Janetta Lee, dikhianati saat mengandung, ditinggalkan di jalan hingga kehilangan buah hatinya, dan harus merelakan orang tuanya tewas dalam api yang disulut mantan sang suami—hidupnya hancur dalam sekejap.
Rasa cinta berubah menjadi luka, dan luka menjelma dendam.
Ketika darah terbalas darah, ia justru terjerat ke dalam dunia yang lebih gelap. Penjara bukan akhir kisahnya—seorang mafia, Holdes Shen, menyelamatkannya, dengan syarat: ia harus menjadi istrinya.
Antara cinta yang telah mengkhianati, dendam yang belum terbayar, dan pria berbahaya yang menggenggam hatinya… akankah ia menemukan arti cinta yang sesungguhnya, atau justru terjebak lebih dalam pada neraka yang baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Keesokan harinya.
Berita menggemparkan Shen Zhen mengenai pembunuhan yang terjadi pada keluarga Yang. Terlihat seorang wanita yang membakar rumah mewah itu beserta Candy dan Jessie.
Rekaman itu tersebar luas, membuat banyak kalangan hampir tidak percaya. Baru saja berita kebangkrutan perusahaan Alex, kini langsung dipublikasikan mengenai kebakaran tragis itu.
Sementara Alex yang kini menjadi gelandangan, terlihat berantakan dengan pakaian compang-camping. Ia berdiri di jalan besar pusat kota, menatap televisi jumbo yang menayangkan kejadian tersebut.
Mata Alex terbelalak, wajahnya pucat pasi, hampir tidak percaya.
“Tidak, bukan dia… kenapa bisa seperti ini?” gumamnya dengan suara bergetar.
Di sekitarnya, orang-orang yang ikut menonton mulai berbisik dan melontarkan komentar pedas.
“Wanita itu kejam sekali, dia ternyata membakar dua wanita itu,” ujar seorang pria paruh baya sambil menggelengkan kepala.
“Keluarga Yang memang terkenal jahat. Baru semalam perbuatan bejat mereka tersebar, bersama mantan Alex Yang, yang dulu direktur utama di perusahaan Yang,” timpal seorang wanita muda dengan nada sinis.
“Bukankah wanita ini yang mengirim preman untuk melecehkan istri Alex Yang? Ternyata dia dalang utamanya. Dia mendekati Alex hanya karena kekayaannya? Setelah bangkrut, makanya dia membakar mereka?” seru seorang remaja yang ikut berkerumun.
“Tapi… di mana Alex Yang sekarang?” bisik yang lain penuh rasa penasaran.
Cemoohan para pejalan kaki semakin ramai terdengar. Alex menundukkan kepala, tangannya terkepal.
Tidak lama kemudian, rekaman berganti. Tampak cuplikan lama: Alex sedang menyetir mobil di jalan sepi, hujan deras mengguyur, lalu berhenti dan meninggalkan istrinya yang hamil besar di tengah kegelapan.
“Tidak… tidak mungkin… dari mana rekaman itu muncul?” bisik Alex, wajahnya semakin pucat. Dadanya sesak seolah ditusuk ribuan pisau.
Rekaman itu membuat publik semakin murka. Suara hujatan terdengar semakin keras.
“Siapa yang merekam? Apakah Janetta? Tidak mungkin… dia saja tak bisa melakukan apa pun waktu itu…” gumam Alex dengan suara parau, matanya berkaca-kaca.
Seorang pejalan kaki yang berdiri tak jauh dari Alex tiba-tiba menoleh, lalu menatapnya lekat-lekat.
“Bukankah kau… Alex Yang? Pria brengsek yang meninggalkan istri?” suaranya lantang, membuat orang-orang di sekitar menoleh ke arah Alex.
Seketika tatapan penuh benci dan jijik menghujam ke arahnya.
“Dasar pria tidak tahu diri! Kau dulunya direktur perusahaan Yang, kan? Sepertinya ini balasanmu!” hardik seorang wanita tua dengan nada getir.
Alex hanya bisa terdiam, napasnya memburu, wajahnya semakin pucat. Ia ingin membela diri, tetapi lidahnya kelu. Dunia seolah bersekongkol menjatuhkannya, dan ia tak lagi punya tempat untuk bersembunyi.
Alex yang berusaha kabur justru dikepung oleh para pejalan kaki. Wajahnya panik, keringat bercucuran, namun sebelum ia sempat berlari, sebuah tamparan keras mendarat di pipinya.
“Dasar bajingan!” teriak seorang wanita dengan mata merah menahan marah.
Belum sempat Alex menahan rasa perih di wajahnya, pukulan lain menghantam perutnya.
“Ini untuk istrimu yang kau tinggalkan!” seru seorang pria muda yang ikut melampiaskan amarah.
Beberapa orang lainnya langsung ikut menyerang tanpa ragu, baik pria maupun wanita, semua terhanyut oleh emosi. Tinju, tendangan, bahkan teriakan hinaan bercampur jadi satu.
Alex terjerembab di jalan, tubuhnya menggeliat menahan sakit. Nafasnya tersengal, ia hanya bisa mengerang kesakitan. Darah segar menetes di sudut bibirnya, pandangannya berkunang-kunang.
