini kesalahan apapun yang dia perbuat kakaknya tidak pernah melakukannya.
"Jangan begitu kak, ibu itu ibu kandung kakak, selama ini ibu berjuang membesarkan kita hingga kakak bisa seperti ini, hanya demi perempuan itu kakak bersikap seperti itu pada ibu, itu keterlaluan namanya". Ucapnya dengan berani.
Dia langsung terdiam melihat wajah kakaknya yang berubah merah karena perkataan dirinya barusan, sepertinya dirinya salah berbicara karena kakaknya terlihat sangat marah.
"Dengar Aini, aku tidak melupakan jasa ibu terhadapku, itu sebabnya aku selama ini menuruti apapun keinginan kalian selama aku bisa". Ucapnya dengan suara bergetar menahan amarah.
"Selama ini, tidak ada satupun uang yang tidak kuberikan pada ibu jika dia meminta padaku sama seperti mu, aku melakukannya karena aku tahu jika ibu membesarkan aku seorang diri dan sangat berat, aku tahu dan ingat".
Aini menelan salivanya melihat mata kakaknya berkaca-kaca dan juga menahan amarahnya.
"Aku menikahi Hana juga atas permintaan ibu agar kita semua bisa hidup enak, tapi ketika aku meminta hal yang ringan saja, kalian malah menuduh aku melupakan keluargaku?? ".
"Nak, adik kamu tidak bermaksud begitu". Ucapan Anita terpotong karena Arman mengangkat tangannya menyuruhnya agar diam.
Anita menutup mulutnya karena tahu anaknya kini tengah dikuasai amarah.
"Kalau kau merasa kakakmu ini keterlaluan, kau bisa angkat kaki dari sini Aini, aku sudah cukup melakukan tugasku sebagai seorang kakak dan anak selama ini, jika kau ingin tinggal turuti aturan ku, jangan banyak tingkah".
Arman menggebrak meja kaca itu kemudian pergi dari sana, dia tidak mau kembali mengasari adiknya seperti waktu itu.
Kedua wanita beda usia itu tersentak dan terkejut melihat aksi Arman barusan.
Anita segera menghampiri sang anak, dia tidak mau putrinya ketakutan dan memutuskan untuk pergi dan meninggal kan dirinya sendiri.
"Sudah lah nak, biarkan kakakmu untuk saat ini, dia sedang dibutuhkan oleh perasaan cinta yang menggebu pada istri nya, kita harus bermain cantik agar kakakmu tidak marah pada kita".
"Tapi bu, kak Arman sudah keterlaluan, bagaimana mungkin dia bersikap seperti itu pada kita berdua padahal waktu bersama Hana, kak Arman tidak pernah menolak apapun perkataan ibu sekarang, jangankan mendengar kita, kita salah sedikit langsung diusir".
"Kita harus main cerdik nak, kita harus vari tahu tentang wanita ular itu, ibu tidak yakin bisa mempercayai dirinya, entah feeling ibu mengatakan dia itu akan mendepak kita dari kehidupan kakakmu".
"Iya bu, kita harus cari tahu semuanya agar mudah menyingkirkannya nanti, ibu tahu sendiri sikap kak Arman sudah tidak bisa diberi toleransi jika menyangkut perempuan itu, entah apa yang dia berikan pada kak Arman sampai kak Arman BUCIN sama dia".
Sedangkan Kayya yang berada tidak jauh dari mereka pun menyeringai sinis, bagus sekali rencananya untuk menghancurkan keluarga Arman sudah berjalan, tinggal tahap akhirnya nanti yang betul-betul tidak akan mereka sangka.
"Kalian lebih dulu memulai karena menyakiti orang yang ku sayangi aku tidak akan pernah tinggal diam kalian melakukan itu pada kakakku, akan ku balas ribuan kali lipat sakitnya".
Dia berjalan masuk kedalam kamar suaminya untuk memberikan Arman minuman, itu memang air putih tapi sudah dia campur dengan obat tanpa rasa dan juga bau.
"Minum dulu mas agar kamu lebih tenang, aku tadi dengar keributan dibawah, kamu tidak apa?? ". Tanyanya dengan perhatian.
Arman mengambil gelas itu dan langsung meminumnya, Kayya tersenyum tipis tanpa Arman sadari karena jebakannya berhasil.
"Tidak apa dek, aku hanya sedang Enda pendapat dengan keluargaku tentangmu, maaf yah sepertinya keluargaku belum bisa menerima kamu sepenuhnya". Ucapnya dengan penuh sesal.
Wajah Kayya tiba-tiba berubah sendu, dia harus bisa memainkan perasaan Arman terus menerus agar Arman patuh padanya.
"Maaf yah mas, karena aku kamu jadi berantem dnegan keluargamu, padahal aku tidka ada maksud seperti itu, aku memang seperti ini dan ceplas-ceplos, tapi aku sangat memikirkan mereka kok". Ucapnya dnegan wajah cemberut.
Arman semakin merasa bersalah karena tahu istrinya itu kecewa karena keluarganya tak bisa menerimanya dnegan hangat.
" Tidak apa sayang, aku tahu niatmu baik hanya saja keluargaku menganggap aku ini masih seperti anak kecil yang selalu bisa diatur dan dikendalikan ".
"Iya mas, tapi kamu harus tegas pada ibu dan adikmu aku takut mereka malah menyerangku".
mengasuh bagusnya
apakah dia adik yang hilang??