NovelToon NovelToon
Air Mata Istri Yang Diabaikan

Air Mata Istri Yang Diabaikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Penyesalan Suami / Tukar Pasangan
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: fadelisa dedeh setyowati

Ratna yang tidak bisa hamil menjebak suaminya sendiri untuk tidur dengan seorang wanita yang tak lain adalah adik tirinya.

ia ingin balas dendam dengan adik tirinya yang telah merenggut kebahagiaannya.

akankah Ratna berhasil? atau malah dia yang semakin terpuruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fadelisa dedeh setyowati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Air Mata Istri Yang Diabaikan 17

“Apa ini?”

“Makan siang buat Mas Bagas,” jawab Andini, “Udang asam manis. Kesukaan Mas,” sambungnya dengan riang.

Hati Ratna terkejut bukan main mendengar apa yang dikatakan Andini. Ia tak menyangka pertanyaan Andini beberapa waktu lalu tentang makanan kesukaan Bagas akan menjadi bumerang baginya.

Waktu itu mereka sedang mengobrol santai di cafe. Banyak yang mereka bicarakan termasuk apa yang menjadi makanan kesukaan Bagas. Andini hanya bertanya santai dan Ratna juga tak berpikir jauh waktu itu.

Sekarang melihat Andini dengan senyum riang mengantarkan makanan kesukaan Bagas membuat hati Ratna sedikit perih, ia merasa ditipu oleh Andini.

Dari balik pintu Ratna bisa melihat Bagas terlihat ragu menerima rantang yang Andini bawa. Tapi tak lama Ratna melihat Bagas mengulurkan tangannya – menyentuh rantang makanan itu, membuat Ratna berpikir Bagas akan menerima masakan yang dibawa Andini. Ratna tak sanggup melihat lebih lama dan memilih pergi.

Dengan langkah gontai Ratna pulang ke rumahnya. Kotak bekal berisi udang asam manis yang telah susah payah ia buat ia letakan begitu saja di meja makan, sedang ia mengambil air putih dan meneguknya untuk meringankan beban di dadanya.

Ia duduk termenung, menatap nanar pada rantang makanan dia atas meja. Menunduk lesu merasa semua sia-sia.

Akhirnya Ratna menata kembali rantang makanannya ke piring, berpikir ia saja yang memakan daripada semuanya terbuang sia-sia.

Baru saja ia hendak menyuap udang, pintu rumah terbuka dan terlihat Bagas yang tergesa-gesa masuk.

Ratna yang tangannya terangkat hendak menyuap menurunkan lagi tangannya.

“Hlo mas kok udah pulang?” ujar Ratna penuh keterkejutan.

“Udangnya masih?” Bagas tidak menjawab pertanyaan Ratna dan malah menanyakan hal lain.

Ratna hanya menunjuk piring di depannya. Ada sepiring udang asam manis yang aromanya masih tercium oleh Bagas.

Segera Bagas duduk mengambil piring yang ada di depan Ratna dan mengisinya dengan udang yang cukup banyak. Setelahnya suap demi suap Bagas nikmati, tak lama nasi dan udang di piringnya tandas diikuti olehnya yang mendesah puas.

Ratna yang masih agak bingung mengambil air di teko dan menuangnya ke gelas untuk diberikan pada Bagas. Bagas meneguknya hingga habis.

“Hmm, enak banget dek udangnya. Makasih ya sayang,” ujar Bagas sambil mengelus perutnya yang kekenyangan.

Ratna masih menatap suaminya dengan heran, ada banyak pertanyaan tapi tak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya.

Sadar ditatap istrinya, Bagas menoleh dan berkata, “Iya tahu mas ganteng kan?” kata Bagas.

“Mas kok udah pulang?” akhirnya Ratna membuka mulut.

“Mas laper makanya pulang, mas pikir adek pasti masak,” jawab Bagas, “Eh ternyata di rumah ada makanan kesukaan mas,” sambungnya.

“Tapi tadi ada –“

“Andini?” cepat-cepat Bagas menyahut perkataan istrinya.

Ratna dengan sedikit ragu mengangguk perlahan.

“Mas gak peduli,” ujar Bagas acuh tak acuh.