***
Di sisi lain, di dalam sebuah ruangan luas dengan jendela kaca besar, Holdes berdiri tegap, memandang keluar dengan tatapan penuh perhitungan.
“Bos, rencana kita telah dijalankan. Pihak kepolisian pasti akan membebaskan Nona Lee setelah menemui Anna,” lapor Bowie dengan nada puas.
Senyum tipis melengkung di bibir Holdes. Ia menoleh sedikit, sinar matanya tajam dan dingin.
“Alex Yang akan semakin gila. Kesalahannya kini telah diketahui publik. Aku tidak percaya kalau saat ini dia masih dalam keadaan aman.”
Bowie menunduk hormat, mengagumi kecerdikan bosnya.
“Bos sangat bijak. Setelah kebakaran itu, kita meminta orang untuk mengedit rekaman itu… pelakunya jelas ditujukan pada Janetta Lee. Tapi kini berubah menjadi Anna.”
Holdes menyipitkan mata, menyalakan cerutunya perlahan. Asap putih mengepul di udara.
“Bagus… biarkan publik membenci mereka. Saat orang-orang tenggelam dalam amarah, kita hanya perlu menunggu waktu untuk memetik hasilnya.”
***
Janetta duduk di ruang interogasi yang dingin, tangannya terikat borgol di atas meja besi. Lampu neon di atas kepalanya menyinari wajah pucatnya, menampakkan lingkar hitam di bawah matanya akibat malam-malam tanpa tidur. Di hadapannya, Inspektur Yin duduk dengan wajah kaku, jarinya mengetuk-ngetuk meja seakan menimbang kata-kata.
“Ada yang mengirim bukti pembunuhan yang terjadi. Wanita yang membakar dua korban itu adalah Anna—mantan kekasih Alex Yang. Dan kenapa kau mengakui semuanya? Apa tujuanmu sebenarnya?” tanya pria itu dengan nada tajam, menatap langsung ke mata Janetta.
Janetta menundukkan kepala,
“Suamiku meninggalkanku karena wanita itu… sehingga anakku tidak bisa diselamatkan,” ucapnya lirih, Ia mengepalkan tangan, berusaha tetap tegar. “Aku benci… aku putus asa. Mertuaku dan adik iparku malah mendukung suamiku menikah dengan mantannya. Setelah mereka meninggal… aku merasa hampa. Seharusnya aku gembira… tapi kenyataannya, anakku dan kedua orang tuaku sudah pergi. Aku merasa hidup ini tidak ada artinya lagi. Hanya dengan cara ini aku bisa mati dengan mudah dan cepat.”
Inspektur Yin bersandar ke kursinya, wajahnya mengeras. Ia mengetukkan penanya ke meja dengan keras.
“Memberi pernyataan palsu, mengakui perbuatan yang tidak kau lakukan… apakah kau tahu, apa yang kau lakukan bisa saja dianggap mempermainkan hukum?” suaranya meninggi, penuh tekanan.
Janetta menoleh perlahan, matanya yang sembab menatap lurus ke arah Inspektur. Kali ini suaranya tenang, meski getir.
“Maaf, Inspektur. Hidupku sudah hancur. Kalau aku melakukan kesalahan, silakan saja hukum aku sesuai undang-undang,” katanya dengan pasrah.
"Tidak kusangka, Holdes Shen bertindak cepat," batin Janetta.
Tidak lama kemudian, pintu ruang interogasi berderit terbuka. Seorang pria berseragam polisi, rekan Inspektur Yin, melangkah masuk sambil membawa dokumen di tangannya. Suasana ruang yang semula tegang semakin menegang.
“Kapten, ini adalah laporan medis Janetta Lee,” ucapnya sambil meletakkan map cokelat itu di meja.
Janetta spontan menoleh, alisnya berkerut. Tatapannya dipenuhi kebingungan.
“Laporan medis? Sejak kapan aku ke rumah sakit selain keguguran saat itu?” batinnya, jantungnya berdegup kencang.
Inspektur Yin membuka dokumen itu dengan tenang, meski matanya tajam penuh tanda tanya. Ia menelusuri setiap baris catatan medis yang tercetak. Wajahnya sedikit berubah setelah membaca beberapa keterangan.
“Depresi?” ucapnya pelan namun tegas, seolah tak percaya dengan hasil laporan itu.
Rekannya mengangguk mantap.
“Benar, Kapten. Hasil ini tercatat sejak Janetta Lee mengalami keguguran. Dan menurut keterangan dokter serta suster yang merawatnya… suaminya sama sekali tidak pernah hadir di rumah sakit. Semua beban ditanggung sendiri oleh pasien. Selain itu dua korban kebakaran yang adalah mertua dan adik iparnya, juga datang menyalahkan dirinya karena keguguran itu."
“Depresi? Holdes Shen… kau memang pintar menyusun trik. Bahkan mengunakan cara ini untuk mengeluarkanku,” batinnya.
Plotwist nya dah di spill meski sedikit, tp gk pp 🤗