NovelToon NovelToon
Rise Of The Rejected

Rise Of The Rejected

Status: sedang berlangsung
Genre:Akademi Sihir / Epik Petualangan / Fantasi / Balas Dendam
Popularitas:862
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nuraida

Ardan Kael tumbuh di Akademi Aetherion — sekolah elit bagi para pengguna kekuatan elemental.
Tapi di usia 16 tahun, hasil ujiannya menunjukkan “nol energi.” Ia dicap Reject, dibuang dari akademi, dan diusir dari keluarganya sendiri.

Namun, pada malam ia hendak bunuh diri di tebing Aetherion, ia mendengar suara aneh dari bayangannya sendiri:

“Kau gagal bukan karena lemah... tapi karena kekuatanmu terlalu kuat untuk dunia ini.”

Suara itu membangkitkan sesuatu yang telah lama tersegel dalam dirinya — Void Energy, kekuatan kegelapan yang bisa menelan seluruh elemen.

Dari situ, Ardan bersumpah untuk kembali ke akademi, bukan sebagai murid...
Tapi sebagai mimpi buruk bagi semua orang yang pernah merendahkannya.

“Kalian menyebutku gagal? Baiklah. Aku akan menunjukkan arti kegagalan yang sebenarnya.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 – Duel di Bayang Arena

Bayang Arena, tersembunyi jauh di bawah Valenforge di ruang bawah tanah yang dulunya adalah saluran air kuno, adalah jantung kriminal dan adrenalin kota. Tempat itu hanyalah lingkaran batu yang remuk, dikelilingi oleh tangga-tangga batu yang dipenuhi penonton. Pencahayaannya minim, hanya berasal dari obor api yang dipasang acak, memberikan arena itu suasana sinematik, gelap, dan berbahaya.

Udara kental oleh bau keringat, darah, dan sisa-sisa energi sihir. Di tempat ini, tidak ada aturan Aetherion; yang ada hanyalah bertahan hidup, uang, dan pamer kekuatan liar.

Saat Ardan melangkah ke pinggir Arena, ia disambut oleh sorakan kasar. Ia mengenakan jubah perak gelap yang diberikan Serena. Tudung menutupi wajahnya, sementara sihir ilusi Serena memastikan siapapun yang menatapnya hanya melihat bayangan yang bergerak samar—The Shade.

Serena berdiri di barisan penonton, tersenyum lebar. Ia tidak memandang Ardan, tapi Ardan bisa mendengar bisikannya melalui tautan mental Illusioncraft: “Jangan lupakan tujuannya, Void. Hanya taklukkan, jangan bunuh. Aku ingin Solan panik, bukan menyatakan perang total.”

Di seberang Arena, berdiri lawan Ardan, target pembalasannya: Rion Valcrest.

Rion tampak angkuh dalam jubah tempur Aetherion-nya yang dimodifikasi. Ia dikelilingi oleh murid-murid elit lainnya, termasuk Lyra Edevane. Lyra berdiri sedikit di belakang, wajahnya tegang, terganggu oleh lingkungan gelap itu.

Rion melangkah maju, tatapannya menyapu Ardan. "Kau pasti si 'Penyihir Bayangan' yang diperbincangkan itu," Rion mencibir. "Aku kemari dalam misi Akademi Aetherion, mencari energi gelap yang mengganggu Valenforge. Kau, dengan aura 'kekacauan' yang dingin itu, terlihat sangat mencurigakan."

Rion mengeluarkan pedang besarnya—Hellflame Sword. Baja pedang itu langsung menyala, dibalut api merah menyala yang menderu-deru, memanaskan seluruh Arena. Api itu adalah simbol kekuatan Rion, simbol statusnya di atas Ardan.

"Aku akan membawamu ke Grandmaster Solan. Bersyukurlah. Ini akan jadi pembersihan yang cepat," tantang Rion.

Ardan tidak menjawab dengan kata-kata. Ia hanya mengangkat tangan kirinya.

Penonton terdiam, menanti mantra.

Tapi Ardan tidak mengucapkan mantra. Dari telapak tangannya, Void Energy keluar. Itu bukan percikan api, bukan hembusan angin. Itu adalah massa kegelapan yang kental, bergerak lambat, namun penuh ancaman, seolah melahap cahaya obor di dekatnya.

Ini adalah perwujudan kebenciannya.

“Ayo, Rion. Tunjukkan padaku api nerakamu,” pikir Ardan, suaranya di dalam benaknya kini terdengar lebih mirip The Whisper.

Wasit arena, seorang pria bertato rune, melambaikan tangannya. "Mulai!"

Rion menyerang lebih dulu. Ia melompat, pedangnya diayunkan dalam busur api yang masif.

"Api Neraka: Tebasan Sembilan Kepala!"