“Tapi dia tadi bawa makanan kesukaan mas,” sahut Ratna cepat.

“Mas tetep ga peduli,”

“Kenapa?” tanya Ratna dengan sedikit bingung.

Bagas berpaling menghadap istrinya, tangan ramping Ratna ia genggam hangat, “Karena yang mas inginkan masakan kamu dek,” ungkap Bagas, “Mas tahu kamu pasti datang bawa makanan buat mas,”

“Mas tahu darimana?” tanya Ratna lagi.

“Dek, kita udah nikah selama lima tahun. Hati kita sudah terhubung. Jadi mas bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Begitu pula sebaliknya, iya kan?” kata Bagas dengan tersenyum membelai rambut istrinya.

Ratna mengangguk, “Tadi aku ke kantor emang sengaja mau kasih ini. Tapi tadi ada Andini dan ternyata dia bawa masakan yang sama.” Kata Ratna menjelaskan.

“Kenapa adek gak masuk aja?” tanya Bagas.

“Gak ah mas, aku ga enak sama Andini.” Jawab Ratna

“Tapi yang mas mau itu kamu.”

“Maksudnya mas?”

Bagas memeluk istrinya, surainya ia belai dengan kasih sayang, “Yang mas mau Cuma kamu dek, apapun asal sama kamu mas bersedia,”

Ratna menenggelamkan kepalanya lebih dalam ke bahu Bagas, seolah pertengkaran pagi tadi menguap begitu saja.

“Adek janji mas, lain kali adek akan melibatkan mas dalam situasi apapun. Karena kita adalah satu,” ucap Ratna di sela-sela pelukan.

Di antar aroma manis udang yang masih menggantung di udara, makan siang itu menjadi titik awal. Bukan hanya sekedar kebersamaan tapi juga sebuah janji untuk menjaga cinta mereka tetap utuh.

“Mulai sekarang tiap kali adek masak udang asam manis itu akan menjadi pengingat bahwa kita bisa saling menemukan kembali apapun yang terjadi,” janji Bagas pada Ratna.

Dalam pelukannya Bagas mengingat kembali apa yang tadi terjadi di kantornya tadi. Andini memang datang tapi Bagas menolak.

Tangan Bagas terulur ke depan untuk mendorong kotak bekal yang Andini bawa, “Maaf aku tidak bisa menerima,” ujar Bagas dengan hati-hati.

“Kenapa mas? Aku kan calon istrimu, wajar kalau aku masak buat kamu,” sahut Andini terkejut tak terima.

Bagas menatap kotak bekal itu sejenak. Ada segurat senyum getir di wajahnya. Dalam benaknya masih terbayang jelas sosok Ratna yang tadi dilihatnya ada di ambang pintu, bisa dilihatnya wajah Ratna yang terlihat sedih dan tangannya yang gemetar tengah menggenggam erat sebuah rantang yang Bagas yakini adalah makan siang yang dibuat oleh Ratna untuknya.

Sayangnya Ratna memilih untuk pergi sebelum Bagas bisa mencegahnya.

Tentu saja Bagas akan lebih memilih Ratna ketimbang Andini.

“Aku menunggu masakan Ratna. Maafkan aku, masakan yang ingin kucicipi hanya masakan Ratna, bukan yang lain, ” ucap Bagas.

Keheningan muncul. Andini menunduk menatap kotak bekal yang ada di atas meja. Hatinya terasa sakit manakala Bagas menolak masakan buatannya dan malah membandingkannya dengan Ratna. Perlahan ia menutup rantangnya disertai senyum tipis yang sulit diartikan. Entah kecewa atau rasa tak ingin menyerah mencoba.

“Aku tahu kamu calon istriku. Tapi satu-satunya wanita yang kucintai hanya Ratna dan selamanya akan tetap seperti itu,” Bagas menghela napasnya. Ia tak sadar perkataannya telah melukai Andini.

Perempuan itu meraih rantangnya dan perlahan pergi tanpa berkata apapun. Batinnya terluka oleh perkataan Bagas hingga membuatnya tak sanggup bicara sepatah katapun.

Meninggalkan Bagas dalam keheningan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!