Pertempuran sengit di hutan Daintree menjadi titik balik dalam perburuan harta karun misterius. Bernard dan timnya terjebak dalam wilayah musuh yang menyamar sebagai suku pedalaman. Pertarungan demi pertarungan membuat mereka harus memilih antara bertahan hidup atau menjadi korban dari permainan berbahaya ini.
Kini, badai sesungguhnya mulai datang. Musuh bukan lagi sekadar kelompok bersenjata biasa—tapi sebuah kekuatan tersembunyi yang bergerak di balik layar, mengintai setiap langkah Bernard dan sekutunya. Hujan, malam, dan hutan gelap menjadi saksi pertarungan antara nyawa dan ambisi.
Sementara Bernard berjuang sendirian dalam keadaan terluka, Garrick dan tim bergerak semakin dekat, menghadapi ancaman yang tak lagi sekadar bayangan. Di sisi lain, Pedro menyusup ke dalam lingkaran musuh besar—mendekati pusat rencana penyerangan terhadap Alexander dan kekuatan besar lainnya.
Apakah Bernard dan timnya akan berhasil keluar dari hutan maut itu? Atau justru badai dendam dan ambisi akan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Brengsek!" gerutu Cortez seraya turun dari pohon. Ia sudah mengawasi keadaan hutan cukup lama, tetapi ia merasa tidak menemukan keanehan apa pun. "Jika Tyson dan pasukannya berhasil dikalahkan dengan mudah, maka pasukan musuh sangat kuat. Tapi dengan begitu, aku mengetahui bahwa hutan ini memang berpenghuni."
Cortez mengamati pasukannya yang sudah bersiap siaga. "Aku harus berhati-hati agar kejadian yang sama tidak terjadi padaku dan yang lain. Musuh mengetahui seluk beluk hutan ini dengan sangat baik. Mereka bisa datang dari arah manapun."
Cortez mendekati salah satu bawahannya. "Bagaimana dengan pasukan bantuan yang dikirimkan Tuan Rebel? Kapan mereka akan tiba di tempat ini?"
"Pasukan bantuan masih dalam perjalanan saat ini. Mereka kemungkinan akan tiba sekitar dua jam lagi."
Cortez berdecak. "Bagaimana dengan kabar di tempat lain?”
"Pasukan kita yang berada di dekat gua batu belum melaporkan apapun lagi."
"Kita hanya akan bergerak jika bantuan datang dan waktunya tepat." Cortez memasuki tenda, menonton tayangan penyerangan yang dilakukan oleh pasukan musuh. "Brengsek! Mereka sangat cepat dan terarah. Mereka bukan orang-orang sembarangan. Pasukanku sekarang berada di bawah kemampuan mereka sekarang. Aku hanya bisa menang dengan mengandalkan jumlah pasukan."
Cortez menyandarkan punggung ke kursi. "Aku harap kau masih hidup, Tyson. Aku tidak akan memaafkanmu jika kau mati di tangan musuh."
Sementara itu, Tyson dan pasukannya masih berada di tempat penyekapan. Beberapa anggota keluarga Hillborn berjaga dengan ketat di luar ruangan. Banyak CCTV dan senjata yang berada di dalam ruangan. Nyaris mustahil bagi Tyson dan yang lain untuk melarikan diri, terlebih mereka terikat di dinding dengan rantai besi.
Tyson membuka mata perlahan, mengerjapkan mata berkali-kali. Ia merasakan sekujur tubuhnya kesakitan. Raganya menempel di dinding dengan kaki, leher, dan tangan yang terlilit oleh rantai besi. Musuh berhasil menyekapnya dan terus memaksanya untuk membuka mulut dengan cara menyiksanya.
Tyson menatap rekan-rekannya yang masih tidak sadarkan diri. Ia mendengar suara langkah di luar ruangan. "Dasar brengsek! Mereka sudah menghinaku sampai sejauh ini."
Tyson terdiam ketika melihat pintu terbuka. Tiga orang pria dengan penutup wajah memasuki ruangan.
"Kau bangun lebih awal," ujar seorang pria bertopeng yang tidak lain adalah Morgan. Ia memberi tanda pada dua anggota lain untuk membangunkan tahanan lain.
Dua orang itu seketika menampar rekan-rekan Tyson dengan kuat hingga mereka bangun dan tersadar.
Morgan menekan sebuah tombol. Sebuah layar tiba-tiba muncul, menunjukkan beberapa orang yang berjaga di pinggiran hutan saat malam hari. "Apa kau mengenal mereka?”
Tyson mendengkus kesal, menoleh ke sisi lain. "Aku tidak mengenal mereka."
Morgan tersenyum tipis. "Tapi, aku yakin kau mengenal orang itu."
Tyson menunduk. "Aku tidak mengenal siapa pun dari mereka."
"Kau memiliki adik yang sangat peduli padamu. Cortez mendatangi hutan ini sejak kemarin untuk menolongmu."
Tyson terkejut, melirik ke arah layar. Ia melihat Cortez tengah berbincang dengan beberapa orang. "Brengsek! Kenapa dia justru mendatangi tempat ini? Dia dan orang-orang bodoh yang bersamanya hanya akan menjadi orang-orang sialan ini."
"Mereka tidak akan bisa mencapai tempat ini, bahkan untuk melewati tempat bekas kalian berkemah pun mereka tidak akan bisa. Kami sudah memperketat penjagaan dan menyebar pasukan ke banyak tempat. Hanya dalam hitungan menit, kami bisa mengalahkan mereka seperti kami mengalahkanmu dan yang lain."