Api itu menyebar seperti naga, bergerak lurus ke arah Ardan.

Ardan hanya berdiri diam. Ia telah mempelajari reaksi Void Energy. Void tidak perlu menghindar; Void hanya perlu menelan.

Tepat sebelum api itu mengenainya, Ardan membentuk Void Energy menjadi perisai setengah lingkaran di depannya.

Tssshhhh...

Nyala Api Neraka Rion, yang seharusnya membakar batu, menghantam perisai gelap itu dan menghilang. Tidak ada ledakan, tidak ada asap. Hanya kehampaan yang menelan. Api itu lenyap, seolah tidak pernah ada.

Para penonton tercengang. Api adalah elemen primer. Tidak ada yang bisa melenyapkannya begitu saja.

Rion mendarat dengan tidak percaya, matanya melebar. "Mustahil! Kau... kau menelan apiku?"

Ardan mengambil langkah pertama. Langkahnya lambat, berat, seolah ia membawa bayangan seluruh Desa Tersisih di punggungnya.

"Void: Jaring Entropi," bisik Ardan.

Dari perisai Void, energi gelap itu menyebar di lantai Arena seperti jaring laba-laba. Jaring itu merayap di permukaan batu, dan di mana pun ia menyentuh, rune-rune sihir perlindungan arena itu langsung padam, diserap.

Rion segera melompat mundur, berusaha menjauhi jaring gelap itu. Ia tahu sihir gelap, tapi ia tidak pernah melihat sihir yang bekerja dengan cara ini—begitu pasif, namun begitu mematikan.

"Sihirmu adalah kekacauan murni!" teriak Rion. "Aku akan membersihkannya!"

Rion menusukkan pedangnya ke tanah. "Api Neraka: Pilar Pemurnian!"

Pilar api besar menjulang dari tanah, mencoba membakar dan memurnikan Jaring Entropi Ardan. Pertarungan kini menjadi konfrontasi ideologis: Api Tatanan melawan Kegelapan Kekacauan.

Saat api dan Void bertemu, udara bergetar hebat. Tapi alih-alih saling menetralkan, Void Energy Ardan mulai bereaksi seperti yang diajarkan Elandra: The Great Devourer aktif, ia mulai "memakan" inti dari api Rion.

Pilar api Rion meredup. Warnanya memudar dari merah menyala menjadi oranye kusam, lalu menjadi abu-abu. Kekuatan api itu disedot keluar, meninggalkan Rion terengah-engah.

Rion menarik pedangnya dengan panik. Ia mulai menyadari: ini bukan sekadar duel, ini adalah pengurasan energi.

"Rion, hentikan!" teriak Lyra dari kerumunan, cemas. "Sihirnya terlalu berbahaya! Jangan biarkan dia mendekat!"

Lyra mencoba melangkah maju untuk membantu, tapi murid di sebelahnya menahan. "Ini duel, Lyra. Biarkan Rion menangani 'sampah' ini."

Mendengar kata 'sampah' membuat Ardan kehilangan sedikit kendali. Kebenciannya memuncak. Wajah Ardan di bawah tudung menegang.

“Bunuh dia. Tunjukkan pada mereka harga kata-kata itu,” bisik The Whisper dengan sangat kuat, mengambil kendali atas emosinya.

Ardan mengangkat tangannya, Void Energy menyelimuti lengannya. Ia tidak lagi mencoba membentuknya; ia membiarkannya lepas.

"Void: Tangan Penghakiman," gumam Ardan.

Massa energi hitam itu meluncur lurus ke arah Rion dengan kecepatan yang menakutkan, tujuannya kini jelas: menelan Rion seluruhnya.

Rion, dalam keputusasaan, mengumpulkan semua sisa Api Nerakanya ke pedangnya, menciptakan perisai api darurat.

BLAAARR!

Void dan Api bertemu dalam benturan energi yang memekakkan telinga. Namun, Void menang. Perisai api Rion retak, Void Energy menembus, dan menghantam dada Rion.

Rion terlempar ke dinding batu dengan bunyi BRAK!. Ia jatuh, pedangnya terlepas, dan ia batuk darah. Bagian jubah tempurnya, tempat Void mengenainya, telah lenyap, seolah-olah ditarik dari realitas. Ia terluka parah, tapi masih hidup.

Ardan maju, kakinya gemetar. Ia hampir mencapai batas kendalinya. Void Energy di sekitarnya begitu liar hingga ia bisa merasakan vitalitasnya sendiri terkuras.

Rion berjuang untuk bangkit. Matanya, yang selalu penuh kesombongan, kini dipenuhi ketakutan murni.

Ardan mengangkat tangannya untuk pukulan akhir. Ia akan mengakhirinya. Ia akan melenyapkan salah satu simbol utama Aetherion dan mengirim pesan kepada Solan.

