Dijebak oleh sahabat dan atasannya sendiri, Adelia harus rela kehilangan mahkotanya dan terpaksa menerima dinikahi oleh seorang pria pengganti saat ia hamil. Hidup yang ia pikir akan suram dengan masa depan kacau, nyatanya berubah. Sepakat untuk membalas pengkhianatan yang dia terima. Ternyata sang suami adalah ….
===========
“Menikah denganku, kuberikan dunia dan bungkam orang yang sudah merendahkan kita."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21 ~ Akhirnya Sah
Bab 21
Penghulu sudah tiba, begitu pun dengan Kemal yang belum percaya kalau putra atasannya ini mendadak menikah. Meski tidak aneh karena Abimanyu pernah mencari tahu mengenai Adelia Inka. Namun, tidak menduga akan secepat itu.
“Sudah siap ya?” tanya penghulu.
“Siap, pak,” jawab Abi tanpa ragu.
Kemal berdecak pelan sambil menyenggolnya dengan siku seakan bertanya, ‘Lo yakin nikah malam ini?’
Abi hanya menoleh sekilas dan kembali fokus mendengarkan arahan penghulu dan menanyakan kartu identitasnya. Bersyukur Adel menunggu di kamar dan tidak mendengar saat ia mengucap nama lengkapnya saat menyerahkan identitasnya untuk diproses surat nikah.
“Malam ini sah secara agama, besok harus diurus secara negara,” titah penghulu dan Abi mengangguk pasti lalu menoleh pada Kemal yang mengedikan bahu karena tahu maksudnya agar ada yang mengurus urusan itu.
“Kita mulai ya, saling jabat tangan dulu.”
Amar dan Abimanyu pun berjabat tangan. Dengan mantap dan penuh keyakinan seraya berdoa kalau pilihan menikahi Adelia adalah tepat. Berharap ia dan Adel akan saling mencintai dan melengkapi meraih kebahagian dan renjana. Bukan hanya terpaksa karena situasi atas ulah Zahir.
Menyebutkan nama lengkap Adel juga mahar yang diberikan dan saksi serta yang menyaksikan momen tersebut mengucap kata “Sah”. Jabat tangan pun terlepas dan Abi mengusap wajah sambil bersyukur. Berharap maminya menyaksikan pernikahannya yang mendadak ini, tapi ia yakin walaupun wanita itu masih ada pasti setuju dan akan mendukung apapun keputusannya.
Menunduk dengan kedua tangan menengadah, ikut berdoa agar pernikahannya berkah dan penuh rahmat.
“Sudah sah, panggil mempelainya,” ujar penghulu.
Selain keluarga Adel, penghulu, pak RT dan dua orang lainnya juga Kemal dari pihak Abi yang menyaksikan ijab qabul. Mendapatkan tepukan di bahu dari Kemal, Abi pun menoleh.
“Selamat ya. Bapak itu sudah pasrahkan putrinya, jangan egois dengan mempertahankan status lo sekarang. Cepat pulang dan akui siapa lo sebenarnya,” bisik Kemal.
Abi bergeming. Jika sebelumnya ia akan mendebat Kemal kali ini tidak. Tanggung jawabnya tidak lagi akan dirinya, melainkan juga terhadap Adel yang sudah sah menjadi istrinya.
“Nah ini yang ditunggu.”
Abi pun menoleh, Adel datang bersama Santi. Meski tadi sudah bertemu, Abi menatap wanita itu seakan lama tidak berjumpa. Dengan status yang berbeda, seakan memiliki hak untuk menatap lama.
Cantik, sangat cantik, batin Abi. Mendadak ia merasa ruangan itu berubah menjadi taman bunga dan hanya ada dia dan Adel. Kupu-kupu berterbangan dengan bunga warna-warni bermekaran. Beranjak dan mendekati Adel yang masih menunduk malu dan posisi mereka sudah berdiri berhadapan.
“Adel, cium tangan suamimu,” titah Amar.
Perlahan Adel mengangkat wajahnya, menatap Abi yang juga menatapnya. Dengan posisi dekat begitu, sangat jelas raut wajah Abi termasuk garis hidung dan rahang yang menyempurnakan penampilannya.
Adel meraih tangan Abi dan menciumnya, sengaja agak lambat dan lama karena arahan dari sang kakak yang sedang mengabadikan momen tersebut begitu pun dengan Kemal. Setelah mencium tangan dengan takzim, Abi menyentuh kepalanya dan melantun doa dengan pelan dan lirih lalu mencium keningnya.
Perasaan Adel tidak menentu ada sesuatu berdesir di aliran tubuhnya saat disentuh oleh Abi, suaminya. Hanya sentuhan di kepala dan kecup4n di kening, tapi cukup membuatnya tersipu dan butterfly effect bak orang jatuh cinta.