Tyson mendengkus kesal, menoleh ke sisi lain. Ia nyaris tidak mungkin lepas dari tempat ini karena penjagaan yang sangat ketat.
"Atasanmu yang bernama Rebel tampaknya tidak terlalu peduli padamu. Dia justru menyeret adikmu dalam masalah ini. Bukankah dia hanya satu-satunya keluarga yang kau punya? Bagaimana kalau dia terluka dan meninggal di hutan ini? Aku tidak bisa menahan pasukanku jika adikmu menyulitkan kami."
Tyson berontak meski tubuhnya nyaris tidak bergerak sama sekali. "Brengsek! Jangan macam-macam dengan adikku."
"Kau adalah kakak yang baik." Morgan memberi tanda pada dua rekannya dengan anggukan kepala.
Dua pria itu menekan tombol di dinding yang berbeda. Secara tiba-tiba rekan Tyson terserat ke arah dinding yang terbuka hingga nyaris menyisakan Tyson seorang.
"Apa yang kau lakukan pada teman-temanku?" pekik Tyson.
Dua anggota keluarga Hillborn memasuki dua jalan yang terbuka dari dinding sehingga ruangan hanya menyisakan Morgan dan Tyson.
Morgan menekan tombol. Layar menunjukkan beberapa orang yang berjaga di dekat tenda, beberapa titik hutan, dan gua batu. Cortez keluar dari tenda, berbincang dengan dua orang pria.
"Mari membuat kesepakatan, Tyson. Jika kau menuruti semua kata-kataku, adikmu akan selamat. Aku juga akan mempertimbangkanmu untuk tetap hidup."
"Brengsek! Kau tidak akan bisa mendapatkan apapun dariku. Kau lebih memilih mati dibandingkan harus bekerja sama denganmu."
"Kau dan orang-orangmu sudah bertindak kurang ajar. Kau memasuki rumah orang lain tanpa izin dan membuat kekacauan. Sebagai pemilik rumah, aku tentu saja merasa terganggu dan keberatan. Aku memiliki kewajiban untuk menjaga rumahku dan mengusir penyusup."
Morgan menekan tombol kembali. Layar seketika menunjukkan keadaan rumah mewah dari jarak cukup dekat. "Kau tentu tahu rumah itu, Tyson."
"Mereka tahu rumah Tuan Rebel. Sialan! Mereka sudah sejauh ini," gumam Tyson dengan tatapan terkejut.
"Aku menyukai ekspresimu, Tyson. Kita akan tahu bagaimana pandangan Rebel mengenaimu dan Cortez beberapa waktu lagi. Bersabarlah lebih lama." Morgan meninggalkan ruangan, tersenyum.
"Brengsek!" Tyson memekik kencang hingga tenggorokannya terasa sangat sakit. Ia berontak, tetapi tubuhnya tetap berada di dinding.
Morgan melepas topeng, menaiki tangga, berjalan di lorong yang cukup panjang. Ia berhenti di dekat salah satu jendela, menatap keadaan hutan. "Rebel dan ayahnya adalah salah satu musuh keluarga Hillborn. Mereka sangat licik karena membuat pabrik pembuatan benda-benda antik palsu. Benda-benda itu tersebar luas di beberapa negara. Brook mengendalikan perusahaan itu dan mendapatkan keuntungan yang sangat besar."
Morgan kembali berjalan. "Dia cukup cerdas karena berhasil menemukan markas keluargaku. Dia mungkin akan terus mengirimkan pasukan untuk menerobos masuk. Aku hanya menunggu informasi dari Robbins yang sedang menuju kediaman Rebel. Aku harap aku mendapatkan informasi secepatnya."
Di tempat berbeda, Bernard, Garrick, Rick, Rome, Ben, dan Ken tengah berbincang dengan Xander dan Darren melalui sambungan video call.
"Kami akan berada di tempat ini sambil menunggu pasukan dan semua persiapan datang. Setelah semua persiapan siap, kita akan kembali pergi menuju hutan Daintree melalui jalur timur," ujar Bernard.
"Kau tampak terlalu terburu-buru, Bernard. Kau masih harus mendapatkan perawatan karena luka-lukamu agar bisa kembali bergerak dengan leluasa," ujar Xander.
Bernard tersenyum. "Apa kau sedang mengguruiku, Alexander?"
"Aku hanya mengkhawatirkanmu." Xander tertawa. "Lihatlah, Darren. Dia sangat cemas saat kau belum memberikan kami kabar."
Darren menunduk saat Bernard memelototinya.
"Semakin cepat kita bergerak, semakin cepat kita sampai di lokasi. Setelah sampai di bebatuan berbentuk naga, aku yakin kita akan mendapatkan jalan untuk menemukan kedua petunjuk lain, terlebih kita masih belum mengetahui siapa musuh kita."
"Serahkan orang-orang itu padaku. Kalian hanya harus fokus pada tugas kalian. Untuk sekarang, kita masih mencari informasi mengenai lambang segitiga kijang itu."
"Kami mengerti."
Sambungan video call seketika berakhir.
Xander menatap layar yang menunjukkan kondisi hutan Daintree. "Kita harus mengetahui siapa musuh kita secepatnya."
Di saat yang sama, Pedro baru saja memasuki ruangan. Ia mendapati Stryker, Shane, dan beberapa pengawal mereka sudah berada di ruangan.
Semakin seru..
Tiap episode perburuan harta karun membuat penasaran..
Bravo Thor.