“Selesai. Tatananmu runtuh,” kata The Whisper, suaranya euforia.

Tiba-tiba, sebuah suara yang keras namun menenangkan menembus pikirannya. Bukan The Whisper, bukan pula suara manusia di Arena. Itu adalah suara Elandra.

“Kontrol, Ardan! Kontrol! Itu bukan pembalasan, itu konsumsi total! Kau bukan pembunuh. Kau adalah arsitek! Ingatlah Lyra, ingatlah dirimu yang dulu!”

Suara Lyra. Sosok Lyra yang ketakutan di kerumunan. Itu menusuk lapis demi lapis kabut kebencian yang diciptakan The Whisper.

Ardan menarik napas dalam-dalam, memaksakan kendali. Ia berjuang keras melawan The Whisper yang ingin menelan Rion.

Dengan kekuatan mental yang mengerikan, Ardan memaksakan Void Energy-nya untuk berhenti. Energi hitam itu membeku, melayang tepat di atas wajah Rion yang babak belur.

Lalu, Ardan membuat keputusan moral pertamanya sebagai Void.

Ia tidak membunuh Rion. Ia hanya menyentuh dada Rion dengan ujung Void Energy.

"Kau. Gagal," bisik Ardan dengan suara yang dalam.

Tssshhh.

Void Energy itu tidak menghancurkan Rion. Ia hanya menelan semua energi sihir Rion. Dalam sedetik, semua rune di jubah Rion padam, dan Rion, sang pemegang Hellflame Sword, jatuh pingsan, sepenuhnya dikosongkan dari energi magisnya.

Ardan menoleh ke kerumunan. Tidak ada yang berani bergerak. Duel itu selesai. Pemenang: The Shade.

Ia melihat Lyra Edevane, yang kini berlari ke arah Rion, air mata mengalir deras. Lyra menatap ke arah Ardan (The Shade), matanya dipenuhi teror, tapi juga kebingungan.

Ardan berbalik dan berjalan menjauh, kembali ke bayangan. Ia telah membuat kekacauan, mengirim pesan, dan yang paling penting: ia menahan diri.

Saat ia mencapai lorong gelap, Serena Thorne menyambutnya, senyumnya kini serius.

"Luar biasa, Void. Kau menaklukkan Rion Valcrest. Ini akan mengguncang Aetherion hingga ke akarnya," kata Serena, Illusioncraft-nya mulai memudar. "Tapi kenapa kau tidak membunuhnya? Itu akan lebih meyakinkan."

"Aku bukan alatmu, Serena," jawab Ardan, suaranya bergetar karena kelelahan. "Aku punya tujuan sendiri. Dan Rion... dia hanya pion yang salah arah."

“Kesalahan, Ardan. Kesalahan besar. Jangan biarkan Lyra mengendalikanmu lagi.” The Whisper kesal, tapi suaranya sudah lemah.

"Itu adalah kemenanganku," kata Ardan, mengabaikan The Whisper. "Sekarang, Grandmaster Solan akan panik. Apa langkah The Eclipse Order selanjutnya?"

"Kita bertemu di tempat yang sama besok malam," jawab Serena, matanya kini penuh penghormatan baru. "Solan pasti akan mengirim yang terbaik setelah ini. Bersiaplah, Ardan. Pertunjukan utamamu baru saja dimulai."

Ardan kembali ke gubuknya di Desa Tersisih, membiarkan Void Energy dan Illusinya memudar. Ia ambruk di lantai, kelelahan total.

Ia telah membalas dendam pertamanya. Ia telah membuktikan bahwa ia bukan Nol. Dan ia telah mempertahankan misi moralnya.

Kita telah menyelesaikan duel epik antara Ardan (The Shade) dan Rion, dengan hasil Rion kalah dan Ardan berhasil mempertahankan kendali moralnya.

1
azizan zizan
nah ini Nih sering kali kebanyakkan para pemula ingin membuat novel melakukan kesalahan yang boleh mencacatkan sesebuah karya perkataan2 di bab yang lepas di ulang kembali di bab baru.. jika para pemerhati yang menyinak tahu apa yang mereka cakap... novel sampah.. maaf Thor komentar aku ini kasar... kau perlu perhatiin yang itu.. jangan terlalu abal2 membuat sesebuah novel.. jika ingin orang menghargai sebuah karya yang kita buat kita perlu menghargai para pembaca juga itu baru adil...
azizan zizan
ku mampir Thor di novel mu... semoga mc meluluhlantahkan kekaisarannya sama rata dengan tanah usah pedulikan bai atau jahat di pukul rata...🤭🤭🤭🤭
maulida
mampir bentar biar GK lupa baca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!