“Maharnya dipakaikan.”
Kemal dengan sigap membuka kotak perhiasan dan menyodorkan pada Abi yang langsung memilih cincin dan menyematkan di jari manis Adel. Berharap tidak kekecilan atau kebesaran, nyatanya hampir pas di jemari Adel.
Adel dan Abi duduk bersisian mendengarkan penghulu memberikan nasihat pernikahan. Tidak menduga mahar yang diberikan oleh Abi, seperangkat perhiasan emas juga uang tunai.
“Mohon maaf, hanya ini yang saya bisa berikan untukmu,” ucap Abi.
Adel mengangguk, tidak menduga kalau Abi akan mempersiapkan itu meski keadaan terdesak dan mendadak. Pekerjaannya sebagai OB, tapi mampu membawakan uang tunai sebesar seratus juta. Padahal Abi mampu memberikan lebih, tapi keluarga itu akan curiga. Belum saatnya pikir Abi.
“Terima kasih, Mas Abi.”
Pak RT dan penghulu pamit pulang diantar oleh Amar. Santi mengarahkan Adel dan Abi karena kembali diabadikan momen saat memegang mahar. Dikenalkan dengan Kemal, Adel hanya tersenyum sambil mengangguk. Tidak tahu kalau Kemal adalah asisten dari Indra Daswira karena bekerja hanya sebagai staf, belum pernah bertemu dan mengenal para petinggi di perusahaan tempatnya bekerja.
Abi, Kemal dan Amar kembali berbincang. Adel hanya menyimak. Perasaannya masih gamang, antara percaya dan tidak. Ia sudah menikah dengan Abi, tapi ia mengandung bayi dari pria lain. Rasanya seperti menjadi pengkhianat, meski Abi sudah tahu dan tidak masalah dengan kondisinya sekarang.
“Mau tinggal di mana, kalian bicarakan saja. Papa tidak melarang, yang penting tolong jaga Adel dengan baik. Dia putri papa satu-satunya,” tutur Amar.
“Siap, pak. Saya akan jaga Adel dengan baik.”
Kemal pun undur diri, Abi mengantarnya ke beranda.
“Jadi, apa yang buat lo mendadak nikahi Adel?” tanya Kemal. “Jangan bilang kalau dia udah hamil.”
“iya.”
“Hah, serius?”
“Nggak usah berisik. Adel memang sedang hamil dan itu bukan ulah gue, tapi Zahir.”
“Zahir? Astaga. Untuk apa lo jadi pahlawan kesiangan. Ya ampun, lo itu anaknya Indra Daswira. Bisa stroke papi lo dengar masalah ini.”
Abi menatap sekitar, obrolan yang mereka bicarakan tidak boleh didengar oleh Adel.
“Gue dan Adel sama-sama korban. Zahir memang bangs4t, sekarang dia menjil4t untuk dekati Papi dan menginjak gue sama Adel. Nggak akan gue biarkan dengan mudah dia naik dan gue pastikan tangan gue yang akan buat dia jatuh.”
“Tapi, bukan dengan menikahi Adel. Zahir akan memanfaatkan ini waktu tahu siapa sebenarnya Abimanyu.”
“Ck, itu urusan lo dong. Buat apa digaji mahal kalau nggak bisa beresin masalah,” cetus Abi. “Udah malam, sana pulang!”
“Halah, emang lo mau ngapain? Istri lo lagi hamil, nggak boleh di unboxing.”
“Otak lo mesum juga ya.” Abi mendorong Kemal keluar pagar dan menutup rapat. “Sampai ketemu di kantor. Ingat, ini rahasia,” tutur Abi dari balik pagar.
Senyum smirk tersemat di wajah Abi mengingat ia sudah meminta surat perjanjian sebelum menyanggupi permintaan Zahir melamar Adel. Surat perjanjian kalau Zahir tidak akan mengungkit dan meminta hak asuh atas bayi yang akan dilahirkan Adel.
Abi mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan pada Zahir. Pesan berisi foto dia dan Adel memegang mahar juga saat berjabat tangan dengan Amar proses ijab qabul.
[Ingat janji anda dan jangan lagi mengganggu Adelia]
“Zahir Renaldi, sekarang merasa di atas angin. Tunggu saja nanti, aku akan hempas sampai ke dasar bumi.”
siap siap aja kalian berdua di tendang dari kantor ini...
hebat kamu Mona, totally teman lucknut
gak punya harga diri dan kehormatan kamu di depan anak mu
kalo perlu zahir nya ngk punya apa " dan tinggal di kontrakan biar kapok
sedia payung sebelum hujan